Kadin Jateng Paradigma Baru Serap Aspirasi Dan Bela Peternak Mandiri

oleh -
Kadin Jateng Paradigma Baru Serap Aspirasi Dan Bela Peternak Mandiri

SorotIndonesia.com, Semarang – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Tengah Paradigma Baru berusaha menyerap aspirasi dan membela para peternak agar tetap survive. Sebab, adanya wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dirasakan sangat berdampak bagi kelangsungan usaha kecil dan menegah, salah satunya para peternak mandiri.

Menyikapi hal itu, Kadin Jateng Paradigma Baru menggandeng sebuah perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli ayam hasil peternak mandiri dengan harga yang wajar.

“Harga ayam yang anjlok dibeli dengan harga yang wajar. Dalam hal ini Kadin memfungsikan diri dalam membela para peternak mandiri,” kata Ketua Kadin Jateng Paradigma Baru Ali Abdul Rohman dalam jumpa pers di Kantor Kadin Jateng Paradigma Baru Jl. Sumbing No.18 A, Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jum’at (17/7/2020).

Ia melanjutkan, Kadin hanya menjadi sebuah jembatan bagi peternak mandiri agar peternak ayam hasil panen tak terombang-ambing oleh harga, terlebih dengan anjloknya pasar akibat pandemi Covid-19.

Saat ditanya terkait bantuan stimulan Ali mengatakan, untuk saat ini pihaknya belum bisa mendukung peternak dengan stimulan seperti bantuan pakan ternak atau perbaikan kandang. Meski demikian, pihaknya memberikan sebuah jaminan agar peternak mandiri yang telah dibina masih bisa tetap menjual dengan penekanan harga yang wajar.

“Tidak menutup bagi daerah lain. Tapi untuk saat ini kita akomodir Magelang dan Temanggung dulu,” ujarnya.

Salah satu keluhan anjloknya pasaran ayam pedaging dan telur ayam diungkapkan Agus Sujoko. Peternak mandiri dari Temanggung yang hadir dalam kesempatan itu, saat ini terpaksa hanya mengoptimalkan ayam petelur.

“Permasalahan dirasakan dari harga daging turun, sedangkan harga pakan tidak pernah turun,” keluhnya.

Dia terpaksa menghentikan usaha ayam broiler lantaran tak mampu menanggung beban perawatan. Dijelaskan kalkulasinya jika pemasaran lokal dengan kisaran harga Rp.18.000/Kg sudah bisa menutup biaya pakan dengan catatan kematian ternak sedikit, “Kebetulan sekarang broilernya berhenti ada sekitar 2 bulan,” akunya.

Keluhan yang sama diungkapkan oleh Sukahono yang selama 8 tahun menekuni ternak ayam di Kabupaten Temanggung, “Yang masih hidup ada sekitar 600an peternak. Itupun karena memiliki penghasilan lain seperti menjadi pegawai atau usaha di bidang lain,” ungkapnya.

Menurutnya, banyaknya pelaku usaha ternak mandiri banyak yang bangkrut karena harga daging ayam merosot hampir sekitar 1 tahun. Akan tetapi dampaknya sangat terasa di masa pandemi ini. Untuk itu, ia berharap agar pemerintah dapat membantu para peternak mandiri. Sebab, jomplangnya harga pakan dibanding harga jual membuat para peternak mandiri susah berkembang.

Apa yang mereka alami juga diakui Sigit Alfatah, peternak mandiri asal Kabupaten Magelang. Menurutnya, ketika harga jual terlalu murah dampaknya akan sangat terasa bagi peternak yang mengandalkan modal sendiri. Berbeda dengan peternak kemitraan yang mendapat dukungan dana dari mitra.

Menanggapi keluhan para peternak, Kepala Divisi Produksi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Irwanu mengatakan, pihaknya mendapat tugas dari kementrian BUMN untuk menyerap hasil dari peternak mandiri, “Makanya kita bekerja sama dengan Kadin,” ungkapnya.

Meski demikian, ia mengaku tidak dapat mematok berapa kemampuan untuk membeli hasil panen peternak mandiri di Jawa Tengah, “Untuk volume pembelian akan dikoordinasikan kepada pusat,” tandasnya. (ARH)

Comments

comments