TANGERANG,- Wahyu Indarto, A.Md.IP., SH., MM., bertekad ingin membawa Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang mencapai predikat WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih Melayani).
Menjabat sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pemuda IIA Tangerang sejak akhir tahun 2023 lalu, Wahyu Indarto yakin program pelayanan dan fasilitas yang dimiliki lapas serta etos kerja pegawai yang baik bisa mewujudkan zona WBBM.
Pada tahun 2021, dibawah kepemimpinan Kadek Anton Budiharta Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang pernah meraih predikat WBK (Wilayah Bebas dari Korupsi)
“Dan di tahun ini kita berproses untuk wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM). Kita ditunjuk sebagai salah satu lapas di (Kanwil Kemenkumham) Banten untuk berproses WBBM,” ucap Wahyu Indarto saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (2/4/2024).
Bagi Wahyu Indarto, menjalankan tugas sebagai Kepala Lapas (Kalapas) memiliki tanggung jawab yang besar. Bukan hanya dituntut mampu mengelola, mengawasi dan meningkatkan kinerja pegawai lapas namun juga harus menjaga dan memastikan warga binaan mendapatkan hak dan kewajibannya selama menjalani hukuman.
“Sebagai Kalapas tentunya kita harus bisa mengelola lapas bisa dalam keadaan aman, kondusif dan tertib. Pegawai harus bisa mengikuti kinerja di lapas, artinya tidak melakukan penyimpangan, bekerja sesuai tupoksinya,” ucap pria lulusan Poltekip Angkatan 34 ini.
Sebagai Kalapas, Wahyu Indarto berkomitmen bukan hanya akan menjaga lapas dalam keadaan aman namun juga berupaya terciptanya ketertiban.
Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang memiliki Sarana Asimilasi dan Edukasi yang ditujukan untuk membina dan mengajarkan keterampilan warga binaan. Mulai dari keterampilan di bidang konveksi (menjahit, bordir dll), Budi daya ikan, ternak unggas, perkebunan dan produk kesenian (batik ecoprint).
“Cuma (sarana) tidak sebesar di luar. Diperlukan hanya untuk agar warga binaan memiliki kegiatan dan pembekalan keterampilan,” ucapnya.
Kesiapan menjelang layanan kunjungan pada Lebaran Idulfitri 1445 H, Wahyu berharap kegiatan tersebut bisa berjalan aman tertib dan lancar. Untuk memastikan hal tersebut berjalan sesuai harapan, ia mengaku akan terjun dan mengawasi jalannya kegiatan secara langsung.
“Kita gak mungkin cuti, tanggung jawab dipertaruhkan. Kita harus hadir dan jangan percayakan (saja) anak buah. Artinya apa, ya kita kontrol dan awasi,” tegasnya.
Dengan mengawasi dan terjun langsung ke bawah, selain petugas merasa diawasi serta meminimalisir pelanggaran dalam bertugas.
Sebelum menjabat Kalapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, ayah dua anak ini tercatat sejak di awal karirnya banyak bertugas di Jawa timur. Dimulai dari Rutan Kelas I Surabaya (2003-2013), Rutan Kelas IIB Bangil Pasuruan (2019), Lapas Pasuruan (2020), Lapas Kelas IIA Banyuwangi (2021-2023).
Catatan Karir Wahyu Indarto
Pria lulusan Poltekip (AKIP) tahun 2001 ini mengawali karir ilmu pemasyarakatan di Lapas Cipinang, menjalani magang selama 1 tahun 8 bulan. Setelah hampir dua tahun menjalani magang, Wahyu Indarto akhirnya mendapatkan SK Penempatan untuk bertugas di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Surabaya (Medaeng).
Di Rutan Kelas I Surabaya ini, Wahyu menjalani karir dan pengalaman tugas selama 10 tahun (2003-2013). Mulai dari staf hingga eselon 5.
Awal menerima SK Penempatan di Rutan Kelas I Surabaya, Wahyu mengaku jika dirinya bertugas sebagai staf menjadi driver (supir). “Namanya junior ditempatkan di Kota Besar, ya super sibuk. Jadi driver antar jemput tamu sama driver Karutan (kepala rutan),” kenangnya.
Meskipun hanya sebagai driver, Wahyu Indarto mengaku tetap menikmati tugas yang dijalani. Dengan menjadi driver, ia menganggap itu telah mendapatkan kepercayaan dari pimpinan.
“Artinya apa, bahwa pimpinan mempercayakan kita untuk meng-handle tamu, mengantar Karutan (Kepala Rutan). Kepercayaan itu betul-betul saya jaga, jangan sampai pimpinan tidak percaya lagi. Meskipun hanya sebagai driver,” ceritanya.
Pada tahun 2009, Wahyu Indarto diangkat dan dipercaya menjabat sebagai Kasubsi Registrasi hingga tahun 2013.
Menjabat sebagai Kalapas ataupun kepala Rutan, Wahyu mengaku jika ia harus banyak-banyak berdoa. Pasalnya warga binaan yang ada di Lapas atau Rutan sedang menjalani konsekuensi catatan kriminal.
Orang-orng yang hidup dengan perbedaan karakter, ras, suku dan agama disatukan dan harus menerima keadaan itu sesuatu yang luar biasa, kata Wahyu.
“Pokoknya (sebagai Kalapas) kita harus banyak-banyak berdoa. Tidak dzolim sama mereka (warga binaan), hak-hak mereka kita penuhi, mereka bisa adem di dalam,’ pesannya.
“Tapi kalo kita dzolim, diskriminasi. Waduh gak lama pasti di dalam bergejolak,”pungkasnya.***