BANDUNG, (sorotindonesia.com) – Masyarakat global kini sedang mengalami kerisauan luar biasa akibat pengaruh informasi. Berbagai saluran komunikasi publik dibanjiri beragam informasi yang membuat suasana kehidupan manusia seperti menjauh dari kedamaian dan keharmonisan. IBRAF sebagai salah satu wadah yang memiliki perhatian pada isu-isu media massa di dunia coba mengkaji keadaan dunia yang dipengaruhi arus informasi yang cepat dan massif.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan sebuah wadah yang dibentuk antar negara-negara Islam di dunia untuk meningkatkan solidaritas antar anggotanya. OKI membentuk OIC Broadcasting Regulation Authorities Forum (IBRAF) pada April 2013 sebagai forum antar lembaga pengawas penyiaran di negara-negara anggota. Setiap tahunnya, IBRAF yang beranggotakan 30 negara mengadakan pertemuan yang membahas perkembangan penyiaran di dunia serta melakukan pemilihan Presiden IBRAF.
Setelah sebelumnya diadakan di Jeddah 12-13 Januari 2016, pertemuan tahunan IBRAF ke-5 akan diadakan pada 21–23 Februari 2017 di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Bandung, Indonesia. Hal ini diselaraskan dengan terpilihnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai Presiden IBRAF 2016.
Pembicara yang akan berpartisipasi di antaranya, Ketua KPI Yuliandre Darwis, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Komunikasi dan IT Rudiantara, Sekjen IBRAF Hamit Ersoy dari Turki dan beberapa tokoh-tokoh broadcasting dari Indonesia dan dunia, delegasi ketua regulator penyiaran, dan akademisi. Selain itu dalam kegiatan IBRAF ini bapak wakil perdana menteri Malaysia, Dato Seri dr. Ahmad Zahid Hamidi menjadi keynote speech.
Untuk melengkapi agenda tahunan ini, KPI menginisiasi beberapa rangkaian acara mulai dari konferensi internasional dengan tema “Media for World Harmony”, annual meeting yang diperuntukkan bagi anggota IBRAF, dan akademik forum yang membahas perihal perkembangan media.
Tujuan dari diadakannya konferensi ini adalah untuk membangun kerjasama antar sesama regulator penyiaran sedunia yang harmonis, serta mencapai pemahaman bersama mengenai isu media dan dunia penyiaran terkini. Tema yang diangkat dalam konferensi internasional IBRAF kali ini adalah “Media for World Harmony” didasari pemikiran bahwa media merupakan cermin dari berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia sehingga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan keselarasan dan harmoni di tengah masyarakat dunia.
Berbagai macam kebudayaan Indonesia ditampilkan untuk memeriahkan acara, seperti alat musik dan tarian tradisional Jawa Barat. Diharapkan dengan terselenggaranya acara ini, didapatkan pemahaman kolektif yang dapat diaplikasikan oleh media untuk berpartisipasi menjadikan dunia ke arah yang lebih baik, makmur, sejahtera, dan damai.
Presiden IBRAF yang juga ketua KPI Yuliandre Darwis mengatakan kepada wartawan, Rabu (22/2), “Pada gelaran ini tidak hanya negara-negara OKI, tapi banyak negara diluar OKI yang berpartisipasi diantaranya Korea Selatan, Taiwan, Belanda, Amerika, Jerman, Portugal dan lain sebagainya. Ini membuktikan bahwa ada masalah besar yang harus didiskusikan bersama, diharapkan dari international conference yang tadi disampaikan wakil perdana menteri Malaysia oleh Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi dan pemerintah RI melalui Menko bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan dengan cara yang gamblang artinya global impact secara keseluruhan dampak dari media sudah terjadi dan harus diantisipasi dengan cara menyamakan persepsi, framing yang sama, mudah-mudahan dengan framing ini semua negara yang hadir bisa merasakan sebuah kulminasi yang positif, lahir dari Bandung untuk dunia”, katanya.
Yuliandre menambahkan pada bahwa di moment acara Media for World Harmony ini, isu strategisnya adalah hoax, “Ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di dunia, yang terjadi kemudian adalah yang namanya radicalism framing dalam sebuah konten, semisal contohnya adalah Islamophobia atau minority-phobia. Ini adalah frame-frame media yang diciptakan oleh, maaf, rekayasa-rekayasa oknum media yang memunculkan itu. Kalau semua bisa saling mengerti dan memahami, semua bisa selesai dengan masalah itu”, urainya.
Diungkapkannya lagi, “Kita lihat saat ini banyak media yang menampilkan frame yang membuat suasana kegaduhan, bahkan disaat orang sudah tentram dibuat kegaduhan lagi apalagi sorotan Timur Tengah menjadi catatan, saya sebagai presiden IBRAF sangat memahami dinamika psikologis dari semua negara-negara OKI dan itu juga yang kita bahas pada forum ini”, pungkas Yuliandre. (stanly)