Semarang | SOROTINDONESIA.COM , Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen, mengusulkan pemanfaatan tinja manusia menjadi biogas.
Gus Yasin, sapaan akrabnya mengingatkan cadangan sumber energi gas Indonesia sangat terbatas. Sehingga masyarakat diminta menggali berbagai potensi energi baru terbarukan (EBT) yang ada lingkungan sekitar.
Menurutnya, pondok pesantren bisa menjadi sasaran pilot project pemanfaatan biogas dari septic tank komunal. Ponpes yang memiliki jumlah santri tidak sedikit, dapat menjadi percontohan dengan membangun sanitasi komunal. Kemudian, biogas dari tinja manusia dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak dan sebagainya.
“Pondok pesantren kalau bikin _septic tank_ komunal didekatkan dengan dapur, sehingga sanitasinya bisa menjadi satu kesatuan. Ini sudah akan kita laksanakan di beberapa pondok pesantren yang ada di Jawa Tengah,” kata Gus Yasin saat memberikan sambutan di Ponpes Sirojuth Tholibin, Brabo Kabupaten Grobogan, Selasa (20/9/2022).
Taj Yasin menambahkan, apabila ponpes dapat mengolah dan memanfaatkan kotoran manusia menjadi energi gas, maka akan menciptakan kemandirian ponpes serta penghematan penggunaan energi.
“Caranya bagaimana, ya kita menciptakan gas sendiri, kita hitung kebutuhan gas yang diperlukan. Di ponpes dengan jumlah santri minimal 1.000 orang bisa menghasilkan gas. Kalau biasanya di perumahan membeli gas elpiji sekitar Rp. 250 ribu per bulan, kemudian di ponpes berapa kita hitung,” jelasnya.
Gus Yasin yang juga Ketua Dewan kehormatan PMI Jawa Tengah ini lantas menerangkan, penghematan energi dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia merupakan instruksi Presiden RI Joko Widodo yang disampaikan saat pidato kepresidenan pada tanggal 16 Agustus 2022.
Untuk melaksanakan instruksi tersebut, lanjut Taj Yasin, Pemprov Jateng akan menindaklanjuti dengan menjalin kerjasama dengan pengembang atau Real Estate Indonesia dan pihak terkait lainnya.
“Mungkin pengembang-pengembang (perumahan) bisa kita ajak kerjasama dengan pemerintah provinsi. (saat) penyediaan (pembangunan) perumahan, kemudian kita minta ( _septic tank_ ) untuk di komunalkan. Tapi kalau di perumahan harus dihitung berapa investasi yang harus dikeluarkan, nanti incomenya berapa? Mungkin di awal akan mahal, tapi setelah itu untuk seterusnya mereka bisa lebih irit,”
Selain memanfaatkan tinja untuk biogas, wagub juga mendorong masyarakat, termasuk pondok pesantren menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTSA). Dengan memanfaatkan PLTSA, untuk penerangan dan keperluan energi listrik lainnya, maka pondok pesantren dapat menghemat pengeluaran kebutuhan energi sebanyak 40-30 persen. (rq)