“Kalau njenengan (Guru) gagal dalam menjalankan misi. Maka taruhannya adalah generasi masa depan bangsa,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Musahadi mengatakan bahwa seharusnya para guru sabar dan bersykurr dengan apa yang dia hadapi.
“Jadi guru harus banyak bersyukur. Kita memiliki tantangan luar biasa dalam dunia pendidikan karena generasi muda semakin dinamis,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramushinto mengatakan, jangan sampai anak didik kita terlantar karena tak mendapatkan selembar dokumen (ijazah).
“Karena sejatinya pendidikan bukanlah masalah jilai atau ijazah, tapi pembangunan karakter,” begitu yang disampaikannya.
Lalu di akhir, Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin menjelaskan bahwa karakter bangsa Indonesia jadi modal besar untuk menyambut bonus demografi tahun 2030 sampai 2045 yang digadang-gadang akan menjadi generasi emas.

“2045 ini diprediksi Indonesia akan jadi 5 negara kuat secara ekonomi. Kekuatan kita ada pada karakter kita sebagai bangsa. Beberapa karakter unggul yang kita miliki antarra lain adalah unggah-ungguh sopan santun menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda, saling berkunjung untuk mempererat persaudaraan, toleran terhadap perbedaan serta pekerja keras,” ujarnya.
Iswar melanjutkan, visi dan misi pasangan Agustina dan Iswar mayoritas adalah pembangunan pendidikan, yakni sebanyak 20 persen program selama 5 tahun kedepan. Salah satu yang menjadi priorotas adalah mengembangkan pendidikan toleransi sebagai modal pembangunan.
“Visi dan misi Agustin Iswar kemaren 20 persen adalah pembangunan Pendidikan. Visi kami membangun karakter serta Pendidikan yang berorientasi membangun toleransi di Kota Semarang. Karena Semarang saat ini sudah menjadi kota nomor 1 paling toleran di Indonesia,” ujarnya.
“Toleransi akan menumbuhkan kasih sayang dan perdamaian, perrdamaian akan membuat Kotta Semarang kondusif, jika kondusif maka infestor akan mudah masuk karena keamanan terjamin,” tutupnya. (rf)