Festival Banjari se-Jateng dan DIY Meriahkan Rangkaian Akhirussanah Ponpes Durrotu Aswaja

oleh -
oleh
Kasie Trantibum Kecamatan Gunungpati Soegiharto saat memukul gong sebagai tanda Festival Banjari Durrotu Aswaja se-Jateng dan DIY secara resmi dimulai. Foto: Rifqi/sorotinfonesia.com
Kasie Trantibum Kecamatan Gunungpati Soegiharto saat memukul gong sebagai tanda Festival Banjari Durrotu Aswaja se-Jateng dan DIY secara resmi dimulai. Foto: Rifqi/sorotinfonesia.com

SEMARANG, sorotindonesia.com – Festival Banjari (Fesban) menjadi salah satu kegiatan untuk memeriahkan perayaan momen akhir tahun pembelajaran (akhirussaanah) di Pondok Pesantren Durrotu Aswaja tahun ini. Dengan peserta dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, kegiatan ini dilaksanakan di Ponpes Durrotu Aswaja 2 Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (5/7/2025).

Hadir dalam pembukaan fesban KH Agus Ramadhan selaku pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja, Kasi Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) Kecamatan Gunungpati, Lurah Sekaran, Babinsa dan Babinkamtibmas beserta tokoh masyarakat setempat.

Dalam kesempatan itu, Lurah Sekaran, Sri Sukaryati mengatakan, pihaknya bersyukur atas peran pesantren dalam membina santri dan masyarakat. Selain itu, dirinya juga mengapresiasi para santri dalam menjalankan berbagai kegiatan yang positif, kreatif, dan selalu menjaga persatuan.

“Kami bersyukur menyambut kegiatan ini untuk mempererat silaturrahim antara sesama umat Islam, khususnya pecinta musik rebana banjari. Mudah-mudahan para santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi teladan dengan akhlak yang mulia,” ujarnya.

Mewakili Camat Gunungpati, Kasi Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) Kecamatan Gunungpati Soegiharto mengingatkan bahwa musik rebana merupakan kesenian yang selalu melekat pada kehidupan umat Islam, khususnya di Indonesia.

Baca Juga:  Silatnas III Bu Nyai Nusantara, Gus Yasin Minta Agar Pondok Pesantren Lebih Dekat dengan Masyarakat

“Kesenian rebana ini tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masyarakat kita, dari sejarah penyebaran agama Islam pada zaman dahulu hingga sekarang,” katanya.

Untuk itu dirinya berharap kegiatan festival tersebut menjadi bagian dari tindakan pelestarian kebudayaan dan ajang untuk menambah saudara dan mempererat persaudaraan atau ukhuwah. “Saya berharap dapat meningkatkan kecintaan terhadap seni dan budaya Islam. Juga mempererat tali silaturrahim dengan sesama peserta, maupun dengan warga,” tuturnya.

DPSP

Dia juga berpesan agar peserta festival menjunjung tinggi sportifitas dengan semangat kekeluargaan dan menjadi tempat berbagi pengalaman. “Mari kita nikmati penampilan para peserta dengan penuh sukacita,” ucapnya.

Ketua Panitia Fesban Durrotu Aswaja 2025, Muhammad Sakdun mengungkapkan ada 18 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Ia jelaskan setiap peserta wajib membawakan lagu bebas berbahasa arab berupa salawat atau doa munajat, dan 1 jingle lomba. “Durrasi waktu maksimal 12 menit,” ujarnya.

Ia menyebut beberapa ketentuan lomba diantaranya setiap grup terdiri dari 10 orang personel putra atau putri maupun campuran, setiap personel hanya boleh mengikuti 1 grup saja, jika merangkap maka personel dan grup tersebut akan didiskualifikasi, peserta wajib melengkapi administrasi dan persyaratan dan setiap peserta wajib mengikuti technical meeting melalui zoom.

Baca Juga:  Ikut Hari Santri di Kauman, Yoyok Sukawi Paparkan Perda Pesantren dan Komitmen untuk Pendidikan

Sebelum lomba dimulai, para juri mengikuti sumpah untuk menjalankan kode etik juri yang dipandu oleh Pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja, KH. Agus Ramadhan. Adapun 3 orang juri fesban pada tahun ini antara lain; Cak Agung dan Cak Dendy dari Jombang Jawa Timur serta Kang Faiz Syauqy dari Temanggung Jawa Tengah

Sementara, Ketua Panitia Haflah Irwan Ali Prasetyo mengatakan Festival Banjari telah menjadi kegiatan rutin pada empat kali akhirussaanah. Ia jelaskan, momen akhir tahun pembelajaran dimulai dari Grand Opening, Aswaja Festival (Asfest) yang diisi dengan berbagai kreativitas santri seperti aneka lomba internal, futsal, seminar dan sebagainya, kemudian Festival Banjari, hingga akhirussaanah.

Namun demikian, ia mengaku pada tahun ini grand opening tidak ada karena berbenturan dengan agenda lain, yakni pemberian ijazah kitab Tuhfatul Athfal dari Syekh Nabil Muhammad Ali dari Mesir dan ijazah kitab Al Adzkar An Nawawi dari Syekh Marwazi dari Jakarta. (*)

Comments

comments