Semarang [ Sorot Indonesia ] – RMI (Robithoh Ma’ahid Islamiyyah) tengah menggiatkan kemandirian pesantren. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk berbagai kegiatan seminar, workshop maupun pelatihan tentang kewirausahaan belakangan ini. Ketua RMI Kota Semarang, KH Ulil Albab Syaichun mengingatkan bahwa santri itu ibarat anak harimau, maka dari itu harus menjadi harimau, “Santri itu ibarat anak macan, maka ya harus jadi macan” Kata Gus Ulil saat memberikan sambutan kegiatan Sarasehan Robithoh Ma’ahid Islamiyyah di balai Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang semalam (21/03/2018). “Jangan jadi kucing. Bentuknya mirip macan tapi jelas beda” tandasnya mewanti-wanti.
Lebih lanjut, Gus Ulil menegaskan tentang pentingnya kemandirian pesantren. Dikatakan bahwa pesantren yang mandiri akan lebih baik dan terjaga dari berbagai aliran dana yang dirasa kurang baik bagi pengembangan pesantren. Dicontohkan, dalam membangun pesatren tidak perlu mengandalkan proposal bantuan, akan tetapi dengan kekuatan ekonomi pesantren. Pengasuh PP Taqwal ilah tersebut juga mengingatkan agar para santri tidak hanya mengandalkan kiriman atau transfer dari orang tua.
Diterangkan bahwa pesantren perlu mempelajari dan mengembangkan dunia kewirausahaan. Ditekankan kecerdasan finansial sebagai pelengkap aspek peran santri dalam pengembangan pesantren. Untuk itu Gus Ulil menegaskan perlunya merubah mindset santri, “Mari kita rubah mind set kita, dengan adanya kegiatan semacam ini harapannya santri ora mung ngentekno, tapi yo ngintukno (santri itu tidak hanya menghabiskan uang, akan tetapi juga mendapatkan uang)” tuturnya memberikan motifasi.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri) Jawa Tengah, KH Imaduddin saat memaparkan materi tentang pentingnya kewirausahaan dalam pengembangan pesantren. Gus Imad memberikan gambaran tentang koperasi sebagai unit usaha yang hasilnya dikembalikan ke pesantren. Lebih detail, pengasuh PP Al Hikmah-2 Sirampog Benda Kabupaten Brebes membeberkan tentang besarnya anggaran yang dibutuhkan dalam pengembangan pesantren dapat terpenuhi dengan pengembangan unit koperasi pesantren. Hal tersebut diterangkannya dengan sebagian dari berbagai kebutuhan harian santri yang terpenuhi oleh koperasi maka pesantren akan kuat dan mandiri. Ia menekankan hal tersebut sebagai alternatif terbaik dibandingkan dengan aliran dana bantun, “jadi, kalau ada proposal itu adalah proposal pengembangan wirausaha” ucapnya.
Menghadirkan Drs Bagus Harmono MPd, MM, seorang owner dan motivator trainer yang saat ini menjabat sebagai pengurus pusat HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia) dan KH Imaduddin Ketua HIPSI Jateng untuk mendukung rangkaian kegiatan khaflah akhirus sanah (peringatan akhir tahun ajaran pendidikan pesantren-red) PP Durrotu Aswaja. (sorotindonesia.com/arh)