Semarang – Belasan ribu peserta kirab santri mengumandangkan shalawat nariyah dan mars yalal wathan. Sebuah lagu berbahasa arab karya almarhum KH Wahab Hasbullah pada tahun 1936 tentang pentingnya rasa cinta pada tanah air Indonesia. Marching band, rebana dan pernak-pernik lainnya ditunjukkan sebagai ungkapan rasa syukur pada para ulama dahulu dalam membentuk Indonesia, namun Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Semarang justeru berkampanye anti narkoba. Hal ini menarik minat untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terpikirkan oleh para ibu-ibu NU ini.
Dalam wawancara singkat kami dapatkan alasan PC Muslimat NU Semarang menyuarakan aspirasi mereka dalam kirab santri. Para ibu diharapkan tetap mewaspadai bahaya narkoba. Ketua Muslimat NU Hj Muslimatin Djatmiko menyatakan euforia peringatan hari santri nasional tidak lantas membuat lupa persoalan lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, “22 Oktober ditetapkan sebagai sebuah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, dan kita harus menyambut baik dengan kegiatan yang baik pula.” Kata Muslimatin.
Keprihatinannya terhadap berbagai jenis dan bentuk bahaya yang mengancam para penerus bangsa ia ungkapkan dalam kirab santri kemarin (22/10). “Semua menyadari bahwa generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa. Di dalam genggaman mereka kejayaan bangsa ini nantinya ditentukan. Untuk itu perlu kami suarakan pentingnya menjaga anak dan keluarga sebagai aset bangsa Indonesia yang paling berharga”. Kata perempuan yang aktif di berbagai pengajian tersebut.
“Para ulama dan kiai kita selalu mengajarkan bahwa perempuan adalah tiang negara. Jelas sekali maksudnya tanggungjawab yang diemban oleh seorang ibu adalah mempersiapkan generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi.” Pungkasnya.