Kerukunan Keluarga Kawanua, Ronny Sompie : Wadah Majukan Daerah Dan Tou Kawanua Di Perantauan

oleh -
Kerukunan Keluarga Kawanua, Ronny Sompie : Sa Esa Cita Sumerar Cita, Sa Cita Sumerar Esa Cita
Ketua Dewan Pembina Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK), Irjen Pol (Purn) Dr. Ronny F. Sompie, SH, M.H.

JAKARTA – Organisasi Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) atau biasa disebut K3, kini memasuki babak baru setelah hampir satu dekade terpecah menjadi dua kepengurusan antara kubu Ronny Sompie dan Angelica Tengker.

Namun tahun 2022 ini menjadi tahun istimewa dan monumental bagi organisasi yang mengayomi warga kawanua yang berada di perantauan tersebut, tepatnya setelah pada tanggal 22 Oktober 2022 dua kubu yang sebelumnya terpecah telah sah melebur dan bersatu di Musyawarah Budaya Kawanua (MBK) yang digelar di Kobexindo Tower, Ancol, Jakarta.

Tokoh kawanua, Theo L. Sambuaga, selaku pimpinan sidang saat menyampaikan hasil Musyawarah Budaya Kawanua di Kobexindo, Ancol, Jakarta, didampingi Ronny F. Sompie dan Angelica Tengker.

“Kita sejak 22 Oktober 2022 sudah menjadi satu Kerukunan Keluarga Kawanua dibawah kepemimpinan Ibu Angelica Tengker, Sekjen Bapak Roy Massie, Bendahara Ibu Nova Rumondor, saya didaulat menjadi Ketua Dewan Pembina, sedangkan Dewan Pelindung adalah Gubernur Sulawesi Utara dan Gubernur DKI Jaya, Ketua Dewan Kehormatan Bapak Theo Sambuaga dan Ketua Dewan Penasehat Bapak Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto,” kata Ronny Sompie saat berbincang dengan awak media di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Dengan sudah menjadi satu (DPP), di daerah juga diusahakan menjadi satu dan menginduk ke pusat,” ucap Sompie.

Diakui oleh Sompie bahwa tahapan rekonsiliasi bagi organisasi ini membutuhkan tempo dan semangat kebersamaan yang tinggi. Sehingga target penyusunan rencana kerja oleh DPP KKK pada tahun 2024, bertepatan dengan tahun pemilu, bisa terlaksana dengan baik dan lancar.

“Saya melihat DPP sedang menyusun rencana kerja dengan target tahun 2024 dan akan melaksanakan kegiatan MPA yang pertama sejak penyatuan ini. Ada keterbatasan waktu dua tahun, waktu yang relatif singkat, tetapi itu yang diputuskan oleh tetua pada saat mereka menyatukan.

Kemudian akhir tahun ini, lanjut Sompie, akan mengadakan perayaan Natal bersama sambil mengayomi daerah, karena tadinya masing-masing pihak punya pengurus di daerah atau wilayah, termasuk di kota dan kabupaten.

DPSP

“Sekarang diayomi semua, kalau ada dua (kepengurusan), itu diusahakan menjadi satu menginduk ke pusat semuanya,” pinta Sompie.

Terkait dengan itu, Sompie mengungkapkan bahwa DPP KKK sudah melakukan langkah-langkah komunikasi dengan daerah.

“Komunikasi sudah dilakukan ke daerah-daerah, mudah-mudahan awal Januari tahun depan DPP sudah bisa melantik daerah-daerah yang memang sudah habis masa baktinya. Dengan adanya persatuan ini, saya kira KKK bisa mengayomi tou kawanua di Indonesia dan mancanegara. Karena memang KKK ini diperuntukan bagi warga Minahasa di perantauan,” ungkap Sompie.

Baca Juga:  Ronny Sompie Apresiasi Pemilu 2024 di Sulut Berjalan Aman, Damai dan Lancar

Dibeberkan oleh mantan Kapolda Bali dan Kadiv Humas Polri yang kini menjabat Analis Keimigrasian Ahli Utama Kemenkumham, organisasi KKK fokusnya jelas.

“Fokusnya (KKK) ya untuk pengembangan budaya, SDM, dan penguatan kerukunan. Karena KKK itu dasarnya dari ro’ong, jadi, patuarian desa atau kecamatan, tapi juga ada taranak, famili-famili, sehingga ada yang pakai nama fam, itu banyak sekali perkumpulan taranak. Lalu fungsional, fungsional ini bisa kerukunan atau perkumpulan yang tdak melihat daerah atau fam, tetapi katakanlah memiliki kesamaan hobi, ya seperti olahraga, musik dan sebagainya, nah itu jadi fungsional. Sehingga apa saja yang menjadi perkumpulan orang kawanua bisa menginduk ke KKK, diharapkan seperti itu,” bebernya.

