KAB. BANDUNG – Tokoh warga RW 07 Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot, usulkan nama Brigjen Yusep Sudrajat menjadi penanda nama jalan inspeksi Sungai Citepus yang baru selesai dibangun dan dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi jalan umum.
“Saya mengusulkan nama Brigjen Yusep untuk nama jalan itu bukan tanpa alasan,” kata Sahman, Ketua RW 07 Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, (31/10/2021).
Ia mengisahkan, sebelum hadirnya Satgas Citarum, wilayahnya merupakan daerah yang “terisolir” dan kerap tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Citepus, khususnya di wilayah RT 04. Setelah ada personel Satgas Citarum yang datang dan berbaur bersama masyarakat, Sahman kemudian mencoba melakukan koordinasi untuk mengatasi permasalahan banjir tersebut.
“Setiap tahun wilayah kami langganan banjir. Sebagai Ketua RW, saya mencari cara dan jalan agar bisa mewujudkan RW 07 keluar dari permasalahan. Setiap kali ada Musdes (Musyawarah Desa) dan pertemuan-pertemuan di desa sering saya mengatakan bahwa Rw 07 bisa dianggap Indonesia Bagian Timur (tertinggal. red), ongkoh aya tapi teu kajamah (wilayahnya ada tapi tak terjamah) untuk adanya pembangunan,” ucap Sahman mengawali.
Kemudian, lanjutnya, ia tak sengaja melihat personel TNI Satgas Citarum melaksanakan aktifitas di RW 11 Kelurahan Pasawahan, atau yang berada di sebrang Sungai Citepus yang membelah RW 07 Desa Cangkuang Wetan dan RW 11 Desa Pasawahan.
“Saya lalu diarahkan untuk menemui Bapak Satgas, yang waktu itu penanggungjawabnya disini (Subsektor 21-06), Bapak Enjang yang satuannya dari Bogor, bada Isya waktu itu, dan saya menyampaikan keinginan untuk bagaimana caranya agar wilayah RW 07 ini bebas banjir,” kisahnya.
“Saya berterimakasih kepada Satgas Citarum disini karena keluhan saya langsung direspon dan disampaikan kepada Komandan Sektor 21 Satgas Citarum yang waktu itu dipimpin oleh Bapak Yusep Sudrajat. Dan hari itu juga dapat jawaban bahkan langsung ditindaklanjuti dengan adanya pertemuan. Antara lain pertemuan itu melibatkan RW 07 dan RW 08 Desa Cangkuang Wetan serta RW 11 Kelurahan Pasawahan. Dan saya tunjukan dokumentasi wilayah kami saat terjadi banjir, termasuk yang diposting ke media sosial,” ungkap Sahman.
“Ada keyakinan dari Pak Yusep waktu itu bahwa pengerukan Sungai Citepus akan segera dilakukan. Sungai Citepus ini sendiri kondisinya belum pernah dikeruk, kondisinya dangkal. Menurut saya idealnya dari kirmir ke bawah itu dalamnya sekitar empat meter, ini mah fakta yang terjadi saat waktu itu, dari kirmir badan jalan ke bawah hanya satu setengah meter, kita bisa loncat. Jadi, tebal sedimentasinya kurang lebih dua setengah meter, ” tambahnya.
Asa mulai menjadi kenyataan kala Satgas Citarum merespon cepat dengan menurunkan alat berat dan mencari jalan agar sedimentasi Sungai Citepus ini bisa dikeruk sedimentasinya, termasuk berkoordinasi dengan pabrik PT Panafil untuk akses jalan masuk keluar alat berat dan dumptruck juga dengan pemilik tanah, Bapak Uje, untuk stockpile atau penyimpanan tanah hasil pengerukan.
“Kami melihat, dengan kegigihan Pak Yusep, pengerukan Sungai Citepus yang kami pikir sangat sulit dan tidak mungkin alat berat dan dumptruck bisa masuk ke sungai, ternyata bisa terwujud. Terus terang, kami sangat berterimakasih kepada beliau yang telah mendengar keluhan-keluhan dari masyarakat, khususnya kami di RW 07 Desa Cangkuang Wetan yang sudah lama ingin terbebas dari banjir,” terangnya.
“Setelah pengerukan dan dipantau oleh Satgas Citarum, ternyata terbukti, hingga saat ini tidak terjadi banjir,” ucap Sahman sumringah.
Tidak hanya itu, sambung Sahman, cita-cita warga disini adalah ingin memiliki jalan. Dan itu juga direspon oleh Dansektor 21 Satgas Citarum.
