TANGERANG SELATAN, sorotindonesia.com – Angka prevalensi stunting di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tercatat mengalami kenaikan menjadi 10,5 persen dari sebelumnya 9,2 persen. Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel menjelaskan bahwa kenaikan ini utamanya disebabkan oleh adanya penambahan indikator baru dalam standar penilaian stunting yang diterapkan secara nasional.
Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, mengungkapkan bahwa penambahan standar penilaian ini menyebabkan peningkatan angka stunting di seluruh daerah di Indonesia, termasuk Tangsel. “Semakin ketat lagi, bertambah lagi ya sekarang menjadi ada kenaikan. Tapi itu menjadi evaluasi buat kita supaya penambahan standar penilaian ini bisa kita penuhi,” ungkap Pilar.
Hal senada disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbangda) Kota Tangsel, Eki Herdiana. Ia menegaskan bahwa data baru ini akan menjadi bahan evaluasi untuk mengidentifikasi akar masalah dan merancang intervensi yang lebih tepat sasaran. “Yang pasti dengan kenaikan ini jadi bahan evaluasi, posisi kurangnya di mana nih. Ada indikator baru, ya kita intervensi lagi,” kata Eki.
Menurut Eki, penanganan stunting akan dilakukan secara holistik dan terpadu dengan melibatkan berbagai dinas. Contohnya, program untuk meningkatkan pengetahuan dan gizi ibu hamil, perbaikan rumah tidak layak huni, hingga perbaikan sanitasi.
Meskipun angka prevalensi naik akibat perubahan metode penilaian, Pemkot Tangsel tetap optimistis dapat menurunkannya kembali. Eki menargetkan, pada akhir tahun 2025 ini angka stunting di Tangsel bisa ditekan hingga mencapai 8 persen melalui berbagai program intervensi yang sedang dan akan dijalankan. “Tahun ini masih ada sisa waktu, semoga bisa turun,” tutupnya.