Wajib Diketahui Pembudidaya Lobster, Ektoparasit yang Menyerang Lobster Muda

oleh -

Budidaya lobster (Panulirus sp) dengan metode bak terkontrol banyak dilakukan di Australia dan Vietnam dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Namun budidaya pendederan lobster pasir dengan metode bak terkontrol tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, faktor lingkungan perlu untuk diperhatikan mengingat bahwa meskipun pemeliharaan lobster di KJA memberikan hasil yang cukup baik, namun masih juga menyisakan kekurangan terutama dalam metode pendederan yang digunakan akibat dari adanya beberapa faktor luar yang tidak bisa dikontrol.

Di Vietnam, benih lobster yang tertangkap dipelihara selama 30 – 60 hari terlebih dahulu, sebelum dibudidaya dalam keramba di laut (Chau, Ngoc & Nhan, 2008). Pada masa pemeliharaan benih inilah, terjadi kematian yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 50 persen, bahkan seluruh benih mengalami kematian (Thuy & Ngoc, 2004). Menurut Phillips, Melville-Smith & Cheng (2003), kematian larva pada lobster Panulirus cygnus di alam diperkirakan sangat tinggi (80- 98 persen), yang terjadi pada saat puerulus menetap di dasar perairan, dan akibat transportasi benih untuk kegiatan budidaya di darat.

Beberapa hal kekurangan budidaya di KJA antara lain adalah terbawanya pakan oleh arus yang kuat, ancaman gelombang tinggi yang disertai angin kencang, dan parasit serta predator yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan lobster itu sendiri.

Potensi akuakultur lobster pasir tentunya membutuhkan teknik budidaya yang sesuai agar mendapatkan hasil yang optimal termasuk pengendalian parasit yang banyak menyerang lobster ukuran 50 gram.

Pada tulisan ini, akan dijelaskan ektoparasit yang banyak menyerang lobster muda serta teknik penanggulangannya.

Saat lobster muda dibudidayakan baik di KJA maupun di bak indoor, terdapat sejumlah ektoparasit yang sering menyerang, salah satunya adalah Octolasmis sp (Gambar 1)

Gambar 1. Lobster pasir muda yang terserang ektoparasit Octolasmis sp.

Serangan Octolasmis sp biasanya pada bagian kepala, dada dan insang (Gambar 1), hal ini akan menyebabkan lobster kesulitan mengambil Oksigen untuk bernafas, kemudian lemas dan akhirnya mati. Beberapa penelitian menyatakan bahwa infestasi Octolasmis sp. (Gambar 2)  yang tinggi dapat menurunkan respirasi lobster. Infestasi Octolasmis sp. yang berat dapat menurunkan luas permukaan lamela insang sehingga menyebabkan defisiensi dalam penyerapan oksigen. Dilaporkan bahwa infestasi Octolasmis sp. menghambat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hal ini karena terjadinya penutupan pada insang oleh akumulasi parasit dan kotoran.

Gambar 2. Octolasmis sp.

Hal ini tentu sangat merugikan pihak pembudidaya, mengingat lobster pada bobot 50 gram pada umumnya akan segera dipindahkan lokasi budidayanya, yang semula di hatchery kemudian dipindahkan ke Karamba Jaring Apung (KJA), atau dari hasil tangkapan dan kemudian dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung.

Penelitian penulis di Kecamatan Ciemas Palabuhan Ratu, serangan Octolamis sp sering terjadi pada bulan Januari sampai Maret, saat banyak terjadi hujan. Begitu pula peneliti lain melaporkan bahwa di Bali Utara, Banyuwangi, Situbondo pada bulan Januari sampai Februari lobster muda banyak diserang Octolasmis sp. Dapat diduga keberadaan ektoparasit ini terdapat pada perairan laut yang terbuka. Hal ini terbukti bahwa di Teluk Lombok, serangan ini jarang sekali terjadi.

Penanggulang Octolasmis sp.

Secara umum tindakan pencegahan yang dilakukan antara lain melaksanakan sanitasi wadah, perlakuan pada benih, pengaturan pemberian pakan, pengaturan padat tebar dan menjaga kualitas air. Tindakan pengobatan baru akan dilakukan setelah jenis penyakit diketahui dengan melihat gejala dan tanda-tanda penyakit.

Beberapa cara pengobatan diantaranya adalah pengobatan dengan bahan kimia. Hingga saat ini obat kimia masih mendominasi di kalangan pembudidaya ikan, walaupun sudah banyak ditemukannya obat herbal yang bahan bakunya mudah didapat. Hal ini dikarenakan obat kimia lebih efektif membunuh penyakit ikan, salah satu bahan kimia yang digunakan untuk mengobati ikan yang terinfeksi ektoparasit, adalah KmnO4 (kalium permanganate lebih popular disebut PK). PK merupakan oksidator kuat yang dapat membunuh penyakit ikan akibat ektoparasit. Bahan aktif beracun ini mampu membunuh dengan merusak dinding-dinding sel melalui proses oksidasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa PK membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, selain itu juga membentuk kompleks protein pada struktur pernafasan parasit yang akhirnya menyebabkan Octolasmis sp. mati. Metoda yang dilakukan adalah dengan  cara merendam lobster muda tersebut pada media PK 100 ppm selama 30 menit menggunakan aerasi besar, diulang setiap 3 hari.

Selain menggunakan PK, bisa juga menggunakan Formal dehida / formalin konsentrasi 100 ppm dengan juga aerasi besar, selama 15-30 menit.

Bagaimana bila kita akan menggunakan obat herbal? Ini juga dianjurkan walaupun biasanya efek yang diharapkan lebih lambat, namun hal ini lebih menyehatkan bagi lobster.  Penulis menggunakan obat herbal Bioimun (Gambar 3).

Gambar 3. Obat Herbal Bioimun Untuk mengobati Serangan Octolasmis sp pada Lobster Muda

Penggunaan Bioimun yaitu dengan menuangkan isi obat 1 botol (100 ml) ke dalam wadah bersih dan diencerkan 100 x kemudian  dilakukan perendaman selama 18 jam.

Penanggulangan ektoparasit ini bisa juga dilakukan secara manual, yakni diangkat/dicabut satu persatu menggunakan pinset, ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni secara manual, hal ini dapat dilakukan untuk jumlah sample yang sedikit.

Gambar 4. Pencabutan Octolasmis sp  Secara Manual Menggunaan Pinset

Demikian metoda yang wajib diketahui dan dicoba oleh pembudidaya lobster manakala terjadi serangan ektoparasit Octolasmis sp.

*****

 

Penulis : RITA ROSTIKA

Peneliti Lobster FPIK Universitas Padjadjaran

Comments

comments