Tri Waluyo Prihatinkan PGOT Di Kota Semarang

oleh -
Hitung Uang : Personil TPD sedang menghitung uang hasil pengemisan kelayan yang terkena razia di Panti Rehabilitasi Sosial Kota Semarang
Hitung Uang : Personil TPD sedang menghitung uang hasil pengemisan kelayan yang terkena razia di Panti Rehabilitasi Sosial Kota Semarang.

SOROTINDONESIA.COM | Semarang, – Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Kabidresos), Tri Waluyo, memprihatinkan adanya pengemis, gelandangan, dan orang telantar (PGOT) yang ada di Kota Semarang. Dengan adanya canangan program Semarang Hebat ia berharap masyarakat untuk tanggap dengan era yang kian berkembang pesat. Demikian diungkapkan Tri Waluyo saat ditemui di sela aktifitasnya di Dinsos Kota Semarang, Gedung Balaikota Semarang, Jalan Pemuda, Semarang Tengah, Kota Semarang, Senin (13/8/2018).

“Saya merasa sangat prihatin dengan kondisi Kota Semarang yang semakin HEBAT tetapi masih saja diwarnai dengan PGOT dari luar kota dan juga warga Kota Semarang,” ungkap Tri, “dari Pemerintah telah mengupayakan berbagai program penanggulangan fakir miskin dan pembangunan yang menumbuhkan peluang usaha, namun masih ada yang malas mencari nafkah dan memilih hidup dengan cara meminta-minta (mengemis),” terangnya. “Selain itu, ada juga yang berjualan tapi mengganggu ketertiban umum dan membahayakan dirinya dan orang lain,” tambahnya.

Dinas Sosial pada bulan ini kembali melakukan patroli dan razia di jalanan dengan menurunkan Tim penjangkauan dinas sosial (TPD). Dalam tempo kurang dari sepekan PGOT yang terjaring belasan kelayan dengan bebagai kasus, “TPD menjalankan tugasnya dengan profesional. Mereka yang terjaring sebagian sudah pernah terdata sebagai kelayan kami, ada yang meminta-minta, dan ada yang mengamen. Mereka ini rata-rata masih di usia produktif” kata dia.

Tri Waluyo mencontohkan, Gadis berusia 12 tahuan berinisial NLR dieksplotasi untuk berjualan koran di malam hari, dengan diawasi tantenya yang berinisial TS. Gadis kelas 13 di salah satu SMP swasta Gayamsari tersebut bersama anak-anaknya TS dimanfaatkan untuk berjualan koran. Dari catatan yang ada, TS sudah pernah didatangi TPD di rumah kontrakannya untuk dinasehati.

Contoh berbeda, pengembalian Lansia telantar dari Dinsos Kendal yang digendong oleh personil TPD bernama Yusron (43) lantaran tidak mampu berjalan. Lansia terpaksa harus digendong dari dalam mobil menuju panti tempat singgah sementara bagi lansia tersebut.

Diterangkan oleh koordinator TPD, Dwi Supratiwi bahwa Dinsos Kendal akan mengembalikan H (65), dan K (67) ke Kota Semarang. Pasalnya, kedua lansia tersebut hidupnya telantar di kendal. Dari informasi sementara, keduanya memiliki anak yang telah berkeluarga di kendal. Namun hidup dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, tidak memiliki rumah sendiri dan hanya tinggal di kos yang dihuni bersama keluarga, anak, menantu dan cucunya. Sementara kedua lansia tersebut setiap hari lebih memilih tidur di becak yang biasa digunakan untuk mengais rejeki dan pada akhirnya telantar akibat kakinya yang luka.

Dari keterangan yang didapatkan, H dan K semula merupakan warga Wonoharjo Rt 02 Rw 11 Kembang Arum Semarang Barat kemudian pindah ke Desa Wonolopo RT 1 RW 3 Wonolopo Mijen Kota Semarang. Namun, didapati rumah dengan alamat sebagaimana tertera dalam KTP sudah dijual tanpa diketahui rumah baru keluarganya.

Hasil penelusuran TPD berhasil menemukan adik kandung K beserta suaminya. Keduanya tinggal di Borobudur Timur Kembang Arum, Semarang Barat. Namun, mereka enggan menerima dengan alasan mereka ikut di rumah menantunya. Adiknya yang lain berumah tangga di Sri Rejeki Kalibanteng Kidul Semarang Barat juga keberatang untuk menampung sebab dalam kondisi serupa, hidup pas-pasan dengan menantunya.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Kabidresos) Dinas Sosial Kota Semarang, Tri Waluyo.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Kabidresos) Dinas Sosial Kota Semarang, Tri Waluyo.

Comments

comments