Masjid Ramah Anak, Semai Generasi Cakap Digital

oleh -
oleh
Pemuda Masjid mengikuti Webinar Literasi Digital Kominfo RI bekerja sama dengan DMI dan Prima DMI Jateng (ist)

Semarang | SOROTINDONESIA.COM , Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Ahmad Rofiq mengharapkan adanya masjid ramah anak. Istilah tersebut dia maksudkan dengan menyemai generasi muda yang cakap digital.

“Saya kira (remaja masjid) punya kewajiban menyiapkan anak (cakap digital),” kata Prof Rofiq dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kementrian Kominfo RI bekerja sama dengan DMI dan Prima DMI Jawa Tengah via Zoom, Rabu (28/9/2022) malam.

Menurut dia, masjid ramah anak dapat dimulai dengan mengajak anak rajin ke masjid dengan target menanamkan kejujuran kepada setiap anak, “Ini menjadi tantangan yang luar biasa,” ujarnya.

Prof. Rofiq pun memaparkan data pengguna internet di dunia. Terkhusus penduduk Indonesia mulai meninggalkan tayangan televisi. Dia katakan jumlah jam penggunaan internet jauh lebih tinggi ketimbang menonton televisi, “Menonton TV sudah tidak menarik lagi,” ungkapnya.

Menurut Prof. Rofiq, masjid bisa difungsikan untuk menyemai bibit kejujuran dan kebaikan dalam perilaku anak, “Membiasakan kalau tidak bisa ngomong yang baik ya lebih baik diam,” tuturnya.

Senada, Ketua Umum PW Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) DMI Jawa Tengah, Ahsan Fauzi memaparkan etika bermedia sosial. Dia mengaku sering mengingatkan kepada para pegiat remaja masjid untuk menyaring sebelum menyebarkan ketika menerima informasi.

Baca Juga:  Menkominfo Dorong Perkuat Kolaborasi Pers Indonesia-Malaysia 

Ahsan pun mengajak kepada semua yang aktif di masjid untuk menyebarkan kebaikan melalui aktivitas di masjid agar tidak ada pelanggaran terhadap UU ITE, “Yuk semua, remaja pemuda masjid takmir untuk mencegah informasi yang tidak jelas, hoax, bully dan sebagainya,” ajaknya.

DPSP
Tangkapan layar Webinar Literasi Digital (ist)

Paparan lain tentang Kecakapan Digital disampaikan Dosen Fisipol UGM, Dr. Bevaola Kusumasari, MSi dengan melakukan cek dalam google, “Kalau mau ngecek ya dicek, kalau tidak mau mengecek ya ditahan (jangan share),” kata Ola, sapaan akrabnya.

Dia contohkan adanya narasi yang bombastis dengan gambar sebagai media untuk meyakinkan penerima pesan. Menurut dia, jika hal itu dirasa atau nampak mencurigakan harus dicek terlebih dahulu. Setelah mendapatkan fakta sesungguhnya, maka perlu melakukan edukasi dengan chating pribadi, “Cakap dalam berdigital adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari,” ujarnya.

Sementara Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. KH. Imam Taufiq mengungkapkan tantangan di era digital, yakni etika atau akhlak bangsa yang merosot. Hal itu nampak dalam statmen dan komentar yang biasa muncul di media sosial, “Karena itu kebebasan berekspresi kita jangan melampaui batas,” ungkapnya.

Baca Juga:  Ratusan Massa Geruduk Markas Polda Jateng, Tuntut Polisi Tindak Tegas Gerakan Khilafah

Menurutnya, keberangaman hidup harus memperhatikan nilai-nilai kebangsaan yang diperjuangkan oleh para alim ulama pendiri bangsa, “Menghormati perbedaan agama dan kepercayaan orang lain harus diisi dengan semangat cinta kasih,” ujarnya.

Prof Imam pun meminta adanya perlakuan sama terhadap sesama anak bangsa yang multi etnis, baik dalam dunia digital maupun dalam pertemuan fisik. Nasionalisme dan jatidiri bangsa, menurutnya harus terus diperjuangkan generasi muda.

Prof. Imam pun menyoroti tidak kurangnya rasa bangga dan cinta terhadap produk dari dalam negeri, terutama produk UMKM. Kesadaran terhadap hal tersebut menurutnya juga harus ditumbuhkan pemuda masjid di era digital, “Jangan malah dibully,” cetusnya.

Memanfaatkan teknologi digital ke arah yang lebih baik, “Ini harus digalakkan bagian dari literasi digital,” pungkasnya. (rq)

Comments

comments