Jadikan Pancasila sebagai Rahmat Sekalian Alam

oleh -
MANUSIA DAN BUDAYA SERTA BUDAYA PANCASILA

Terlepas dari kepentingan elite politik siapapun, selama kurun waktu di awal tahun 2016, hingga kini negara kita dicoba

dan dipaksa ke sebuah kondisi oleh mereka yang mengatasnamakan kelompok  ISIS yang selanjutnya bolehlah kita katakan kelompok KANAN.    Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan teror di Jakarta. Tak hanya aksi penembakan tapi juga teror bom pada pertengahan  Januari 2016 berlangsung di kawasan Sarinah, Thamrin Jakarta Pusat. Selain itu lain halnya dengan eksistensi neo Komunisme Gaya Baru (KGB) menyusup secara perlahan namun pasti memasuki koridor-koridor seni budaya. Pelecehan yang dilakukan oleh aktifis ““BELOKKIRI.FEST” terhadap Lagu kebangsaan kita Indonesia Raya baru-baru ini terjadi dilakukan di gedung LBH Jakarta, setelah mereka dilarang oleh pihak apkam kepolisian untuk menggelar acara tersebut di TIM Jakarta.

KANAN dan KIRI seakan-akan tarik menarik ideologi kita, Mereka nyaris akan menggantikannya dengan KANAN atau KIRI. Pancasila yang telah lama di hati masyarakat Indonesia, terancam oleh kepentingan nafsu serakah dan sesaat.

Cobalah kita merenung sejenak betapa bobroknya moral para para pejabat yang bertugas menentukan hajat hidup orang banyak. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah dididik untuk berperilaku menyimpang. Di sekolah tidak ada pelajaran yang mengajarkan korupsi. Agama manapun juga tidak yang menyerukan ummatnya untuk korup. Kebobrokan moral itu karena mereka tidak mengindahkan nilai-nilai Pancasila. Pelanggaran atas nilai-nilai Pancasila karena rakyat tidak merasa memiliki terhadap Pancasila. Pancasila hanya dijadikan sebagai lambang yang gersang. Bahkan ada pemikiran tertentu yang menganggap Pancasila adalah musih bagi agama mereka.

Jelas saja pemikiran seperti ini semakin membuat anak-anak bangsa merasa bangga mengkhianati nilai-nilai Pancasila. Menyerahkan tanah air Indonesia kepada pemodal asing dengan cuma-cuma atau sebatas untuk kepentingan pribadi, korupsi yang merejalela, konflik atar suku dan antar agama bahkan seiman, perpolirikan yang curang, penyelenggaraan pendidikan yang tidak berkualitas dan masih banyak persoalan bangsa lainnya adalah karena segenap elemen bangsa tidak memiliki loyalitas kepada Dasar Negara. Universalitas nilai Pancasila memang tidak bertentangan dengan nilai agama manapun. Tapi Pancasila tidak memiliki semacam motor spirit perjuangan sebagaimana dimiliki agama-agama. Karena itu kita menawarkan agama dijadikan sebagai basis spirit perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai luhur Pancasila.

 Upaya ini baru akan terlaksana bila kita mampu melihat agama sebagai sesuatu yang memiliki idealitas yang radikal,dinamis dan inklusif. Semua ketimpangan yang terjadi pada bangsa yang kita cintai ini yang diakibatkan oleh kekeliruan kita dalam memandang dasar negara kita telah melahirkan pesimisme akut pada segenap elemen bangsa. Pesimisme ini telah menjadi sebuah bentuk doktrin dalam diri kita sehingga kita tidak mampu lagi menciptakan walau secercah harapan akan masa depan bangsa yang lebih baik.

Masa depan negara yang bila diterawang malah terlihat semakin suram telah membunuh seluruh mimpi kita utamanya generasi muda sehingga masalah ini telah menyebabkan hilangnya harapan akan sebuah kolektivitas dalam berkehidupan. Karenanya lahirlah sebuah cara pandang pada generasi muda yang dirundung kepanikan sehingga semua hanya berfikir untuk menyelamatkan diri masing-masing.

“Founding father” termasuk para ulama kita sudah merancang sedemikian rupa dan bahkan melalui rentetan perumusan yang logis dan kognitif bahwa Pancasila adalah sebagai filsafat, budaya dan pegangan hidup bagi bangsa Indonesia, karena didalamnya bukan hanya sekedar teori atau faham akan tetapi budaya yang sudah mengakar sampai ke sumsum tulang yang paling dalam.

Sejarah telah membuktikan ketika Pancasila akan digantikan dengan ideologi KANAN, apa yang diperjuangkan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan NII Kartosuwiryo, tidak kesampaian keinginannya. Contoh lain ketika sebuah pengkhianatan PKI ingin menggantikan ideologi Pancasila akhirnya gagal di tengah jalan. Meskipun perjuangan menjadikan Pancasila Sakti harus dibayar dengan nyawa dan tetesan darah pahlawan pejuang kusuma bangsa.

Hal itu membuktikan bahwa bukan Pancasilanya yang sakti, namun ajaran dan butir-butirnya jika telah mendarah daging, maka ia akan menjelma menjadi manusia yang dilandasi dengan iman dan taqwa, yang mengamalkan ajaran agamanya taat dan patuh kepada Allah Tuhan YME dan cinta kasih kepada sesama manusia agal adil dan beradab, serta menjunjung tinggi semangat kebersamaan demi persatuan bangsa, namun selalu bermusyawarah untuk mencapai mufakat dengan menjunjung tinggi semangat kegotong royongan, agar terwujud sebuah nilai keadilan yang merata bagi seluruh komponen bangsa.

Maka jika nilai-nilai ini difahami dan diamalkan akan menjadi rahmat (cinta kasih, damai) bagi seluruh alam persada. Dan tidak ada kata lain dalam pengamalannya kecuali dimulai dari diri kita sendiri dan saat ini.

Semoga Allah meridhoi dan memberkati..Aamiin..

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.