Menjadi Penjaga Dan Penggali Kubur Khusus Korban Covid-19, Cecep : Ikhlas Untuk Kemanusiaan

oleh -
Menjadi Penggali Makam Bagi Korban Covid-19, Cecep : Ikhlas Untuk Kemanusiaan

CIMAHI, sorotindonesia.com- Melonjaknya kasus terkonfirmasi Covid-19 pada tahun 2021 ini, terutama pada pasca Lebaran, diiringi tingkat kematian yang juga terbilang cukup tinggi. Hal lain yang menarik diungkap disini adalah sedikit kisah penggali kubur di Kota Cimahi yang telah bekerja keras agar jenazah korban Covid-19 ini dapat dimakamkan dengan baik, khususnya di TPU khusus jenazah Covid-19 yang disiapkan Pemkot Cimahi yang berada di Kelurahan Cipageran.

Salaseorang petugas pemakaman, Cecep (54), mengungkapkan bahwa ia menjadi penggali kubur di lokasi tersebut  sejak bulan Februari 2021 lalu.

“Saya ikut menjadi petugas pemakaman disini sekitar bulan Februari 2021,” ungkapnya, (21/9/2021).

Dituturkan oleh Cecep bahwa niat awalnya ikut dalam tim di pemakaman khusus bagi jenazah Covid-19 ini adalah membantu, disamping ajakan dari kuncen (juru kunci) di tempat pemakaman tersebut.

“Saya niatnya membantu, jadi relawan. Kuncen pemakaman disini minta tolong ke saya untuk ikut tanggung jawab, bukan berarti saya orang yang bisa atau ahli memakamkan, cuma kalau saya di rumah dikenalnya suka ngurebkeun (memakamkan). Membantu yang tadinya hanya dikerjakan dua tiga orang, terus ada saya jadi empat orang,” tutur Cecep yang tinggal di RW 19 Kampung Cileuweung, Kelurahan Cipageran.

Biasa memakamkan jenazah non Covid-19, lalu saat ini khusus bagi jenazah Covid-19, adaptasi yang dihadapi oleh Cecep bukanlah hal yang mudah. Mulai dari lingkungan keluarga, tetangga, bahkan bagi dirinya sendiri. Namun persoalan tersebut akhirnya bisa teratasi setelah adanya bantuan edukasi dan sosialisasi dari Satgas Covid-19.

Diakui oleh Cecep, awalnya ada perasaan takut juga yang menghinggapinya saat bertugas, karena virus corona yang diketahuinya sangatlah menular.

DPSP

“Ya, awalnya tentu ada rasa takut, karena yang dimakamkan ini adalah jenazah yang terpapar oleh Covid-19. Jangankan saya, keluarganya pun menjauh. Tapi kami mendapat semangat dan edukasi dari petugas. Terutama dalam hal disiplin protokol kesehatan dan penggunaan APD. Alhamdulillah, saya bersama kawan-kawan hingga saat ini tidak ada yang tertular Covid-19,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pemerintah Desa Sindangpakuon Dan Tokoh Masyarakat Kompak Penanganan dan Penanggulangan Covid-19

Dikisahkan oleh Cecep, sekitar bulan Juni merupakan puncak dari banyaknya jenazah korban Covid-19 yang dimakamkan. Dampaknya, Cecep sempat beberapa kali istirahat selama satu dua hari karena kelelahan.

“Bulan Mei dan Juni, pokoknya setelah habis Lebaran adalah puncaknya, satu hari bisa menggali 12 liang lahat. Pertama saat hari H, ada satu jenazah. Kemudian hampir dua minggu tidak ada. Saya disitu merasa lega, alhamdulillah, saya pikir para penderita Covid-19 telah berkurang dan teratasi. Tapi ternyata pemikiran saya meleset, karena justru dua minggu setelah Lebaran itu, breg, langsung banyak. Kurun waktu sekitar tiga minggu ada 135 jenazah yang dimakamkan disini.” bebernya.

Cecep melanjutkan, “Kita membantu proses pemakaman hingga beres. Pernah saya istirahat beberapa kali, satu dua hari, karena kecapean. Terlebih saat turun hujan deras, dan harus terus menggali. Kerja dari pagi sampai jam 10 malam. Akhirnya kita menambah bantuan tenaga 10 orang yang dibiayai oleh kita sendiri, selama kurang lebih satu bulan. Kita bagi dari honor yang berasal dari pemerintah yang untuk 4 orang ke semuanya yang membantu,” kata Cecep.

Baca Juga:  Ajay Akan Benahi Birokrasi Perijinan Dunia Usaha di Kota Cimahi

Sekitar 250 liang lahat yang disiapkan oleh Pemkot Cimahi di lokasi tersebut, saat ini sudah penuh. Sehingga Pemkot Cimahi membuka lahan baru untuk pemakaman khusus jenazah Covid-19 di Kihapit, Leuwigajah.

“Mungkin saya perlu tekankan kepada masyarakat, Covid-19 itu ada. Karena penyakit ini juga pernah dialami oleh guru ngaji saya yang membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit. Jadi, bohong kalau ada yang bilang Covid-19 itu tidak ada,” ujar Cecep.

“Ya, kalau pemerintah menganjurkan untuk menaati protokol kesehatan, sebaiknya dipatuhi,” tambahnya,

Kini di TPU khusus korban keganasan Covid-19 tersebut dirawat dan dijaga oleh Cecep, untuk mengantisipasi adanya kerusakan. Termasuk menanaminya dengan rumput hias.

“Sejak awal saya disini adalah untuk kemanusiaan. Seperti sekarang, mungkin jarang orang yang mau bekerja tapi tidak dijanjikan menerima gaji. Saya disini mengelola dan menjaga makam. Insya Allah saya ikhlas, saya yakin rezeki itu tanggungan Allah SWT. Kalau ada yang memberi saya terima, kalau tidak pun saya tetap bersyukur,” ucap Cecep, tegar.

Tampak di depan pemakaman, ada tenda yang dibangun seadanya untuk tempat berteduh. Didalamnya ada tumpukan beberapa batu bata yang digunakan penjaga makam untuk memasak menggunakan kayu bakar. Selain itu, ada multiplek panjang seukuran papan yang dimanfaatkan sebagai bangku, serta meja kecil yang dibawahnya tersimpan persediaan sejumlah APD yang belum dipakai dan masih terbungkus dengan rapih.

[st]

Comments

comments