BANDUNG – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi KESDM, hari ini, 9 Februari 2024, menetapkan Gunungapi Awu pada status Level II (Waspada).
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, pada siaran pers yang disampaikannya berdasarkan hasil pengamatan di Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Jl. Radar Tahuna, Kecamatan Apeng Sembeka, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Secara geografis, Gunungapi Awu terletak pada posisi koordinat 3.6828460o LU dan 125.455980o BT. Puncak Gunungapi Awu berada pada ketinggian 1320 m di atas permukaan laut. Secara administratif, gunungapi tersebut berada di Pulau Sangihe yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.
“Gunungapi Awu memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 101 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada bulan Juni 2004, berupa erupsi magmatik menghasilkan kolom erupsi setinggi 3000 m di atas puncak. Tingkat aktivitas G. Awu adalah Level II (Waspada) sejak 25 Agustus 2022,” jelas Hendra.
Kemudian ia merinci perkembangan terakhir aktivitas Gunungapi Awu dari tanggal 29 Januari 2024 hingga tanggal 8 Februari 2024, adalah sebagai berikut :
● Pengamatan visual saat ini menunjukkan aktivitas di permukaan masih berupa hembusan gas, tidak ada material batuan atau abu yang terbawa ke permukaan. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis dengan tinggi sekitar 10 – 50 meter dari puncak melalui pengamatan CCTV yang dipasang di daerah puncak.
● Terjadi kenaikan kegempaan yang diduga akibat pergerakan magma menuju kedalaman yang lebih dangkal. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal (VB). Pada periode tanggal 29 Januari 2024 – 8 Februari 2024 (11 hari) terekam Gempa VB sebanyak 157 kejadian dan terekam Gempa Vulkanik Dalam (VA) sebanyak 42 kejadian. Energi gempa mengalami peningkatan yang terdeteksi dari grafik RSAM yang meningkat. Terekam 3 kali Gempa Tremor Frekuensi Rendah dengan frekuensi dominan sekitar 1.5 Hz dan lama gempa 40 – 105 detik, yang menunjukkan adanya peningkatan gempa-gempa permukaan.
● Dari hasil pengamatan visual dan kegempaan hingga akhir periode pengamatan, terdeteksi gejala kenaikan aktivitas vulkanik yang berkaitan dengan proses migrasi magma dangkal. Selain itu, perlu diwaspadai kejadian-kejadian gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif.
● Pengamatan deformasi dengan menggunakan pemantauan GNSS pada G. Awu pada periode 1 Juni 2023 – 31 Januari 2024 terdeteksi inflasi (penggembungan) yang mengindikasikan adanya asupan magma yang bergerak menuju permukaan.
● Potensi bahaya G. Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik eksplosif menghasilkan lontaran material pijar dan/atau aliran piroklastik, magmatik efusif menghasilkan aliran lava, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunungapi maupun material erupsi sebelumnya. Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan. Potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4. Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman.
Pada penjelasan tersebut, Kepala PVMBG Hendra Gunawan memberikan sejumlah rekomendasi bagi pemerintah setempat dan warga masyarakat untuk mewaspadai potensi bahaya yang kemungkinan bisa terjadi.
“Masyarakat mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunungapi Awu pada musim penghujan,” ujarnya.
Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental hingga tanggal 9 Februari 2024, Badan Geologi menyatakan Tingkat Aktivitas Gunungapi Awu masih berada pada Level II (WASPADA).
“Dalam tingkat aktivitas Level II (WASPADA), masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 3 km dari kawah puncak Gunungapi Awu terkait potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi serta lontaran batuan jika terjadi erupsi freatik yang tiba tiba, tanpa didahului oleh gejala kenaikan aktivitas yang jelas,” terang Hendra.
Menurutnya, radius dan jarak rekomendasi ini ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
“Tingkat aktivitas Gunungapi Awu akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan,” pungkasnya.***