Tingginya tekanan lingkungan dan input armada perikanan tangkap berpengaruh terhadap menurunnya produksi dan kelimpahan sumberdaya ikan, serta terjadinya perubahan pola migrasi dan daerah penangkapan ikan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi nelayan karena semakin tingginya ketidakpastian dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan.
Berbagai upaya dilakukan mulai dari peningkatan jumlah dan kapasitas kapal, rekayasa alat tangkap, peningkatan kapasitas nelayan serta dikembangkannya berbagai jenis teknologi alat bantu penangkapan untuk meningkatkan produktivitas nelayan terutama nelayan skala kecil.
Penerapan teknologi penangkapan ikan mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan pembangunan kelautan dan perikanan. Proses penerapan teknologi diharapkan berperan dalam peningkatan sektor perikanan dan kelautan, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan teknologi alat bantu penangkapan ikan mulai bermunculan menawarkan berbagai fasilitas dalam mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan.
Secara umum, fasilitas utama yang ditawarkan adalah memberikan informasi pendugaan daerah penangkapan ikan yang dapat diakses dengan mudah di berbagai kondisi. Fasilitas lainnya memberikan informasi pendugaan cuaca sampai pada fasilitas penjualan secara online.
Umumnya teknologi tersebut berbasis aplikasi yang dapat diunduh kemudian diinstall pada ponsel pintar serta memanfaatkan jaringan internet. Namun ketergantungan terhadap jaringan internet ini seringkali menjadi kendala dalam proses transfer informasi, karena kendala keterbatasan jaringan.
Alat bantu penangkapan harus berupa teknologi yang bersifat mulifungsi yang menyiapkan berbagai fasilitas dalam satu alat yang terintegrasi.
Pada kondisi daerah penangkapan ikan yang semakin jauh dan sumberdaya ikan yang sulit dijangkau, kini nelayan tradisional tidak cukup hanya mengandalkan insting. Di sisi lain, sulit pula bagi nelayan kecil untuk membawa perangkat yang terpisah-pisah selain memiliki modal yang terbatas kapasitas kapal juga relatif kecil. Misalnya saja untuk mengakses alur navigasi nelayan perlu perangkat GPS, prediksi keberadaan ikan perlu echosounder, komunikasi perlu radio, belum lagi harus menulis logbook secara manual, selain itu perlu juga ponsel untuk mengakses informasi cuaca dan daerah penangkapan ikan.
Saat ini telah hadir perangkat yang dapat menggabungkan fitur-fitur tersebut adalah prospek baik dalam mendukung efisiensi penangkapan ikan, yakni YUKOM VMA.
Akses informasi dan operasional perangkat tanpa perlu jaringan internet
YUKOM VMA menawarkan solusi dari permasalahan keterbatasan jaringan tersebut. Alat ini menggunakan gelombang radio yang dipancarkan dari menara dengan cakupan sinyal mencapai 65 km. Hal ini memungkinkan semua akses informasi dan fasilitas yang ada perangkat dapat digunakan secara optimal. Misalnya fitur potensi daerah penangkapan ikan (DPI) yang dapat mengarahkan kepada fishing ground, sehingga nelayan tidak perlu lagi menggunakan perangkat GPS dalam unit alat yang terpisah.
Fitur lainnya seperti memberikan informasi perkiraan cuaca di sekitar wilayah perairan tersebut. Fitur pesan membantu nelayan untuk saling berkomunikasi saat berada di tengah laut dan komunikasi dengan pelabuhan.
Tidak kalah penting adalah fitur SOS yang bisa digunakan saat keadaan sedang darurat, misalnya kerusakan mesin atau kehabisan bahan bakar serta kondisi berbahaya lainnya. Fitur ini secara otomatis terhubung ke pihak/lembaga terkait untuk memberikan pertolongan kepada kapal yang sedang dalam keadaan darurat.
Sumber kelistrikan pada peprangkat ini berasal dari tenaga surya sehingga lebih ramah lingkungan.
