Ketua Umum PW PRIMA DMI Jateng Minta Remaja Masjid dan Takmir di Jateng Gelorakan Literasi Digital

oleh -
Webinar literasi digital untuk para remaja masjid, takmir masjid, generasi muda muslim dan masyarakat Jawa Tengah, dengan tema “Pentingnya Literasi Digital dalam Peningkatan Kapasitas Remaja Masjid/Mushola di Era Pandemi”, Kamis (2/12/2021) lalu.

SEMARANG – Remaja masjid dan mushola merupakan salah satu pilar penting bagi generasi muda. Mereka mempunyai peran untuk menanamkan moderasi beragama, dan diharapkan punya kecakapan literasi digital dalam menghadapi era transformasi digital. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Provinsi Jawa Tengah, Ahsan Fauzi, ketika mengisi kegiatan webinar literasi digital untuk para remaja masjid, takmir masjid, generasi muda muslim dan masyarakat Jawa Tengah, dengan tema “Pentingnya Literasi Digital dalam Peningkatan Kapasitas Remaja Masjid/Mushola di Era Pandemi”, Kamis (2/12/2021) lalu.

Ketua Umum Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) Periode 2011-2013 itu menuturkan, di era digital, semua orang dapat dengan mudah menyampaikan informasi. Dengan meningkatnya pengguna internet setiap tahun yang terdiri dari beragam latar belakang maka harus ada batasan tertentu dalam menggunakan media digital. Penggunaan media digital yang mengabaikan nilai persatuan dan perbedaan dapat memunculkan ancaman disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu diperlukan etika digital untuk mencegah dan meminimalisir ancaman tersebut.
“Dengan etika, Indonesia yang dikenal sebagai warga negara yang ramah tentunya bisa diwujudkan juga ketika berada di ruang digital. Secara sederhana etika digital itu dapat menyeimbangkan hak dan tanggung jawab, menggunakan bahasa yang benar dalam komunikasi, serta menimbang baik dan buruk sebelum bertindak,” ujar Ahsan kepada ratusan peserta webinar.

Pengurus Bidang Remaja Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (PP MAJT) itu menegaskan, etika tidak hanya tentang kepantasan melainkan juga menyangkut pertanggungjawaban karena tanpa etika saat berinteraksi di media sosial dapat mendatangkan kemudharatan. Misalnya tersebarnya hoaks, ujaran kebencian, serta perlakuan perundungan siber.

Terkait hoaks sendiri, dalam ajaran Islam telah dijelaskan dalam Alquran surat Alhujurat ayat enam. Pada intinya, ketika menerima informasi seseorang harus melakukan tabayyun atau verifikasi dan evaluasi sebelum disampaikan lagi ke khalayak. Larangan menyebarkan hoaks juga dijelaskan dalam surat Annur ayat enam belas, bahwa tidak pantas bagi seseorang menyampaikan informasi bohong atau tidak sesuai dengan kebenaran.
“Remaja masjid dan takmir harus cerdas bermedia. Etika perlu diterapkan, jangan sampai media yang harusnya bisa menjadi media untuk mendidik, berdakwah, dan menyampaikan kebaikan justru menjadi malapetaka. Jika etika digital tidak diterapkan maka akan terjadi tindakan perundungan, berita palsu, pelecehan seksual, pornografi, ujaran kebencian di dunia digital,” pesannya kepada para generasi muda, khususnya para generasi muslim, remaja masjid dan mushola

Sekretaris Bidang Remaja Masjid Agung Jawa Tengah Hery Nugroho menjelaskan tentang budaya digital, menurut dia, untuk menciptakan ruang digital yang nyaman, maka teknologi dan media digital harus digunakan dengan bijak. Misalnya dengan membuat konten-konten yang bermanfaat, yang mengandung kebaikan, persaudaraan, pengetahuaan, ketakwaan, dan tiada ujaran kebencian.

Bijak bermedia dalam fatwa MUI mengajurkan agar media digital digunakan untuk berdakwah, menjalin silaturahmi, dan tabayyun atau memverifikasi konten dan informasi.
“Dalam budaya digital remaja masjid dan mushola diajak untuk mampu memahami bahwa ruang digital diisi oleh orang yang sangat beragam latar belakangnya sehingga nilai-nilai toleransi dan ukhuwah mestinya diterapkan. Pengguna perlu memahami bahwa perbedaan di ruang digital perlu disikapi dengan bijak, tidak mengunggah atau berkomentar dengan kalimat yang mengandung intoleransi,” kata Hery Nugroho.

Hery menegaskan, Peran remaja masjid dan muholla dalam literasi digital adalah untuk menjadi model dalam penggunaan digital untuk pengembangan diri, menjadi duta dalam penggunaan internet untuk pengembangan diri, serta terus menebarkan penggunaan internet yang bermanfaat.
“Remaja masjid dapat menangkap peluang dalam menciptakan start up sebagaiman dilakukan oleh tokoh-tokoh dari generasi Y yang telah mewujudkan bahwa teknologi dapat digunakan untuk hal bermanfaat dan menghasilkan nilai ekonomi. Dengan berbagai fasilitas digital yang berlimpah, para pemuda dapat menggali potensi diri dan meningkatkan keterampilannya untuk meraih remaja masjid yang berdaya,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua PW DMI Jawa Tengah dan Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Drs. KH. Achmad yang menyampaikan keynote speaker mengajak kepada para generasi muda muslim, pemuda remaja masjid/mushola dan para takmir masjid di Jawa Tengah dengan kehebatan dan kecanggihan teknologi (Semuanya yang serba digitalisasi) saat ini, jangan sampai terjebak ke hal-hal yang mendatangkan madharat (Tidak ada manfaatnya). “Jangan sembarangan, jangan meng-aploud, meng-sher konten yang tidak ada manfaatnya. Isi konten-konten yang mendidik dan mencerdaskan umat,” pintanya.

Kiai Achmad juga menjelaskan, bahwa masjid tidak hanya untuk tempat sembahyang (Salat) dan mengaji saja, namun masjid punya fungsi yang luas, masjid bisa digunakan sebagai media atau sarana untuk menyampaikan kebijakan atau program-program pemerintah, seperti untuk tempat vaksinasi, termasuk untuk menyukseskan program literasi digital. “Saya mengajak kepada para pimpanan Dewan Masjid, baik tingkat daerah, kecamatan dan ranting serta para remaja masjid dan takmir di Jawa Tengah untuk menggelorakan dan menyukseskan gerakan literasi digital. Kita niati ibadah, insyaallah membawa kemanfaatan dan keberkahan,” tegasnya.

Dalam webinar yang dipandu oleh Niken Pertiwi (Content Creator) ini juga dihadiri narasumber lainnya yaitu Jafar Ahmad (Direktur Lembaga Survei IDEA Institute Indonesia), Nyarwi Ahmad (Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies), serta Riska Yuvista (Miss Halal Tourism 2018) sebagai key opinion leader.

Webinar literasi digital ini merupakan bagian dari gerakan nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk seluruh masyarakat Indonesia. Kompetensi literasi digital dirangkum Kementerian Kominfo dalam empat pilar literasi digital yaitu digital ethic, digital skill, digital safety, digital culture. Literasi digital menjadi pondasi penting untuk menghadapi transformasi digital yang berlangsung saat ini. (*)

Comments

comments