Tantangan Forum KKK Kedepan

Berbincang terkait dengan tantangan bakti organisasi KKK ini, Ronny F. Sompie menjawab bahwa kedepannya KKK ini bisa turut memajukan daerah melalui potensi yang dimiliki, diantaranya memajukan bidang pariwisata dan kebudayaan.

“Nah, bagaimana (KKK) kedepan, tentu kita melihat potensi setiap tou kawanua di setiap daerah dikaitkan dengan kebutuhan memajukan daerah. Mana yang kita prioritaskan atau jalan bersama. Ini kan perlu kita diskusikan bersama,” jelasnya.

“Seperti misalnya meningkatkan pengembangan pariwisata yang perlu diperjuangkan, terutama pariwisata yang sementara ini sedang digelorakan oleh Gubernur Sulawesi Utara, yakni Lake Likupang. Seperti apa target dukungan untuk pemajuan Lake Likupang ini. Dan bukan hanya di Likupang saja, juga ke Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Tondano, Bitung, bisa juga ke Bolaang Mongondow Raya, bisa juga ke Nusa Utara, Sangir Talaud, banyak sekali potensi yang bisa kita kembangkan dari pariwisata,” urai Sompie.

Lalu berbicara tentang musik kolintang sebagai alat musik tradisional asli Sulawesi Utara yang sedang diperjuangkan untuk masuk dalam kategori warisan budaya tak benda (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) Unesco, Sompie langsung menanggapi.

“Kita juga tau, kolintang sedang diperjuangkan untuk masuk ke Unesco. Nah, bagaimana kita menggelorakan agar kolintang ini bisa dimainkan dalam setiap acara orang Kawanua. Memang untuk melatih pemain kolintang ini tidak mudah, alatnya saja yang paling minim itu lima, lebih besar lagi tujuh, dan yang paling lengkap sembilan. Memang untuk yang lima saja kan tidak mudah untuk mencari pemain, beda dengan organ. Tapi ini harus kita terus gelorakan, karena untuk masuk ke Unesco itu penggunaan musik kolintang oleh masyarakat juga mungkin dinilai sebagai warisan tak benda milik Indonesia khususnya orang Minahasa,” terang Sompie.

Baca Juga:  Institute Coelacanth Manado Gelar Zoominar Tentang Kemananan dan Keselamatan di Objek Wisata Pantai

Tidak hanya kolintang, sambung Sompie, tetapi juga tari-tarian tradisional khas Sulawesi Utara, seperti misalnya Maengket. Ia berharap, kesenian tradisional tersebut terus berkembang dan ada inovasi sesuai dengan kebutuhan zaman.

Kerukunan Keluarga Kawanua Tidak Berhubungan Dengan Kegiatan Politik

Memasuki tahun politik menghadapi Pemilu 2024, Ronny Sompie selaku Ketua Dewan Pembina Kerukunan Keluarga Kawanua menyebutkan bahwa organisasi tersebut tidak ada hubungannya dengan kegiatan politik.

“KKK tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan politik, tetapi KKK tidak membatasi anggota untuk terjun ke politik praktis,” terangnya.

Menurut Sompie, bilapun anggota ada yang berbeda pandangan politik, tetapi tetap satu dalam forum KKK, karena ada pesan dari leluhur tou kawanua untuk tetap menjadi satu walaupun terpencar.

“Walaupun ada anggota yang terjun langsung ke politik praktis, tetapi ketika berjumpa dalam forum KKK kita tetap satu. Kan ada pesan dari leluhur kita bahwa Sa Esa Cita Sumerar Cita, kalau kita satu nantinya harus bisa berpencar, Sa Cita Sumerar, Esa Cita, kalau kita sudah berpencar kita akan menjadi satu kekuatan. Ini bisa diartikan ketika kita masuk ke urusan politik, pasti berpencar, ada perbedaan-perbedaan cara pandang politiknya, tapi ketika kembali, kita menjadi satu kekuatan tou minahasa, tou kawanua, di tanah perantauan yang punya rasa kekeluargaan. Saya kira seperti itu, tidak terpecah belah tetapi justru kita menjadi duta memperkuat jaringan sehingga bisa turut memperkuat KKK ini, baik secara SDM, ekonomi, kemampuan untuk mengembangkan usaha-usahanya,” pungkas Ronny Sompie panjang lebar.

Comments

comments