Semarang, [ Sorot Indonesia ] – Meski perayaan Imlek sudah masuk hari yang ke tiga, suasana meriah masih tampak di Sam Poo Kong Semarang. Hal ini terlihat di antrian loket masuk pengunjung yang masih terlihat ramai (19/02/2018).
Sejak pagi sampai sore hari, para pengunjung masih dapat menikmati berbagai pertunjukan yang disuguhkan, seperti atraksi barongsai, naga, jatilan, reog, angklung dan musik yang secara bergantian mengisi acara. Tak kalah menarik, Bazaar Imlek digelar menjadikan berkah perayaan Imlek turut dinikmati oleh warga masyarakat.
Seperti yang diungkapkan Adi, seorang penjual souvernir semarangan, “Saya lebih suka jualan di Sam Poo Kong daripada tempat wisata lainnya, karena pengunjung di sini hampir rata-rata dari kalangan menengah atas,” ungkapnya, pria tersebut menambahkan, “Jualan di sini banyak untungnya daripada ruginya. Itulah kenapa setiap ada even saya selalu berjualan di sini,” kata Adi, “Apalagi pas ada hari raya semacam ini,” imbuhnya.
Pedagang lain, Deni, pria keturunan Tionghoa asal Jakarta ini menyatakan bahwa di Semarang lebih prospek ketimbang di Jakarta, dikatakannya bahwa warga Semarang lebih mudah akrab dan pluralis sebagai faktor utama dibandingkan dengan persaingan antar pedagang, “Kalau di Semarang ini orangnya lebih mudah bergaul, tidak membedakan ras, suku, dan mau menerima perbedaan” kata pria yang menjual pernak-pernik Tionghoa tersebut. “Selain itu, di Semarang masih jarang sekali orang yang jualan pernak-pernik semacam ini (pakaian, boneka barongsai, dan pernak-pernik Tionghoa-red),” ucapnya. “Daya beli masyarakatnya bagus, dari segi penjualan juga bagus. Kemarin di hari pertama kami mampu menjual omset yang cukup tinggi,” kata Deni terus terang. Saat ditanya detail omset dijawabnya “ada sekitar 30-an juta,” jawabnya.
Tak hanya itu, pedagang makanan dan minuman pun kebagian hoki. Penjual kue keranjang dan wingko babat yang biasa disapa Bu Sam yang mremo (istilah untuk jualan yang laris di pasar hari-hari tertentu). “Di sini saya jualan dari hari jum’at. Tiga hari itu saya berjualan beda dagangan, terkadang kue keranjang, wingko babat, dan soto,” tuturnya. “Tempatnya (Klenteng-red) ramai, apalagi hari raya seperti ini.” Terangnya. Saat dimintai keterangan terkait waktu penjualan, dia katakan, “Pedagang di sini buka dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore sesuai ketetapan pihak pengelola Sam Poo Kong.”
#Keberagaman yang ada dalam sebuah kebersamaan, tanpa hujatan dan kebencian akan memberikan kedamaian bagi semua manusia. Perayaan Imlek dalam penelusuran reporter selama 3 hari ini telah menunjukkan hal tersebut. (Dian/ed.AR Hidayat_SorotIndo)