Perubahan Suatu Keniscayaan, Kontemplasi Kang Baden.
Hari ini, harus lebih baik dari kemarin. Itulah inti (subtansi) yang mendorong kami melakukan perubahan baik dijajaran redaksi maupun manajemen perusahaan. Kenapa hal itu dilakukan semata-mata sebagai upaya memperbaiki sekaligus memperbaharui diri di tengah-tengah kian tajamnya persaingan bisnis penerbitan pers dan berjibunnya media massa sejenis.
Ketika kita menutup diri dan alergi terhadap perubahan, hal itu akan membuat kita bagai katak dalam tempurung, sebab perubahan sudah menjadi keniscayaan.
Memang betul memperbaiki yang sudah ada, atau merevitalisasi, apalagi merestorasi apapun, termasuk media massa cetak, jauh lebih sulit ketimbang membuat yang baru, sebab hal itu menuntut kerja keras, kebaranian dan kemampuan. Bisa jadi, itu peta jalan menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
Sebagai salah satu penjaga gawang di dapur redaksi Sorot Investigasi Indonesia, sadar betul pasca revitalisasai media yang tengah anda baca ini memicu kami (semua awak di dalamnya ) dalam melangkah, berinteraksi sosial, terutama ketika menjalankan tugas sebagai jurnalis harus profesional dan proporsional sesuai kode etik jurnalistik, menghindari trial by the press.
Sorot Investigasi Indonesia dinilai cukup kritis mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat, hingga ketika menurunkan laporan utama, hasil investigatif reporting, terutama bila menyangkut isu sensitif, korupsi, pungutan liar, tidak sedikit ada pihak-pihak yang merasa gerah dan kupingnya mendadak panas.
Berani bukan berarti nekad, tapi sudah diperhitungkan segala resikonya selama mengacu pada temuan di lapangan didukung data dan fakta dan tentu kami pun melakukan konfirmasi pada pihak-pihak yang dipandang mengetahui dan terlibat dalam kasus tersebut, hingga berita yang diturunkan berimbang.
Mengelola dan bisnis media massa cetak, apapun levelnya bukan perkara gampang menuntut integritas, kerja keras, soliditas dan kulaitas sumber daya manusia (SDM) semua awak Sorot Investigasi Indonesia. Menurut beberapa pakar jurnalistik, bertahan dan langgengnya media massa cetak tersebut tergantung (menyangkut) independensi, tidak parsial dan kepercayaan publik. Bisnis media massa cetak di Indonesia, tetap prosfektif untuk bertahan dan dipercaya masyarakat. Syaratnya pengelola, insan pers mampu menjaga integritas, profesional dan tetap membangun media massa yang sehat. Kebebasan Pers, terutama pada era teknologi canggih, dengan hiruk pikuk media sosial, tetap harus terkontrol. Insan media harus berkomitmen tetap membangun pers yang sehat meski berada dalam era pers bebas.
Menyadari betul fenomena liberalisasi media massa di satu sisi dianggap baik, karena hak paling dasar bagi publik hak tahu menjadi tahu. Tapi di sisi lain liberalisasi media massa dan informasi membuat spektrum ruang publik menjadi wilayah kelindan pertarungan opini, kepentingan budaya bahkan ideologi. Regulasi untuk mengatur silang sengkarutnya kepentingan media massa kurang memadai. Kini dibutuhkan media massa cetak yang memiliki kesadaran yang kuat atas identitas dan kesadaran berkebangsaan dalam bingkai NKRI. Kami akan berusaha meramu perbedaan kepentingan, bahkan bertentangan ideologi sekalipun menjadi, energi sekaligus harmoni di tengah keberagaman.
Sebagai Institusi Publik Sorot Investigasi Indonesia, akan terus berupaya memberikan yang terbaik pada seluruh Rakyat Indonesia. Sebuah keyakinan dan harapan besar yang menjadi pemicu kami melakukan perubahan.***