Gonjang-ganjing Pilkada DKI Jakarta 2017, menandakan bahwa di satu sisi bangsa kita sedang ditempa pendidikan demokrasi sekaligus pendidikan politik yang syarat dengan kemajuan sebuah bangsa sesuai dengan amanah pembukaan UUD 1945 (mencerdaskan kehidupan bangsa), namun di satu sisi suhu politik semakin memanas dan akan menjadikan kerawanan sosial yang berujung kepada disintegrasi bangsa. Salah satunya adalah kasus si “Iwan Bopeng” yang sempat menjadi viral di pelbagai media sosial dan pemberitaan.
Jakarta-SII—-Usai melakukan aksi yang cenderung provokatif di sebuah TPS di daerah Pal Meriam Jakarta Timur, Iwan Bopeng yang sempat melontarkan kalimat, “Tentara aja guwa potong apalagi elo” dan video inipun diunggah oleh netizen yang akhirnya viral di pelbagai medsos dan pemberitaan pada Pilkada DKI Jakarta (15/2/2017).
Pasca kejadian tersebut, Iwan Bopeng dicari oleh oknum tentara bahkan netizen, terbukti video jawaban yang mengandung tantangan dan ancaman terhadap yang bersangkutan diviralkan oleh para netizen.
Walaupun ada kabar Fredy Tahuney atau Iwan Bopeng yang berdomisili di Kampung Keramat, RT 01 RW 02, Desa Citaringgul, Babakan Madang telah digebuki sekelompok orang, keberadaannya masih misterius.
Sempat dipukuli
Meski Iwan Bopeng sempat meminta maaf di akun pribadinya di malam hari usai kejadian namun netizen sendiri tidak menerima permintaan maaf Iwan Bopeng.
Menurut informasi yang dihimpun oleh SII, Fredy Tahuney yang menjadi tim sukses Ahok-Djarot menjadi korban kekerasan beberapa waktu lalu. Saat itu dirinya pulang ke rumahnya di Desa Citaringgul, Desa Babakan Madang.
“Dia digebuki oleh orang tak dikenal saat pulang ke rumah kontrakannya di Kampung Keramat, Desa Citaringgul. Walaupun dia pulang dengan menyamar sebagai wanita, dia tetap ketahuan,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan, Kamis (23/2).
Namun kabar ini tak diketahui Saepul, pemilik kontrakan rumah petak yang disewa per bulan oleh Fredy Tahuney bersama istrinya Heni.
“Saya kebetulan kerjanya malam pulang pagi, hingga tidak tahu apabila Fredy Tahuney atau Iwan Bopeng sudah digebuki ketika pulang ke rumah ini. Mungkin saja kejadian digebukinnya di luar lingkungan,” kata Saepul.
Ia menerangkan, Fredy Tahuney dan Istrinya yang bernama Heni sudah setahun lebih menyewa rumah petak miliknya dengan biaya Rp400 ribu per bulan.
“Setahu saya sejak dua hari pencoblosan Pilkada DKI Jakarta, dia pulang ke rumah keluarganya di Matraman, Jakarta Timur. Banyak polisi dan aparat lainnya yang mencari dia sejak kasusnya rame di media sosial,” terangnya.
Fredy dan istrinya tidak berniat pindah dari rumah kontrakannya. Itu dilihat dari masih adanya barang milik mereka.
“Barang-barang berharga miliknya masih ada di sini, bahkan sepeda motor merk Honda Revo miliknya terparkir di luar rumah. Barang-barang milik Fredy ini akan jadi jaminan karena sudah sebulan ia menghilang dan belum membayar sewa rumah kontrakannnya,” jelas Saepul.
Ketua RT 02 RW 02 Adi Gugum yang sudah kenal lama dengan Fredy maupun istrinya menilai sosok Fredy.
Keberadaan Iwan Bopeng Yang Misterius
Polda Metro Jaya masih menyelidiki dan mencari tahu keberadaan Iwan Bopeng. “Masih dalam penyelidikan. Kita tunggu saja ya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/2).
Argo menambahkan, penyidik masih belum bisa mengkonfirmasi lebih lanjut perihal perkembangan kasus tersebut menunggu sampai posisinya jelas.
“Jadi kami masih mencari tahu dia ada di mana posisinya. Sedang kami lakukan penyelidikan ada di mana dan aparat masih bekerja,” jelas Argo.
Polisi pun belum bisa memastikan apakah Bopeng dikenakan kasus dugaan tindak pidana pemilu karena diduga melakukan aksi sweeping di TPS 25, 26, dan 27 di Palmeriam, Jakarta Timur.
