31 Tim Berlaga di Putaran Final Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 di Bandung

oleh -

BANDUNG – Sebanyak 31 tim sepak bola santri se-lndonesia terpilih untuk mengikuti laga putaran final Liga Santri Nasional (LSN) tahun 2017 yang diselenggarakan di Kota Bandung selama satu pekan kedepan.

Ketua LSN sekaligus Pengurus Pusat Rabtihah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMI NU) Abdul Ghofarrozin mengatakan, laga final LSN ini diselenggarakan dari 23 Oktober dan akan berakhir 29 Oktober mendatang.

Tim pembuka laga putaran final LSN 2017

“31 tim sepak bola santri yang mengikuti pertandingan laga final Liga Santri Nusantara merupakan perwakilan dari 34 Provinsi di Indonesia yang sebelumnya telah dilakukan seleksi di masing-masing region. lni merupakan pertandingan untuk memperebutkan tropi juara,” tutur Abdul Ghofarrozin dalam konferensi pers di GOR Padjadjaran, Senin (23/10/2017), yang juga dihadiri diantaranya oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil, Kemenpora yang diwakili Dr Bayu Asdep Pengembangan Olahraga Tradisional dan Khusus, Direktur Eksekutif Muhammad Alfuniam, Direktur Pertandingan Muhammad Kusnaeni (Bung Koes), dan pemain bola profesional jebolan Liga Santri, yakni Zaenal Arif dan Rafli yang kini membela timnas asuhan Indra Sjafri. 

Ketua Panitia Pelaksana/CEO Liga Santri Nusantara Abdul Ghofarrozin yang akrab disapa Gus Rozin tersebut menambahkan, dalam laga putaran final LSN 2017 ini rencananya akan ada 36 pertandingan yang akan diselenggarakan di Stadion Siliwangi, Brigif, Pussenif, dan Arcamanik. Sedangkan laga grand final akan digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada tanggal 29 Oktober. “Seharusnya yang tampil di putaran final ini ada 32 tim, namun 1 tim perwakilan dari Sulawesi tidak bisa tampil karena satu dan lain hal,” ungkap Gus Rozin.

LSN 2017 sendiri lanjut Gus Rozin merupakan yang ketiga kalinya digelar sejak hari santri nasional ditetapkan pada 2016 lalu. LSN merupakan salah satu ajang untuk mencari bibit atlet sepakbola nasional dari kalangan kaum sarungan. Hal tersebut dibuktikan dengan telah adanya timnas U-19 yakni Rafli Muslim yang bakatnya terlihat dari LSN.

“Makanya dalam laga final Liga Santri Nusantara 2017, kami memakai tagline Dari Pesantren untuk NKRI,” ujamya.

LSN diharapkan mampu memantik pesantren untuk serius membina santri dalam bidang olah raga. Pada dasamya pesantren dan sepakbola tak bisa dipisahkan. Sepak bola menjadi bagian kultural dari pesantren itu sendiri. Tidak hanya itu, pesantren harus mampu mendorong minat santri terhadap dunia olah raga. Dengan adanya LSN ini, citra pesantren akan semakin baik karena mampu menyumbangkan potensi santri dalam dunia sepak bola.

Inti dari LSN adalah aplikasi dari pendidikan karakter, karena sepak bola mengajarkan semangat kedisiplinan, sportivitas dan berakhlakul kharimah serta penghormatan. Semangat inilah yang membuat tiga periode kompetisi LSN ini bisa berjalan dengan lancar. Nilai-nilai ini bahkan diekspresikan dalam bentuk unik di setiap laga, yakni tradisi mencium tangan wasit oleh para pemain.

Gus Rozin melanjutkan, pemilihan Bandung sebagai tempat laga putaran final LSN, karena Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat, dan karena posisinya yang strategis, hal ini juga bertujuan untuk memantik atmoster olah raga dalam dunia pesantren. 

“Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, ada sekitar 9.265 pesantren disini. Potensi pengembangan santri di Jawa Barat sangat besar. Sedangkan pada LSN kali ini, ada 32 Region se-Indonesia dengan jumlah peserta 1.048 pondok pesantren dari seluruh Nusantara, dan ini adalah jumlah terbanyak selama gelaran LSN. Dari LSN ini diharapkan terjaring bibit-bibit potensial untuk kemajuan sepakbola nasional” ujarnya. 

Kemenpora yang diwakili oleh Asdep Pengembangan Olahraga Tradisional dan Khusus, dikesempatan itu menyatakan men-support gelaran LSN, “LSN sudah masuk dalam grand design sepakbola nasional sebagai bentuk tata kelola dan pembinaan sepakbola berjenjang. Kita semua mendukung pondok pesantren sebagai salasatu potensi sepakbola nasional. Tidak menutup kemungkinan bibit-bibit srpakbola ini bisa berlaga di LSI,” bebernya.

Di Tempat yang sama, Walikota Bandung Ridwan Kamil menyambut baik laga final Liga Santri Nusantara 2017 yang diselenggarakan di Kota Bandung. Sepakbola kata orang yang akrab disapa Kang Emil tersebut merupakan olah raga rakyat yang bisa menjadi perekat semangat kebangsaan, disaat banyaknya upaya memecah persatuan dan kesatuan NKRI.

“Liga Santri Nusantara ini menunjukan santri tidak saja identik dengan kegiatan dakwah dan keilmuan. Tetapi juga potensi fisik. Saya berharap program ini dapat berjalan dengan lancar,” ucap Kang Emil.

“Sepakbola dapat meruntuhkan sekat perbedaan, terlebih LSN digelar oleh NU yang merupakan ormas Islam terbesar di Tanah Air dan selalu menggagas Islam rahmatan Iil alamin,” kata Kang Emil.

Dia juga berharap laga final Liga Santri Nusantara yang digelar di Bandung kali ini bisa mencetak bibit baru pesepakbola nasional, terlebih laga final dihardiri oleh pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri.

“Dukungan yang diberikan secara formal dan pribadi lahir batin untuk suksesnya gelaran Liga Santri Nusantara ini di Bandung,” pungkas Kang Emil. 

Menariknya, malam pembukaan putaran final Liga Santri Nusantara 2017 ini diawali dengan gelaran panggung dan duduk makan bersama di GOR Padjadjaran. (St)

Pembukaan putaran final LSN 2017 di GOR Padjadjaran Kota Bandung

Comments

comments