SorotIndonesia.com , Semarang – Ujian Akhir Semester (UAS) Madrasah Diniyah (Madin) Semester Genap Tahun 2020 (1440 H) di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah (Ponpes Durrotu Aswaja/PPDA) Banaran Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah yang sempat terkendala akibat Covid-19, kini berhasil dilaksanakan.
Mundurnya Jadwal dari yang seharusnya sebelum Ramadan, menurut Ketua Panitia UAS, Muhammad Rifa’i, lantaran para santri yang umumnya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) sudah pulang ke rumah terlebih dahulu mengikuti kebijakan kuliah online, sementara kebijakan pesantren menentukan dilarang kembali ke pesantren terlebih dahulu, dan yang masih di pesantren dilarang pulang ke kampung halaman.
“Harusnya agenda tahunan UAS Madin dilaksanakan sekitar bulan Rajab, karena kondisi pandemi terjadi bulan tersebut dan tidak memungkinkan dilaksanakan UAS maka pelaksanaan UAS diundur,” kata Rifa’i, Kamis (2/7/2020) malam.
UAS madin memang diperuntukan untuk kelas 1-4, sedangkan kelas 5 atau kelas nihai tidak diadakan UAS. Kelas 5 berisi santri yang kebanyakan sudah mengajar mata pelajaran untuk kelas 1-4. Jadi, kata Rifa’i, kelas 5 lebih ditekankan untuk bermusyawarah perihal ilmu keagamaan. UAS yang dibagi dalam dua sesi itu, masih kata Rifa’i, dilaksanakan secara serentak dari kelas 1 sampai kelas 4 dengan menambah ruang ujian. “Agendanya ada UAS tertulis dan UAS aplikasi,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, UAS tertulis dilaksanakan pada 28-30 Juni 2020, dilanjutkan UAS aplikasi pada tanggal 3-5 Juli 2020. “UAS aplikasi ini seperti ujian praktek semisal mata pelajaran tajwid, atau nahwu dan shorof para santri dites kemampuan dalam mempraktikan materi yang sudah diterima dalam pembelajaran, yakni membaca Al-Qur’an dan kitab kuning,” terangnya.
Strategi menjalankan UAS dalam kondisi wabah Covid-19 tetap menggunakan prosedur sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Disebutnya yaitu wajib memakai masker, menjaga jarak interaksi, ditamban berwudhu sebelum masuk ruangan. “Baik peserta UAS dan pengawas UAS wajib mematuhi protokol kesehatan tersebut,” tegasnya.
Sementara Pengasuh PP Durrotu Aswaja menegaskan, pesantren semestinya mendapatkan perhatian tersendiri dari pemerintah terkait pencegahan penyebaran wabah Covid-19 yang menjangkiti masyarakat di berbagai belahan dunia.
“Santri memiliki adat atau kebiasaan tersendiri yang belum tentu sama dengan umumnya masyarakat seperti tidurnya di kamar yang pas-pasan, makan bersama dalam satu nampan,” ungkapnya.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah tak hanya sebatas mengimbau, tapi juga memberikan fasilitas layanan kesehatan gratis seperti rapid test bagi santri yang akan kembali ke pesantren, penyemprotan disinfektan di pesantren secara berkala. “Jangan sampai pesantren masuk dalam daftar klaster baru penyebaran Covid-19, jangan sampai pendidikan pesantren terhambat karena wabah ini,” tegasnya.
Sebagai informasi, PP Durrotu Aswaja juga memberlakukan kebijakan sebagaimana aturan pencegahan Covid-19 yang berlaku di pesantren pada umumnya, yakni wajib mengenakan masker dalam aktifitasnya, terlebih saat berada di luar lingkungan pesantren, mencuci tangan dengan sabun antiseptik di tempat yang telaj disediakan, dan melakukan isolasi mandiri sebelum kembali ke pesantren.
“Bila ada santri yang merasa kurang sehat, bisa melapor ke Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) dahulu. Nanti kalau diperlukan rujukan akan diantarkan ke Puskesmas atau klinik terdekat,” pungkasnya. (ARH)