Sebelum Hijrah Ngaku Banyak Dosa, Setelah Hijrah Seolah Tiada Dosa

oleh -
oleh
Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah, H. Yasir Alimi saat menjadi keynote speaker Lokakarya Literasi Digital di gedung PCNU Kota Semarang. (rq)

Semarang , SOROTINDONESIA.COM – Fenomena tren orang bertaubat dengan istilah hijrah belakangaan ini menjadi kontroversial lantaran hasilmya bertolak belakang dengan hasil orang tersebut dalam mempelajari ilmu agama setelah berhijrah.

“Dulu sebelum berhijrah mengaku banyak dosa, namun setelah berhijrah menjadi seolah dirinya orang yang tidak memiliki dosa,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, H. Yasir Alimi.

Yasir Alimi mengatakan hal itu saat mewakili Ketua PWNU Jawa Tengah dalam kegiatan Lokakarya Literasi Digital Lembaga Taklif Wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) yang digelar secara online terpusat dari gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Jl. Puspogiwang I/47, Kota Semarang, Kamis (14/7/2022).

Menurut pria yang berprofesi sebagai Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini, hal itu tidak lepas dari silsilah keguruan dalam mempelajari ilmu agama (sanad). Untuk itu, Yasir berpesan bahwa tugas berat para kader Nahdlatul Ulama dalam berdakwah adalah menjaga sanad yang sesuai dengan pendiri NU, Hadratusy syaikh Hasyim Asy’ari.

Baca Juga:  Giatkan Tilawatil Qur'an, JQH NU Harus Miliki Terobosan Baru

“Belajar ilmu agama yang tidak berasal dari sanad akan mudah ditumpangi oleh iblis, maka akan lebih gampang melakukan kekerasan, akan gampang melakukan kesombongan,” urainya.

Kasus lain, lanjut dia menyontohkan, yakni generasi muda pada saat ini yang dengan mudahnya mengatakan kesamaan antara laki-laki dengan perempuan tanpa telaah pada teks-teks keagamaan secara komprehensif, “Hal ini kelihatannya sederhana, namun tidak begitu cara kita membicarakan agama,” tandasnya.

Dalam lesempatan itu dia pun membeberkan hoax yang telah menjadi konsumsi publik secara luas. Karenanya dia meminta untuk jangan kaget ketika hoax begitu mendunia, sebab masyarakat sudah ketagihan hoax di zaman post truth.

“Memang kita sudah masuk dalam zaman post truth (paska kebenaran), kebenaran sudah tidak penting lagi, apa yang digambar dengan bagus akan diterima sebagai kenyataan, apa yang terus diulang-ulang akan (diyakini) menjadi kebenaran,” terangnya.

Baca Juga:  NU Jateng Peduli Siapkan Hunian Darurat Untuk Korban Gempa Cianjur
Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah, H. Yasir Alimi saat menjadi keynote speaker Lokakarya Literasi Digital di gedung PCNU Kota Semarang. (rq)

“Masyarakat sudah mudah menerima hoax, bukan karena suka bohong tapi karena zamannya,” imbuhnya.

Sementara, pengurus LTNNU Pusat (PBNU), Rozali meminta para kader NU untuk memerangi hoax di media sosial dengan sumber klarifikasi yang kredibel.

Di lain sisi, Rozali menilai NU memiliki kiai dan santri yang berpotensi memerangi paham Wahabi di media sosial. Oleh sebab itu ia mengingatkan jika tidak dibendung, maka paham Wahabi akan semakin diterima dan kuat sebab massifnya gerakan digital.

“Kalau kita tidak membuat konten, maka akan banyak orang akan jadi Wahabi, lalu kalau ini (berhasilnya gerakan digital wahabi) dikatakan dosa maka dosa siapa?,” ingatnya. (rq)

Comments

comments