“Semuanya tetap harus pemeriksaan saksi dulu, baru diketahui ada unsur apa, apakah ITE, KUHP, kan gitu makanya nanti akan kami selidiki dulu,” kata dia.
Saat ditanyakan apakah sudah ada pihak yang melaporkan kasus tersebut, menurutnya hingga saat ini belum ada laporan yang masuk. Kemudian saat ditegaskan apakah artinya ini laporan yang datang dari penyidik (tipe-a), Argo pun tidak mengamini. “Belum tahu, nanti kami cek,” kata dia.
Tanggapan Politik Gerindra
Dikutat dari kabarin.co, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Andre Rosiade memberikan tanggapannya “Sikap Iwan Bopeng ini sungguh memalukan dengan menyebut memotong-motong tentara, itu seolah-olah menyudutkan institusi TNI dalam berpolitik” ujar Andre “Dengan mengancam petugas KPPS, ia (Iwan Bopeng) seperti memaksakan kehendak untuk memilih di TPS tersebut” ungkapnya
Politisi muda berdarah Minang ini, juga meminta kepolisian untuk lebih pro aktif dalam menindak lanjutan kasus Iwan Bopeng ini.
“Saya minta kepolisian untuk segera memproses kasus Iwan Bopeng ini” himbaunya.
“Saya juga minta polisi berlaku adil dalam menindak lanjuti kasus-kasus yang bernuansa politik, jangan sampai kasus Habib Rizeq, Ustadz Bachtiar Nasir dan Pengusaha Oto Bus NPM dengan cepat diproses polisi, tapi kasus seperti Iwan Bopeng ini terkesan lamban” ujar Andre.
“Tapi saya mengapresiasi sikap Iwan Bopeng yang telah meninta maaf, tapi proses hukum harus tetap berjalan” jelasnya
Ia meminta kepolisian harus bersikap adil dalam penindakkan hukum karena selama ini polisi terkesan lamban apabila kasus pendukung pro Jokowi, sedangkan sangat agresif dalam menghadapi kasus yang mengkritik pemerintah.
“Saya minta polisi, khususnya Polda Metro Jaya bertindak menurut keadilan hukum” tutup Andre Rosiade mengakhiri pembicaraan.
Berpikir Positif
Berkaitan dengan kasus Iwan Bopeng tentunya semua pihak diharapkan berpikir jernih, agar tidak hanyut dalam keterpurukan dan carut marut situasi kondisi yang ada. Ingat sejarah Indonesia berdiri dengan cucuran darah para pejuang yang menjadi martir kemerdekaan akibat sekian lama dijajah melalui politik busuk “devide et impera” Belanda dan kaum imperialisnya. Diperlukan kearifan yang sangat bijak agar bangsa ini tidak larut dalam sebuah kondisi yang bisa jadi merupakan akibat dari adu domba pihak yang tidak bertanggung jawab agar slogan NKRI harga mati dengan menjunjung tinggi kepada falsafah bangsa yakni Pancasila dan UUD 1945 tetap dipegang teguh sehingga persatuan dan kesatuan bangsa yang telah diwariskan oleh pendahulu kita tetap terjaga sepanjang masa. Seluruh pihak dapat meredam emosi yang ada, ingatlah bahwa kita adalah bangsa yang satu sebagaimana yang diamanahkan oleh sumpah pemuda. Kita harus menyadari bahwa bisa jadi kasus Iwan Bopeng merupakan usaha untuk memecah bangsa dengan membenturkan kelompok kepentingan dengan instutitusi aparat negara.
Pijakan TNI
Dikutip di youtube, pernyataan Panglima TNI yang bisa menjadi inspirasi seluruh anak bangsa bahwa sesuai dengan tugas pokok TNI bahwa TNI selalu berpegang teguh kepada saptamarga dan sumpah prajurit, serta setia kepada Pancasila dan UUD 1945, TNI tidak boleh tersekat-sekat sebagai kotak suku, agama dan golongan, TNI menjadi perekat kemajemukan bangsa, TNI adalah satu yakni Tentara Nasional yang dapat berdiri tegak di atas kepentingan pribadi dan golongan yang mempersatukan suku dan ras dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. “TNI akan menjadi garda terdepan yang menjaga bhinneka tunggal ika yang akan mengganggu persatuan dan kesatuan banga. TNI tidak akan mentolerir gerakan-gerakan yang akan memecah bangsa yang memprovokasi dan mempolitisasi bangsa. Tegakkan kesatuan bangsa dan jangan ragu bertindak dalam menjaga kedaulatan negara kesatuan republik Indonesia”,Ungkap Jendral Gatot Nurmantyo dengan tegas.
Sumber: youtube dan berbagai sumber media viral.
(edt by: bhq)