CIMAHI,sorotindonesia.com,- Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2020, Komandan Sektor 21 Satgas Citarum Kolonel Inf Yusep Sudrajat, S.IP, M.Si., menggelar kegiatan soft launching buku berjudul Citarum Harum : Jejak Langkah Sektor 21 Melawan Perusakan Ekosistem di Posko Pembibitan Sektor 21 melalui diskusi panel yang dipandu langsung oleh Dr Eki Baihaki dari Citarum Institut dan menghadirkan narasumber Dr Effendi (IKIP Siliwangi), Dr Herlina Agustin (Pakar Komunikasi Lingkungan-UNPAD), Dr Suharto (Poltek TEDC), Mochammad Ronny (Kepala DLH Kota Cimahi), Stanley Teguh (Perwakilan Jurnalis), Andri Ruslim (Perwakilan Pengusaha) dan Wahyu Dharmawan (One Go Green), Sabtu (22/2/2020).
Buku yang menyoroti kegiatan penanganan limbah industri yang merupakan salasatu sumber permasalahan pencemaran di Sungai Citarum tersebut, dituangkan oleh Kolonel Yusep mulai dari pencanangan program Citarum Harum, pembinaan industri, hingga kondisi terkini aliran sungai dan terbentuknya kolaborasi nyata pentahelix untuk industri bersih di Cimahi, ditutup kemudian dengan progress tahun ke dua Citarum Harum yang disampaikan oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto.
“Buku ini saya buat bersama rekan-rekan wartawan, silahkan untuk diacak-acak lagi, dikritisi, saran dan masukan, dilengkapi untuk memperkaya isi, kemudian akan dicetak kembali dengan benar dan didistribusikan kepada yang memerlukan,” kata Kolonel Yusep pada pembukaan peringatan HPN 2020 yang diawali dengan kegiatan penanaman pohon di sekitar area pembibitan pohon Cipageran yang diinisiasi oleh jajaran PWI Pokja Kota Bandung yang dihadiri oleh unsur yang mewakili pemerintah,TNI-Polri, komunitas, bisnis dan media.
“Saya merespon positif kehadiran buku ini, seperti dikatakan tadi, silahkan dikritisi konstruktif buku ini,karena menurut saya buku tersebut memiliki nilai strategis jika dilengkapi dengan kontribusi tulisan para pihak terkait dengan program Citarum Harum terutama di Sektor 21, dan hari ini bertepatan dengan dua tahun spirit kerja bersama yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk pemulihan Citarum,” ucap Dr Eki Baihaki.
Ditambahkan dari ToR yang dibuatnya, Dr Eki Baihaki berharap kegiatan panel diskusi untuk penerbitan buku Citarum Harum Jejak Langkah Sektor 21 Melawan Perusakan Ekosistem dapat menjawab harapan kita semua dan masyarakat bagi pulihnya Citarum kembali Harum, juga dapat menjawab kritikan dunia internasional dimana Sungai Citarum dijuluki sungai terkotor di dunia sejak 2013 oleh Black Smith Institute.
Pada kegiatan panel diskusi buku tersebut, masing-masing panelis menyampaikan paparannya ditambah kemudian oleh masukan dari peserta yang hadir.
“Kami apresiasi langkah pembinaan oleh Dansektor 21 terhadap perusahaan, awalnya menakutkan saat saya melihat di media terkait kegiatan pengecoran oleh Dansektor, pengecoran itu bagai pil pahit. Tapi setelah bertemu, saya menangkap visi dan misi beliau sangat baik,” kata Andri Ruslim saat paparan.
“Banyak benefit yang bisa diambil setelah kondisi limbah diolah sesuai parameter yang diarahkan. Namun pil pahit tersebut baiknya dibagikan secara merata, jangan sampai yang belum tersentuh marasa tenang-tenang saja” ucapnya, memberi isyarat bagi Satgas Citarum agar memberikan perlakuan yang sama untuk pelaku usaha yang sama yang berada di berbagai wilayah.
Wahyu Dharmawan menyikapi dari isi buku tersebut tentang penyampaian Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto yang mengatakan progress Citarum harum sudah 25 persen.
“25 persen itu merupakan pencapaian yang penting. Namun Perpres No.15 tahun 2018 dipersiapkan untuk kondisi darurat dan ada batas waktunya. Sehingga harus disiapkan generasi penerus,” ujarnya.
“Pencapaian ini bisa dilihat dari kualitas air sungai di Cimahi yang ada dilevel 40, budidaya ikan sudah ada yang melakukan, tapi kualitas ikannya yang akan menjadi soal. Mungkin di level itu air baru bisa digunakan untuk mencuci tapi belum bisa digunakan untuk konsumsi yang levelnya perlu ditingkatkan lagi,” kata Wahyu Dharmawan yang juga memuji peran pengusaha terhadap peningkatan kesadarannya dalam menciptakan lingkungan menjadi membaik.
Sedangkan Dr Herlina Agustin menyoroti kerusakan habitat hewan yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar. “Kerusakan kondisi sungai bisa merusak habitat hewan. Seperti contohnya yang viral saat ini terkait penemuan ular yang keluar dari habitatnya dan masuk ke wilayah pemukiman manusia,” ucapnya.