Jaga Generasi Milenial, Santri Durrotu Aswaja Kembangkan Dakwah Lewat Turnamen Futsal

oleh -
Jaga Generasi Milenial, Santri Durrotu Aswaja Kembangkan Dakwah Lewat Turnamen Futsal
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Durrotu Ahlissunnah Wal-Jama'ah (Ponpes Durrotu Aswaja/PPDA), Kiai Agus Ramadhan, saat menyerahkan hadiah turnamen futsal Aswaja Cup Ke II di Merdeka Stadium Sekaran Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah (qq)

SEMARANG – Tantangan santri dari masa ke masa adalah kreatif dalam berdakwah. Tidak hanya memanfaatkan media sosial dengan konten religiusitas yang menyejukkan, lebih dari itu berdakwah melalui hobi olahraga, satu diantaranya bermain futsal.

Hal itulah yang dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Durrotu Ahlissunnah Wal-Jama’ah (Ponpes Durrotu Aswaja/PPDA), Kiai Agus Ramadhan, usai menyerahkan hadiah turnamen futsal Aswaja Cup Ke-II di Merdeka Stadium Sekaran Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/10/2021) malam.

“Kita hidup di zaman milenial, makanya kita harus pandai dalam menggarap segmen dakwah kita agar tidak digarap oleh minhum (islam golongan selain aswaja ala NU,-red), ini (generasi milenial) harus jadi minna (bagian dari golongan kita), bagian kita ahlussunnah NU,” kata Kiai Agus.

Menurut dia, saat ini futsal menjadi olahraga alternatif pengganti sepakbola, karena lebih mudah untuk mendapatkan lapangan yang standar dan nyaman. Futsal juga menjadi kegemaran masyarakat saat ini, “Futsal ini menjadi olahraga yang digemari generasi muda kita, para peminat futsal harus kita rangkul,” ucapnya.

Sebab, menurutnya, selain menjaga generasi muda dari paham non ahlussunnah wal-jam’ah, futsal juga menjadi media dakwah efektif untuk menjauhkan generasi muda dari bahaya narkoba.

“Olahraga ini menjadi aktifitas untuk menghilangkan pikiran negatif, agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif seperti narkoba. Santri harus pandai mengemas kegiatan untuk merangkul masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga:  Santri Bantu Memerdekakan Indonesia, Santri Juga Harus Jaga Kemerdekaan

Dengan turnamen tersebut, Kiai Agus juga berharap menjadi sarana untuk merekatkan persaudaraan antar santri maupun dengan masyarakat luas. “Saya harap futsal ini bisa merekatkan santri dengan sesama santri dan masyarakat,” ungkapnya.

DPSP

Ia pun mengingatkan, pemerintah orde baru selama ini menutup peran santri dalam sejarah perjuangan bangsa merebut dan mempertahankan kemerdekaan “Titik mula adanya pertempuran 10 November di Surabaya ini dari gerakan santri, Hadratus syeh Hasyim Asy’ari menggelorakan semangat santri dengan resolusi jihad, ini yang selama ini ditutupi pemerintah orde baru,” ujarnya.

“Tapi alhamdulillah, sekarang ini sudah terbuka dan disahkan sebagai hari santri nasional,” imbuhnya.

Aswaja Cup merupakan even para santri Ponpes Durrotu Aswaja dalam memeriahkan Hari Santri Nasional. Pada gelaran tahun ini mengalami peningkatan partisipasi peserta. Menurut ketua panitia Aswaja Cup, Akbar Pristia Nugroho kegiatan berlangsung selama dua hari dengan jumlah peserta 30 tim.

Pada tahun lalu, kata Akbar, turnamen hanya mendapatkan peserta dari Ponpes yang ada di kota Semarang. Namun kali ini telah merambah segmentasi umum dengan 5 kabupaten/kota Jawa Tengah antara lain Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Demak, Pemalang.

“Turnamen ini menjadi penting untuk menjadi sarana lebih mempopulerkan hari santri nasional,” kata Akbar menirukan pesan Kiai Agus Ramadhan.

Baca Juga:  Tak Sekedar Metode, Yanbu'a Lebih Unggul

“Tim dari remaja masjid ada, dari Ansor juga ada, tapi baru Ansor Kecamatan Tembalang, semoga tahun depan ada Ranting dan Pimpinan Anak Cabang Ansor yang lain ikut turnamen Aswaja Cup,” harapnya.

Tampil sebagai Juara 1, Hokya Joss FC dari Mranggen Demak setelah berhasil menekuk Pukaku FC dari Pemalang. “Saya dapat informasi turnamen ini dari grup futsal facebook kebetulan ada postingan turnamen. Kita musyawarah sama temen-temen yang sebetulnya juga bukan satu grup, tapi sengaja membuat tim ini,” kata Kapten Hokya Joss, Muhammad Miftahul Munir.

Setahu saya, lanjut dia, pesantren kalau ngadain futsal itu antar pesantren. Ini untuk umum. Karena itu, dirinya sudah optimis bisa juara. “Jadi kalau pesantren kan terlalu berat untuk lawan yang umum, santri lebih banyak ngaji, apalagi juga jadi mahasiswa, waktu latihannya minim,” ujarnya.

Dengan prestasi itu, dia berencana akan mengelola tim yang sudah solid tersebut untuk menambah anggota agar terus berkembang.

Selain itu dirinya juga mengapresiasi turnamen yang berjalan dengan relatif lancar. Dia sebut ada kendala yang tidak berarti, “Salut, panitia dan peserta orangnya baik-baik, ramah-ramah. Semoga tambah sukses, tambah maju,” tutupnya. (qq)

Comments

comments