Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi ! apakah kita mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah – buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya. Memikirkan kejadian – kejadian yang akan menimpanya dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya ?
Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan ? yang jelas hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi, maka tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya. Sebab siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyebranginya.
Dalam syariat memberi kesempatan pada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan – kecemasan yang baru diduga darinya adalah sesuatu yang tidak dibenarkan pasalnya hal itu termasuk ( angan-angan yang terlalu jauh ) secara nalar, tindakan itupun tidak masuk akal karna sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang, namun ironis kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal semua itu bagian dari kurikulum yang diajarakan di “ Sekolah-sekolah Setan “.
Setan menjanjikan ( Menakut – nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan dari padanya dan karunia (QS : Al – Baqarah : 268 )