TANGERANG – Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang Kanwil Kemenkumham Banten, melakukan terobosan dengan memproduksi film pendek berjudul Jendela Harapan di Balik Jeruji yang kini telah diunggah ke media sosial dalam rangka memperkenalkan fasilitas perpustakaan Bale Baca yang dapat disaksikan dan diakses oleh masyarakat dan warga binaan guna menambah wawasan.
Produksi film pendek tersebut merupakan hasil kerjasama antara pimpinan Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang dan warga binaan yang disutradarai dan ditulis oleh Reimond Reifes atas bimbingan dan tuntunan dari Kalapas Pemuda Wahyu Indarto disertai dukungan penuh Kasi KPLP merangkap Ketua Humas Petrus Hutagalung, Kasi Binadik Tri Widiyanto dan Kasi Kamtib Jimmy Tumengkol.
Kisah dalam film ini terinspirasi lalu dikemas dan bercerita tentang seorang narapidana bernama Asep yang menjalani hari-harinya tanpa bayangan akan masa depan di dalam lapas. Suatu hari ia mendapati sebuah pengumuman tentang Perpustakaan Bale Baca yang baru dibuka. Dengan rasa ingin tahu Asep mengunjungi fasilitas baca tersebut. Disana Asep bertemu dengan Pak Rakha seorang Petugas Lapas yang mengurus perpustakaan, melalui Petugas ini Asep dipinjamkan sebuah buku yang akan mengubah hidupnya dan masa depannya.
Menariknya, dalam film tersebut selain terkandung narasi yang mudah dicerna, juga dilengkapi text menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
“Pembuatan film berjudul Jendela Harapan di Balik Jeruji ini sebagai wujud komitmen lapas terhadap pendidikan karakter warga binaan dan membangkitkan minat membaca serta menyadari pentingnya membaca buku sebagai budaya Literasi,” jelas Kepala Lapas Kelas IIA Tangerang Wahyu Indarto saat dikonfirmasi oleh awak media, Kamis (18/7/2024).
“Diharapkan dengan banyak membaca buku maka wawasan dan pengetahuan Narapidana akan terbuka lebar menuju masa depan yang lebih baik,” harapnya.
Perpustakaan Bale Baca yang dibuat sejak bulan Maret 2021 lalu tersebut, menurut Wahyu Indarto, memiliki koleksi sekitar 1.300 judul buku beragam jenis.
“Kelengkapan perpustakaan termasuk koleksi bahan bacaan mencapai sekitar 1.300 judul buku yang ada di Bale Baca,” ungkapnya.
Adapun kategori buku tersebut diantaranya publikasi umum, informasi umum dan komputer, ensiklopedia dan buku yang memuat fakta-fakta, majalah dan jurnal, media massa, filsafat dan psikologi, agama, ilmu sosial, sosiologi dan antropologi, hukum, sains, matematika, teknologi, kesenian dan rekreasi, serta buku terkait dengan ragam keterampilan.
“Tujuan dan fungsi adanya perpustakaan di Lapas Pemuda tentunya memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk membaca bahan Pustaka, menjadi tempat favorit dalam menyediakan sumber informasi yang tepat dan murah, membantu warga binaan mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui inklusi sosial, dan sebagai pusat literasi di Lapas Pemuda Tangerang,” terang Wahyu Indarto terkait dengan hadirnya Perpustakaan Bale Baca di Lapas Pemuda Tangerang.
Menjawab pertanyaan waktu dan jam operasional perpustakaan, dikatakan oleh Wahyu, hari Senin sampai Sabtu, jam 09.00-11.30 dan 14.00-16.30 WIB.
Lebih lanjut Wahyu juga bersyukur keberadaan perpustakaan Bale Baca tidak pernah sepi, karena aktivitas kunjungan warga binaan untuk membaca terbilang cukup tinggi.
“Alhamdulillah, minat warga binaan yang antusias dan aktif dalam upaya bersama Lapas dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi agar dapat menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dan berdaya,” ujarnya.
“Buku adalah jendela dunia, di mana kita bisa melihat isi dunia tanpa harus melakukan perjalanan. Dengan membaca buku, kita dapat memperkaya pengetahuan kita dengan informasi-informasi baru yang selama ini belum kita ketahui. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi kita di masa depan. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin siap pula kita menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul di masa depan,” pesannya.
Wahyu pun berharap, warga binaan yang aktif dan meningkatkan minat bacanya, dapat menambah wawasan yang menjadi bekal kelak setelah kembali ke masyarakat.
“Diharapkan dengan meningkatnya minat baca warga binaan dapat menambah wawasan dan menjadi bekal pengetahuan ketika kembali ke masyarakat,” pungkas Wahyu Indarto.***