Ronny Sompie Puji Eksistensi Babah Kuya, Toko Rempah Herbal Legendaris di Bandung

oleh -
Ronny Sompie Bangga Eksistensi Babah Kuya, Toko Rempah Herbal Legendaris di Bandung

BANDUNG, sorotindonesia.com – Toko rempah herbal Babah Kuya yang berlokasi di Andir, Kota Bandung, hingga kini masih eksis menjual bahan-bahan alami dari tanaman lokal Indonesia untuk dimanfaatkan mulai dari pengobatan hingga bumbu masakan.

Toko yang membuatnya melegenda ini, karena keberadaannya sudah sejak tahun 1838, dengan bentuk bangunannya di bagian dalam yang tidak banyak berubah. Hanya saja kondisi jalan di depannya sudah semakin tinggi, sehingga pintu masuk ke toko semakin rendah. Saat ini yang mengelolanya adalah Hendra Tanuwirja, keluarga generasi ke lima.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Toko Babah Kuya mendapat suplai dari pemasok dari seluruh pulau Jawa dan daerah lainnya di nusantara.

Pembeli yang datang tidak hanya masyarakat dari sekitar Kota Bandung, tetapi juga dari luar kota. Toko Babah Kuya tidak hanya menjual bahan sesuai keinginan pembeli, seperti jenis akar-akaran, daun dan lainnya, namun juga menjual racikan dalam bentuk jamu untuk penyakit tertentu. Bahkan melayani konsultasi ramuan yang dianggap cocok untuk pengobatan penyakit yang diderita oleh pembeli.

Ridwan (34), warga asal Cileunyi saat ditemui oleh pewarta kala sedang mengantri mengatakan bahwa ia sudah ke sekian kali berbelanja di Toko Babah Kuya.

“Dulu saya pernah polip hidung, terus beli ramuan kesini. Alhamdulillah, sekarang sudah tidak ada masalah. Sekarang saya kesini mau beli ramuan untuk bibi saya yang hernia,” ungkap Ridwan.

Ronny Sompie Sebut Toko Babah Kuya Hebat

Melihat eksistensi Toko Babah Kuya yang konsisten dan eksis mengelola bisnis rempah dan ramuan herbal secara turun temurun, ditanggapi oleh Irjen Pol (Purn) Dr Ronny Sompie, S.H.,MH., tokoh nasional asal Sulawesi Utara yang juga pegiat adat dan budaya, sebagai langkah yang hebat.

DPSP

“Toko rempah herbal tradisional Babah Kuya di Bandung, hebat. Saya bangga atas dedikasi dan upaya pemilik toko yang tetap meneruskan tradisi keluarganya untuk menjual bahan rempah herbal tradisional seperti ini. Tidak mudah untuk bisa tetap eksis, kecuali beliau dengan bermodalkan sebuah ketekunan yang terpelihara secara turun temurun dan mendapatkan dukungan pemikiran yang arif bijaksana dan penuh kebajikan,” kata Ronny Sompie yang mengenal Toko Babah Kuya ini dari informasi media sosial beberapa hari lalu.

Baca Juga:  Mapalus Menjadi Salah Satu Solusi Penguatan Ekonomi Rakyat di Sulawesi Utara

Menurutnya, apa yang selama ini diperjuangkan oleh keluarga dan pemilik Toko Babah Kuya ini, selain keuntungan, juga merupakan salasatu kebanggaan untuk melestarikan tanaman obat tradisional Indonesia.

“Kebanggaan terhadap tanaman obat tradisional yang dimiliki oleh tanah air Indonesia, mungkin juga melandasi ketekunannya selama ini,” ucapnya, Sabtu (04/11/2023).

Oleh karena itu, Ronny Sompie menyebut bahwa ramuan tradisional asal Indonesia khasiatnya tidak kalah populer dari ramuan tradisional negara lain.

“Kita ternyata tidak harus pergi jauh ke negeri China untuk mencari dan mendapatkan ramuan obat tradisional yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dan dapat memelihara kesehatan tubuh kita. Cukup datang saja ke Toko Jamu Babah Kuya di Paris Van Java, julukan Kota Bandung. Sebuah kearifan lokal yang sudah tersohor ke berbagai negara termasuk ke China dan Jepang yang selama ini juga kita kenal memiliki produk obat tradional asal negerinya masing-masing,” tambah Ronny Sompie.

Dengan eksisnya toko yang yang menjual berbagai macam jenis tanaman obat tradisonal, sambungnya, tentu akan berdampak secara ekonomi pada petani tanah air yang menanam rempah dan tanaman obat.

Pengobatan Minahasa Makatana

Terkait dengan Toko Babah Kuya, yang menjual dan melayani ramuan tradisional di Bandung, Ronny Sompie yang juga pemerhati adat dan budaya, melihat bahwa di Minahasa, Sulawesi Utara, memiliki semacam pengobatan tradisional yang disebut pengobatan Makatana.

Baca Juga:  Catatan Permasalahan Pekerja Migran Indonesia

“Kita di Minahasa punya kemampuan membuat obat tradisional yang dikenal dengan istilah pengobatan Makatana,” sebutnya.

Budaya Minahasa sering diketahui cara dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan pengobatan makatana. Pengobatan Makatana bukanlah hal yang asing bagi budaya Minahasa, lebih dari banyak orang minahasa masih menggunakan pengobatan makatana untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini.

Irjen Pol Purn Dr Ronny F. Sompie, S.H.,MH.

“Dulu, tanaman obat Makatana hanya ditanam di halaman rumah secara terbatas, tetapi masyarakat sangat terbantu untuk mengatasi gejala penyakit tertentu tanpa harus ke dokter atau rumah sakit. Seperti kalau badan panas, cukup petik daun seketa dan dibalutkan ke bagian tubuh,” ungkap Ronny Sompie.

Begitupun kalau kulit luka tergores atau karena terjatuh terutama anak-anak kecil, lanjutnya, biasanya cukup diberi getah tanaman pagar yang bernama Seketa (tanaman Jarak) ini.

Seketa untuk luka di kulit bisa seperti dilindungi perban sekaligus menghentikan darah mengucur juga berfungsi seperti anti kuman atau disinfektan,” kata Ronny Sompie.

Ternyata daun pohon jarak atau seketa bisa menyerap racun dari dalam tubuh kita, sehingga ketika daun pohon jarak ditempel/dibalut di bagian tubuh yang hangat atau panas, mungkin pori-pori kulit sedikit terbuka, sehingga daun pohon jarak bisa menyerap unsur penyakit dari dalam tubuh kita melalui pori-pori kulit.

“Dengan demikian, pembalutan dengan daun pohon jarak itu biasanya beberapa kali diganti, ketika daunnya sudah layu kena panas tubuh kita ketika sakit,” pungkasnya.*

Comments

comments