Jadi Tempat Pembuangan Limbah Cair, Satgas Citarum Sektor 7 Lokalisir Anak Sungai Cisuminta

oleh -

sorotindonesia.com, KAB. BANDUNG,- Jajaran Sektor 7 Satgas Citarum Harum laksanakan giat melokalisir saluran anak Sungai Cisuminta, Cisirung Dayeuhkolot, dengan cara dicor yang dipimpin langsung oleh Dansektor Kolonel Kav Purwadi, karena saluran tersebut terindikasi menjadi titik buang limbah oleh perusahaan yang tidak bertanggungjawab, Kamis (5/9/2019).

Kegiatan yang melibatkan sekitar 60 personel dari Sektor 7 Satgas Citarum, relawan dan pegiat lingkungan ini, tampak juga dihadiri para mahasiswa KKN dari Universitas Bale Bandung, Direktur PT MCAB Lucky Tjandradinata, serta pihak DLH Kabupaten Bandung yang diwakili oleh Robby Dewantara.

Proses lokalisir ini berlangsung alot, karena kondisi kedalaman anak sungai yang lebih dari dua meter hingga ada anggota harus menyelam untuk menata material untuk menghentikan aliran limbah, disamping itu juga kondisi air yang berbau bahan kimia.

Dijelaskan oleh Dansektor 7 Kolonel Purwadi disela kegiatan tersebut kepada awak media, “Hari ini kita melakukan penutupan anak Sungai Cisuminta sebagai tindak lanjut hasil patroli saya dari tanggal 25 Agustus 2019 sampai 3 September 2019,” ucapnya.

“Sudah sekitar 10 hari saya patroli hingga tadi malam. Pada tanggal 2 September 2019 saya juga sudah kumpulkan para pengusaha, karena pada tiap pukul 21.00 sampai 24.00 WIB itu, ada pembuangan air yang berwarna hitam pekat, berasap dan berbau, serta nilai pH rata-rata diatas 10,” terang Kolonel Purwadi.

Dilanjutkan oleh Dansektor 7 ini, “Saya sudah konfirmasi kepada para pengusaha, tetapi tidak ada yang mengaku,” ujarnya.

“Untuk itu saya sudah laporkan ke komando atas, LH dan Menko Maritim dalam hal ini deputi, bahwa saya akan menutup saluran (anak Sungai Cisuminta) ini, karena tidak ada yang mengaku (telah membuang limbah), disamping itu disini ada 11 saluran pipa, di kiri ada dua saluran, di kanan satu saluran, dan di bagian tengah ada delapan saluran. Tiga saluran sudah saya tutup, tetapi masih membuang. Sampai tadi pagi saya mengukur pH nilainya 11,” bebernya.

“Untuk itu saya berkeyakinan untuk memberi efek jera bagi para pengusaha, saluran ini saya tutup,” tegas Kolonel Purwadi.

Tenggat waktu penutupan saluran ini, sambungnya, sampai semua pabrik di sekitar Cisirung Dayeuhkolot, kita cek kualitas baku mutunya.

Ditanya kemungkinan bahwa itu termasuk klasifikasi ‘limbah siluman’ yang dibuang ke anak Sungai Cisuminta yang lokasinya berdekatan dengan IPAL komunal PT MCAB, dijawab oleh Kolonel Purwadi, “Jelas, karena ada delapan saluran, semuanya ada di bawah tanah, saya tidak memiliki kewenangan untuk membongkar jalan raya, dan saluran ini sudah puluhan tahun yang dibuat oleh para pengusaha,” kata Kolonel Purwadi.

Menariknya, diungkapkan oleh Kolonel Purwadi, “Awalnya 90 persen pabrik di wilayah tugas saya tidak memiliki IPAL. Tetapi ada sekitar 23 pabrik pada kurun waktu satu setengah tahun ini sudah membuat IPAL yang itupun izinnya belum dikeluarkan oleh LH (Lingkungan Hidup),” terangnya lagi.

Kolonel Purwadi juga pada kesempatan wawancara tersebut menepis kemungkinan limbah yang dibuang ke Citarum itu berasal dari IPAL komunal PT MCAB, “Itu saluran yang berasal dari MCAB,” kata Kolonel Purwadi sambil menunjuk salasatu pipa ukuran besar yang melewati Cisuminta yang berujung di Sungai Citarum kepada awak media.

“Saluran MCAB yang dulu saya perintahkan untuk ditutup, lalu saya arahkan untuk membuat saluran tersendiri,” pungkasnya.

Terpisah, DLH Kabupaten Bandung, Robby Dewantara, yang turut berada dilokasi penutupan saluran Cisuminta saat diwawancarai wartawan menyebutkan, “Kegiatan hari ini adalah penanganan yang dilakukan oleh Sektor 7 Satgas Citarum, berkaitan dengan adanya dugaan pembuangan air limbah yang dibuang secara langsung ke Sungai Cisuminta,” ucap Robby.

“Seperti di beberapa kali kesempatan kita sampaikan bahwa saluran Cisuminta ini memang bukan diperuntukan untuk membuang air limbah. Artinya, tidak boleh ada limbah yang dibuang kesini. Kemarin kan ada limbah yang dibuang, pH-nya 11, Dansektor sudah melakukan penanganan beberapa hari ini, diberikan waktu untuk ada yang mengaku dan memperbaiki, tetapi sampai saat ini tidak ada, sehingga dilakukan penutupan seperti ini,” jelas Robby.

Diterangkan oleh Robby, “Di belakang dan di depan saluran Cisuminta ini ada sekitar 7 atau 8 perusahaan, tetapi terkait indikasi yang lain mungkin bisa saja, karena pipa-pipa di mana-mana ada. Industri disini rata-rata sudah ada sejak dulu. Indikasi ini sudah ada beberapa titik yang kita pantau, tinggal tunggu waktu, karena ini sudah lama kita tangani, dari mulai tahun 2017 hingga 2019 sudah 14 titik yang kita tutup disini,” terangnya.

Setelah penutupan hari ini, lanjut Robby, kita akan melakukan penanganan terhadap titik-titik yang terindikasi disini (Cisirung Dayeuhkolot). “Dansektor sudah melakukan penutupan sumber-sumber pencemaran disini, selanjutnya kita akan melakukan penelusuran titik-titik mana yang sebetulnya menjadi indikasi, baik dari sisi waktu dan locus tempatnya,” tutup Robby Dewantara.(St)

Comments

comments