Semarang, [ Sorot Indonesia ] – Tak banyak wacana gender yang menyatakan Ulama perempuan memiliki peran penting dalam mengatasi persoalan kebangsaan. Padahal, perlu memandang peran pentingnya dikolaborasikan dengan peran laki-laki. Diungkapkan, sejatinya perempuan memiliki potensi besar dalam menyelesaikan masalah, “Perempuan memiliki potensi keadilan dan identitas ideologi dalam menyelesaikan masalah” tegas Zayadi, Direktur Pendidikan Diniyyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI saat menjadi narasumber kunci halaqah ulama perempuan di Aula I Kampus I UIN Walisongo Semarang Jalan Walisongo 3-5 Tambakaji Ngaliyan, Semarang, Selasa (27/3/2018).
Pernyataan senada diungkapkan Kepala Pusat Studi Gender dan Anak LP2M, Jauharotul Farida. Ia menegaskan ulama perempuan perlu peka terhadap persoalan kebangsaan dan sosial, “Ulama perempuan perlu menguatkan jaringan demi memperkuat NKRI sekaligus berpartisipasi menyegarkan moderasi Islam” tegas Farida.
Sementara Ketua Umum TP PKK Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas terselenggaranya acara Halaqoh Ulama Perempuan ini. Dikatakan, acara pertemuan para Ibu Nyai Muda dan para Kiai yang peduli gerakan gender ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya. Terlebih acara tersebut dipercayakan oleh Kementerian Agama RI dan digelar di Kota Semarang, tepatnya di Kampus UIN Walisongo dan dilanjutkan di Hotel Aston Inn, Pandanaran, Kota Semarang.
“Sudah sepatutnya para Ibu Nyai bergerak dalam mendukung Islam moderat sesuai dengan tema acara ini” tegas istri Walikota Semarang. Menurutnya, dengan berpegang teguh pada Islam moderat, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap kokoh berdiri sebagai negara yang plural, dan menghargai segala bentuk perbedaan. Apalagi Al-Qur’an telah menempatkan posisi mulia bagi perempuan dengan adanya Surat An-Nisa’ (yang berarti perempuan).
Melengkapi apa yang telah dipaparkan dalam halaqah, Rektor UIN Walisongo, Prof Dr H Muhibbin Mag menegaskan bahwa peran perempuan tidak hanya pada wilayah domestik saja. Ia berpendapat bahwa perempuan perlu dipromosikan, termasuk dengan lahirnya ulama perempuan ini sebagai wadah untuk memberdayakan dan memerankan perempuan sebagai pendidik. (sorotindonesia.com/arh)