Semarang, [ Sorot Indonesia ] – Media mainstream lebih mendapatkan kepercayaan masyarakat dibandingkan dengan media sosial dan media online. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara saat diwawancarai seusai pembukaan Harmoni Indonesia yang digelar di USM (Universitas Semarang), Ahad/Minggu (18/02/2018).
Diterangkan bahwa media sosial memiliki banyak jenis. Adapun terkait dengan media sosial resmi (portal berita resmi) mengalami perubahan dalam hal tingkat kepercayaan, “TV, radio, dan koran cetak sebagai media yang mainstream ini sedang naik daun. Karena media berbasis online lebih mengandalkan kecepatan sedangkan media cetak lebih mengandalkan keakuratan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut dijelaskan oleh Rudiantara, bahwa pada akhir tahun 2017 terdapat 780 ribu sampai 800 ribuan situs, yang rata-rata berkonten pornografi sudah diblokir oleh Kominfo. Ia menambahkan bahwa terdapat 200 ribuan situs yang bersifat edukasi dan perlu diakses oleh dunia pendidikan.
Saat ditanya terkait dengan tim sukses yang melakukan pelanggaran pemilu yang menggunakan media sosial, ia menyatakan bahwa Kominfo telah bekerjasama dengan KPU sebagai penyelenggara pemilu dan Bawaslu selaku pengawas pemilu. Kominfo juga telah melakukan kerjasama sebagai upaya untuk melakukan penegakan hukum, “Di dunia nyata, kami bekerjasama dengan kepolisian. Karena terkait dengan penegakan hukum adalah tugas Polri”.
Menjawab pertanyaan tentang peranan generasi muda dalam menangkal hoax, Menurut Rudiantara, generasi muda memiliki peranan penting dalam mencegah peredaran hoax, “Sangat penting” dikatakan, karena pengguna internet didominasi oleh anak muda, “bahkan anak di bawah usia 10 sudah menggunakan internet,” ujarnya. Selain itu, ia berpesan agar para orangtua bisa mendampingi anak dalam menggunakan internet. Ditekankan pula bahwa secara umum yang melanggar UU ITE akan ditindak.
Sementara, Rektor Universitas Semarang, Andi Kridasusila mengungkapkan tentang pentingnya menjaga kesadaran diri dan komitmen yang membentuk budaya,
“Budaya itu kan sebenarnya komitmen, komitmen sekelompok orang. Sehingga bagaimana sekelompok orang itu jangan merasa dirinya yang paling unggul, paling baik, paling benar,” tuturnya.
Diterangkan olehnya, karena di luar kelompok itu juga ada kelompok-kelompok lain yang mungkin lebih baik dan lebih benar sehingga dengan kita mengenal orang lain, kita mengetahui diri kita belum tentu yang paling benar ini akan menghasilkan sebuah sinergi yang baik.
Harmoni Indonesia berlangsung dengan menampilkan tari semarangan, barongsai, pentas rakyat, sarasehan dan deklarasi Indonesia bersih dari hoax dan fitnah, dan pagelaran wayang kulit dengan dalang Dr Purwadi, SS, MHum. (AR Hidayat_SorotIndo)