Politik Identitas Problem Pilkada Jabar

oleh -
Politik Identitas
(Foto ka-ki) Direktur Eksekutif Landscape Politik Lokal Indonesia Asep Komarudin, Direktur Pendidikan Politik Landscape Syahri Achyan Tanjung dan Direktur Filosofi Politika Bubun Bunyamin.

BANDUNG, sorotindonesia.com – Politik identitas merupakan salah satu problem yang harus segera diatasi oleh peserta pilkada di Jawa Barat. Diantaranya oleh institusi penyelenggara pilkada, institusi partai politik, institusi media, pemerintah.

Jawa Barat mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang berbeda dengan daerah lainnya. Dengan dibagi menjadi masyarakat wilayah perkotaan, pegunungan dan pesisir.

Di Jabar ada 11 Kabupaten yang mempunyai potensi kelautan dan yang lainnya potensi daerah pegunungan.

Istilah pegunungan santri dan nasionalis serta pesisir santri dan nasionalis seringkali dijadikan komoditi yang ditarik-tarik dan merusak karakteristik asli hanya untuk kepentingan kontestasi pemilihan.

Menurut Asep Komarudin Direktur Landscape Politik Lokal Indonesia, kontestan harus berbicara kepentingan seluruh rakyat Jawa Barat, kearifan lokal dan budaya. “Tidak ditarik-tarik persoalan dari daerah lain ke wilayah sini, justru harus memperkuat identitas lokal”, ujarnya di acara diskusi Pilgub Jabar 2018 di Armor Kopi Piset Mall Bandung, (15/4).

“Saat ini kita masih merasakan ada sekat-sekat, baik sekat gagasan dan keinginan, agama, suku, dan lainnya. Oleh karena itu landscape sebagai teras politik anak muda ingin membuat masyarakat terbuka untuk berbicara politik”, ujar Asep.

Menurutnya, identitas lokal akan terbuka ketika kita berani berbicara tentang diantaranya isu politik lokal, isu politik dan agama, isu politik gender.

Pada kesempatan itu, Bubun Bunyamin dari Filsafat Politika mengungkapkan pemikirannya, dalam Pilgub Jabar 2018 hendaknya tidak menjual identitas. Bagaimana menyukseskan Pilgub Jabar 2018?. Politik kalangan pedesaan itu tenar tapi kosong. Karena partisipasi masyarakat seakan-akan digiring. Ada yang qualified namun bisa kalah disebabkan oleh contohnya “money politic” atau serangan fajar.

Bubun menjelaskan, di Jabar itu ada 3 kelompok besar suku. Pertama, suku Sunda Betawi (Bekasi, Depok). Kedua, Sunda Parahyangan. Dan ketiga, Sunda Cirebonan.

“Seorang kandidat harus membaca itu. Ketika di Jabar sudah memiliki identitas seperti misalnya di Jatim, pasti tidak akan terkontaminasi oleh pengaruh daerah lain”. Tegas Bubun. Padahal jika kandidat mampu memahami dan dekat dengan rakyat, perbedaan karakteristik itu bisa menjadikannya pemenang secara sehat.

Bubun menambahkan, ketika ia melaksanakan penelitian di Bandung, ia nenemukan ada partai politik yang melakukan kaderisasi dengan baik. Tapi sayangnya kader tersebut tidak di eksplor.

Itu sebenarnya yang akan mempersulit kader asal Jawa Barat di pentas nasional. Ditambah lagi UU yang terkait politik di negara kita sering berubah-ubah.

Tapi menurut Bubun, terkait Pilgub Jabar ini ada ketentuan tidak tertulis yang mutlak. Yaitu calon pemimpin (Jabar) harus orang Islam.

Dalam diskusi yang berkembang ini ditampilkan juga hasil-hasil menarik dari lembaga survei terkait dengan calon gubernur yang diidamkan masyarakat Jawa Barat. (Stanly)

Comments

comments