Kerjasama dengan Lembaga Riset dan Peruruan Tinggi
Perangkat YUKOM Vessel Multi Aid (VMA) ini merupakan teknologi yang dikembangkan oleh PT Unggul Cipta Teknologi (UCT) bekerja sama dengan Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang. Alat ini dikembangkan dengan tujuan mengefisienkan aktivitas nelayan saat mencari ikan serta meningkatkan keselamatan nelayan saat bekerja di laut.
Informasi utama yang dimanfaatkan nelayan adalah pendugaan informasi daerah penangkapan ikan. YUKOM VMA mengakses informasi daerah penangkapan bekerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Setiap hari, nelayan dapat mengaksess informasi dugaan daerah penangkapan ikan pada wilayah pelayaran mereka.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran telah melakukan penelitian sebagai bentuk evaluasi terhadap pemanfaatan teknologi tersebut. Penelitian bertujuan untuk melihat seberapa efisien pemanfaatan perangkat YUKOM VMA bagi masyarakat nelayan, dilihat dari aspek teknis maupun ekonomis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap payang, rata-rata hasil tangkapan ikan per trip kapal dengan YUKOM VMA mampu meningkatkan hasil tangkapan nelayan sebesar 58,08 persen per trip. Penggunaan teknologi YUKOM VMA mampu memberikan dampak yang positif bagi peningkatan produktivitas dan pendapatan nelayan, seperti nelayan Palabuhanratu, Jawa Barat.
Mendukung Program Nelayan Juara
Dalam rangka pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dengan visi Nelayan Juara, perangkat YUKOM Vessel Multi Aid (VMA) dipilih sebagai solusi peningkatan produktivitas nelayan.
Nelayan Palabuahanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, telah merasakan adanya manfaat alat ini setelah menggunakannya selama hampir tiga bulan. Sebelumnya, sebanyak 10 perangkat YUKOM VMA diserahkan kepada nelayan terpilih pada hari Selasa 19 Maret 2019 di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sukabumi. Selain di Palabuhanratu, nelayan di Banten dan Bangka Belitung juga telah turut menggunakan perangkat ini.
Adanya Fasilitas e-logbook untuk Mendukung Sistem Logistik Ikan Nasional
Menurut Permen KP Nomor 5/PERMEN-KP/2014 Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) adalah sistem manajemen rantai pasokan ikan dan produk perikanan, bahan dan alat produksi, serta informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, sampai dengan distribusi, sebagai suatu kesatuan dari kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga, serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Dalam pelaksanaannya, sistem ini perlu didukung dengan informasi aktual hasil tangkapan nelayan mengenai kuantitas maupun jenis hasil tangkapan ikan.
Fitur e-logbook pada YUKOM VMA berfungsi sebagai sistem pencatatan yang dilaporkan secara langsung dan terpusat.
CCTV Online
Aspek keselamatan rupanya adalah hal yang tidak diabaikan, karena selain SOS juga terdapat CCTV yang terpasang di pelabuhan. CCTV ini berfungsi untuk monitor langsung kondisi darat sampai ke areal tambat labuh dan kolam pelabuhan.
Pemanfaatan teknologi baru seperti ini diharapkan juga dapat diadopsi oleh nelayan-nelayan yang lebih luas di seluruh Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaannya PT UCT selaku pengembang perlu melakukan berbagai penyesuaian, karena karakteristik perairan maupun masyarakat nelayan di berbagai wilayah pesisir Indonesia sangatlah beragam.
Teknologi perikanan tangkap yang diberikan kepada nelayan Indonesia harus merupakan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi dengan mempertimbangkan kondisi ekosistem laut, dimana nantinya teknologi tersebut akan digunakan.
Adopsi teknologi merupakan proses mental, proses perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, sikap, keterampilan nelayan sejak mengenal sampai memutuskan untuk menerapkannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan adopsi suatu teknologi, baik penerapan paket teknologi maupun jangka waktu yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pendampingan perlu dilakukan secara terus menerus agar teknologi yang berkaitan dengan perikanan tangkap seperti ini dapat diadopsi oleh masyarakat nelayan Indonesia secara luas. Semakin banyak nelayan yang berhasil mengadopsi teknologi-teknologi seperti ini maka semakin besar pula kesempatan nelayan untuk meningkatkan pendapatannya.
***
Penulis :
– Lantun Paradhita Dewanti –
Kepala Laboratorium Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran