sorotindonesia.com, KAB. BANDUNG,- Anak Sungai Cisuminta pasca dilokalisir oleh jajaran Satgas Citarum Sektor 7 pada beberapa waktu lalu, berdampak pada tergenangnya IPAL Terpadu PT MCAB (Mitra Citarum Air Biru).
Seperti pantauan awak media pada hari, Kamis tanggal 12 September 2019 sekitar pukul 14.30 WIB, genangan air di kawasan PT MCAB nyaris menyentuh jalan raya, Jl. Cisirung, Dayehkolot, Kabupaten Bandung.

Lokalisir oleh Satgas Citarum itu sendiri dilakukan karena saluran Cisuminta digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggungjawab untuk membuang limbahnya tanpa diolah langsung ke aliran sungai. Teridentifikasi oleh jajaran Satgas Citarum, didalam anak Sungai Cisuminta terdapat 11 saluran pipa yang tidak diketahui pemiliknya.
Saat dikonfirmasi oleh wartawan, Dansektor 7 Satgas Citarum Harum Kolonel Kav Purwadi menjelaskan, “IPAL Terpadu PT MCAB sejak tanggal 10 September 2019 kemarin sudah tidak operasional, karena sudah kena luapan air Cisuminta, sekarang sudah rata, posisi MCAB kan posisinya dibawah sungai disebelahnya, kolam pengolahan dibagian depan sudah terendam, sedangkan DAF sudah tidak operasional, saluran pipa yang dibuat pasca pengecoran tahun lalu juga saat ini sudah tidak dioperasionalkan, karena air sudah merendam sedalam satu meter di MCAB,” urai Kolonel Purwadi.
Lebih lanjut, Kolonel Purwadi menerangkan bahwa air yang merendam kawasan MCAB berasal dari sungai yang sudah dilokalisir dengan cara dicor, sehingga tumpah ke MCAB.
“Indikasi limbah yang ikut bercampur air juga berasal dari saluran yang telah ditutup, ada delapan saluran di Cisuminta, MCAB tidak operasional tetapi air yang keluar di Cisuminta masih limbah, kami cek pH diatas 10, berarti masih ada pabrik yang nakal,” ujar Kolonel Purwadi geram. “MCAB tidak operasional tapi masih ada perusahaan yang buang (limbah),” tambahnya.
Selain itu, dijelaskan oleh Dansektor 7 ini, “Kita tidak tau, pipa bisa saja di Cisuminta, aliran sungai dari sebelah Dayeuhkolot, dan Cisirung. Indikasinya, kemarin ada kebocoran (mainhole) yang berasal dari kanan MCAB yang berasal dari Badjatex, Bentara, Naga Sakti, dan lainnya,” ungkapnya.
Kolonel Kav Purwadi lebih lanjut menuturkan, “Sebetulnya pipa-pipa di Cisuminta ini yang paham adalah dari LH pada waktu proses perizinan,” tuturnya.

Terkait kekuatiran limpasan air yang meluap ke kawasan pemukiman warga, dijawab oleh Kolonel Purwadi, “Kami tetap koordinasi, saya juga laporkan ke komando atas apabila banjir, sementara ini saya tunggu air belum sampai ke jalan, bila terjadi kondisi demikian, air bisa meluap ke RW 01 Kelurahan Pasawahan. Tapi sebelum kesitu sudah ada parit, parit itu mengarah ke Cisuminta juga,” jawabnya.
Kolonel Purwadi juga menegaskan, “Kepada para pengusaha saya himbau jangan berbuat yang tidak baik dengan membuang limbah, produksi sudah diatur oleh MCAB, tapi dia masih produksi tanpa memperhatikan kerusakan lingkungan,” tegasnya sambil menekankan langkah yang akan diambil saat menemukan pemilik pipa yang selama ini telah semena-mena terhadap lingkungan.
Jajaran Satgas Citarum Sektor 7 pun sudah merencanakan kegiatan untuk menindaklanjuti persoalan tersebut, “Rencananya sisi Sungai Cisuminta kita akan bongkar, dan kita akan melakukan patroli terus, saya ingin tau apakah di sisi itu ada lubang-lubang saluran liar,” ungkapnya lagi.
“Ditempat lain, sungai kering, seperti contohnya di Sungai Citepus dan Cilebak, tapi di Cisuminta meluap, itu indikasi ada tambahan air dari hasil produksi perusahaan,” pungkasnya.
Direktur PT MCAB Bantah Luapan Limbah Berasal Dari Pihaknya
Kesempatan terpisah, Direktur PT MCAB Lucky Tjandradinata, kepada wartawan melalui pesan singkatnya kembali menegaskan, “Saluran Cisuminta dicor karena ada oknum-oknum perusahaan yang buang limbah kesana, bukan MCAB yang buang, MCAB dalam hal ini menjadi korban,” tegasnya.
Menyikapi luapan air yang kini merendam IPAL Terpadu PT MCAB, dijelaskan oleh Lucky, “Langkah-langkah saya terhadap pelanggan, yakni meminta mereka stop produksi sambil menunggu Cisuminta dibuka kembali,” jelasnya.
“Kami terus berkomunikasi dengan Dansektor, juga DLH (Dinas Lingkungan Hidup),” tutup Lucky Tjandradinata.[St]