SEMARANG , sorotindonesia.com – Ketua Rumah Gerakan Dokter Hayyi Center (DHC), dr. Muhammad Hayyi Wildani menanggapi bijak kontestasi politik Pilwalkot Semarang yang diikuti oleh CEO PSIS, Alamsyah Satyanegara (AS) Sukawijaya atau Yoyok Sukawi.
Pada perkembangan politik di ibu kota Jawa Tengah ini diwarnai perusakan dan vandalisme yang menyasar baliho bergambar Yoyok Sukawi. Pada foto yang viral, terdapat coretan Yoyok Out, dan bahkan gambar yang tidak senonoh pada bagian wajah Yoyok Sukawi, yakni gambar alat kelamin pria.
“Kalau kita bicara cinta bola atau cinta PSIS tentu saja tidak lepas dari ekspresi cinta,” kata Hayyi saat ditemui, Selasa (5/11/2024).
Menurutnya, ekspresi cinta tidak bisa lepas dari pengorbanan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yoyok Sukawi selaku CEO PSIS maupun para suporter.
“Saya kok yakin ya kalau Mas Yoyok sudah berbuat banyak selama puluhan tahun, apa untungnya mengeluarkan uang banyak untuk PSIS, ini kan bukti cinta terhadap PSIS,” tuturnya.
Sebab, kata Hayyi yang memiliki beberapa usaha kecil, suporter PSIS bukan jejaring yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik semata. Namun sebaliknya, operasional untuk merawat PSIS dan suporter jauh lebih besar ketimbang membentuk jaringan khusus untuk politik sesaat.
“Saya memang tidak begitu memahami prospek bisnis bola Indonesia, karena bisnis yang jelas itu bisnis manufaktur. Perputaran ekonomi di sepak bola Indonesia ini lebih banyak ngopeni atau merawat daripada mencari untung. Artinya orang-orang dalam manajemen PSIS ini lebih banyak berkorban atau berkontribusi sebagai ekspresi cinta,” kata dia.
Pada posisi yang berbeda juga ada suporter yang mendukung pemain dan manajemen secara moral maupun finansial.
“Untuk nonton bola itu kan suporter juga berkorban, minimalmya beli tiket karena keuntungan dari tiket ini dibutuhkan oleh manajemen untuk mengembangkan tim,” jelasnya.
Suporter, lanjutnya, juga menjadi pemain kedua belas bagi kesebelasan. Teriakan yang menyemangati pemain ini bisa jadi energi positif.
“Makanya laga di kandang menjadi harga mati untuk menang karena ada dukungan psikologi dari suporter,” ucapnya.