Semarang | sorotindonesia.com – Tokoh Sufi Dunia, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengungkapkan alasan dirinya tidak pernah bosan mengadakan Kirab Merah Putih dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam rangkaian Khaul Hasan Singo Barong Semarang alias Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sumodiningrat atau Habib Hasan bin Thoha bin Yahya yang dimakamkan di Jl. Duku Semarang.
Rangkaian acara khaul dimulai pagi ini, Minggu (27/11/2022) dengan kirab Merah Putih Bhineka Tunggal Ika dari halaman Balaikota Jl. Pahlawan menuju lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang, dan puncaknya pengajian umum Rabu (30/12/2022) malam di kompleks Makam Habib Hasan Singo Barong.
Barisan kirab dimulai dengan kolaborasi marching band dari unsur kepolisian, taruna Akademi Kepolisian (Akpol), dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dilanjutkan dengan jajaran iringan mobil Pemerintah Kota Semarang, disusul setelahnya pelajar dan santri yang membawa bendera Merah Putih sepanjang 1000 meter.
Menyusul setelahnya pasukan pembawa bendera Mwrah Putih dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Pencak Silat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama, Pencak Silat Tapak Suci Muhammadiyah, dan Pemuda Pancasila Kota Semarang.
Orasi Kebangsaan dan pembaretan 1000 Banser secara simbolis oleh Habib Muhammad Luthfi bin Yahya disambung dengan doa lintas 6 agama menutup Kirab Merah Putih Bhineka Tunggal Ika di lapangan Pancasila. Sebelum pembaretan Banser, Ketua Forum Koordinasi Semarang Bersatu (FKSB) Kota Semarang memimpin pembacaan pernyataan sikap kebangsaan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, H. Iswar Aminudin dalam laporannya mengatakan, 6000 orang dengan estimasi dari unsur pemerintah kota Semarang dan jajaran Camat, kepolisian, militer, organisasi kemasyarakatan dan pelajar serta santri.
Khaul, kata Iswar juga dimeriahkan dengan tradisi penerimaan taruna Akpol sebagai warga kota Semarang dan pembaretan Banser Kota Semarang, “Kirab ini menunjukkan pentingnya arti keberagaman dan pluralisme di kota Semarang,” katanya.
“Khaul ini pada hakikatnya juga bentuk kebanggaan akan kepahlawanan Habib Hasan bin Thoha bin Yahya,” imbuhnya.

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam orasinya mengatakan makna dibalik acara kirab Merah Putih, yakni tentang kekuatan persatuan bangsa Indonesia, “Kita duduk bersama, berdiri bersama menunjukkan suatu kekuatan, tanpa suara tanpa bicara, inilah Indonesia, jangan coba-coba mengusiknya,” tegasnya.
Sejalan dengan itu, Habib Luthfi juga mengaku kagum dengan strategi Ksatria Majapahit, Patih Gajahmada dalam membaca sejarah ketika Kerajaan Singosari memukul Kubilay Khan yang menjadi inspirasi Patih Gajahmada menyatakan Sumpah Palapa.
Semangat nasionalisme dan persatuan kala itu begitu membara sehingga seluruh nusantara disegani dunia. Semangat yang sama juga dikobarkan menuju kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan, “Mengapa sekarang ini melentur kecintaan kita kepada bangsa dan negara?,” kata Habib Luthfi membakar semangat.
Dalam orasinya, Habib Luthfi juga menyoroti parahnya hoaks yang bertebaran sehingga mengalihkan perhatian dan kepercayaan masyarakat, “Bisa saja karena hoaks jadi kurang percaya dengan TNInya, kurang percaya dengan polisinya, kurang percaya dengan kiainya,” ujarnya.
Sejalan dengan hal itu, Habib Luthfi pun mengingatkan bahwa pertahanan nasional bukan sebatas kekuatan militer. Lebih dari itu juga pertahanan dalam kekuatan pangan dan ekonomi, “Ketahanan nasional dengan petaninya, nelayannya, dengan ekonominya,” ingatnya
Lantas Habib Luthfi pun mengungkapkan alasan tidak ada kata bosan untuk mengadakan kirab Merah Putih yakni bukam hanya bendera yang dikirabkan, melainkan menyiapkan dada kita, menyiapkan diri kita menjadi yang terdepan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai bahaya dan ancaman, “Kemerdekaan Indonesia berdarah, bukan hadiah,” tegasnya. (rq)