“Persoalan kami yang lain adalah tidak memiliki jalan. Jujur saja saya merasa sakit hati bila ada warga yang sakit keras, tapi harus ditandu hingga ke perbatasan RW 08 yang bisa ambulan masuk. Padahal wilayah kami jaraknya relatif dekat dengan RS Sartika Asih, namun karena ketiadaan jalan akses sehingga harus memutar dulu ke Jalan Cisirung,” ungkapnya.
Pantauan media waktu itu, di wilayah RW 07 jalan inspeksi Sungai Citepus tidak ada, dan tidak bisa menembus ke jalan raya Cibiuk arah Pasar Perbas Bandung karena jalan inspeksi sebagian besar tertutup oleh bangunan.
“Cita-cita kami, RW 07 ini bisa keluar dari sebutan daerah terisolir, sehingga segala sesuatu kegiatan pembangunan di daerah kami juga bisa lebih murah. Bayangkan, untuk membangun rumah, contohnya saja rumah saya, membeli bahan bangunan bisa keluar ongkos berkali lipat. Seperti pasir misalnya, harga satu mobil Rp800 ribu, itu biayanya sampai disini bisa sampai Rp1,5 juta, karena pasir disimpan dulu di dekat pabrik, dan dari situ diborongkan untuk diangkut kesini,” ungkap Sahman.
Harapan warga tersebut disampaikan kepada Dansektor 21 Satgas Citarum saat itu, Brigjen TNI Yusep Sudrajat. Kemudian Sektor 21 Satgas Citarum melakukan koordinasi dengan BBWS Citarum, Pemerintah Desa Cangkuang Wetan dan warga, bahkan juga disampaikan pada pertemuan sosialisasi Citarum Harum yang dilaksanakan di aula Desa Cangkuang Wetan yang turut dihadiri Pemerintah Kecamatan Dayeuhkolot.
“Ternyata dengan hadirnya sosok Bapak Yusep Sudrajat, persoalan kami bisa terselesaikan. Dari bebas banjir hingga terwujudnya jalan inspeksi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga kami tidak merasa terisolir lagi,” ujar Sahman.
Oleh sebab itu, lanjut Sahman, ia memberanikan diri untuk mengusulkan jalan inspeksi di Sungai Citepus kurang lebih dua kilometer yang melintas khususnya di RW 07 dengan nama Brigjen Yusep Sudrajat.
“Kami akan sampaikan kepada warga, tapi wacana ini juga sudah disampaikan kepada Kepala Desa Cangkuang Wetan, Bapak Asep Kusmiadi, juga ke BBWS Citarum, Bapak Joko. Saya sampaikan bahwa kami memiliki keinginan saat syukuran nanti untuk memberi penanda jalan inspeksi ini dengan nama Jalan Brigjen Yusep Sudrajat, karena beliau adalah sosok yang menurut saya alami sendiri, terlepas dari kekurangan kelebihan penilaian saya pribadi, berperan penting atas terwujudnya harapan masyarakat disini,” kata Sahman.
“Itu sebagai wujud rasa terima kasih kami, warga RW 07 Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot,” ujarnya.
Sekarang dengan adanya akses jalan dan tidak adanya lagi banjir, dituturkan oleh Sahman, produktifitas perekonomian warga menjadi lebih dinamis.
“Sekarang mungkin bisa dilihat, mobil mulai menjamur dan lalu lalang. Malahan kita sudah mendengar ada pedagang tahu bulat yang lewat, yang dulu tidak pernah kami dengar disini. Harga tanah pun yang saya dengar sudah mulai meningkat, dan ada yang mulai membuka tempat usaha dagang,” ungkap Sahman lagi.
Terpisah, salaseorang warga RT 02 RW 07 Desa Cangkuang Wetan, Deni (44), yang sempat ditemui oleh pewarta, mengaku merasa senang dengan kemajuan yang dialami daerahnya hanya dalam kurun waktu beberapa tahun.
“Alhamdulillah, sekarang kami sudah ada jalan yang sudah bagus dan bisa dilewati kendaraan. Tembus dari Cisirung ke Cibiuk, sekitar satu bulan ini. Terima kasih kepada pengurus dan pemerintah. Hanya saja masih ada kendala karena ada pipa besi yang melintang di atas jalan yang bisa membahayakan pengendara,” sebut Deni.
Sedangkan Kepala Desa Cangkuang Wetan, Asep Kusmiadi, saat dikonfirmasi pewarta melalui pesan singkat, hingga berita ini diturunkan belum memberikan tanggapannya terkait usulan tokoh warga RW 07 untuk memberikan penanda di jalan inspeksi Sungai Citepus yang baru terealisasi ini dengan nama Jalan Brigjen Yusep Sudrajat.
[st]