BANDUNG – Pandemi global Covid-19 membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi berbagai sektor usaha di tanah air, terutama sektor pariwisata yang diantaranya adalah hotel dan restoran. Tidak terkecuali di Kota Bandung yang dikenal sebagai kota urban tourism yang menawarkan antara lain beragam kebutuhan fashion, wisata alam dan wisata indoor, produk kreatif, dan kuliner.
Hotel sebagai penunjang penting di sektor pariwisata ini cukup terpuruk dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menekan penyebaran Covid-19. Diantaranya kebijakan PPKM yang membatasi ruang gerak masyarakat, terlebih di saat terjadinya gelombang kedua Covid-19 di tanah air terutama di Jawa dan Bali, yang memberikan pengaruh pada kunjungan wisatawan dan bisnis.
“Alhamdulillah, dengan adanya kelonggaran kebijakan dan relaksasi dari pemerintah, kini okupansi di hotel kami kembali meningkat. Lalulintas bisnis yang mulai kembali bergerak dan dibukanya kembali destinasi wisata khususnya di sekitar Bandung ini, sepertinya turut memberikan dampak positif bagi kami,” kata Muhamad Sofyan, Operational Manager Diemdi Hotel (Capital O 1044), Jl. Ibrahim Adjie, Babakan Sari, Kiaracondong, Kota Bandung, (17/12/2021).

Kondisi ini, kata Sofyan, sangat berbeda pada saat diberlakukannya PPKM darurat.
“Kondisi PPKM darurat dan setelahnya, tingkat okupansi tidak lebih dari 20 persen. Sehingga kami harus berjibaku dengan kebutuhan operasional kami untuk fixed cost, termasuk karyawan,” tambahnya. Namun dijelaskannya lebih lanjut, meski tingkat okupansi saat ini sudah mulai meningkat, tetapi kegiatan MICE belum dioptimalkan karena disesuaikan dengan aturan dari pemerintah.
“MICE belum optimal ya, mengikuti kebijakan dari pemerintah. Tetapi pertemuan terbatas, seperti rapat-rapat sudah berjalan,” ujarnya.
Diemdi Hotel sendiri yang efektif beroperasi dari tanggal 1 November 2019 ini, memiliki total 64 kamar dan dibangun setinggi lima lantai, menyediakan ruangan lumayan luas untuk kegiatan eksebisi atau party, yang bisa menampung hingga 300 orang.
Hal penting lain untuk keamanan bagi tamu, diterangkan oleh Sofyan, bahwa pihaknya menjaga kebersihan dan protokol kesehatan yang sudah diarahkan oleh pemerintah.
“Ya, kami menyediakan hand sanitizer bagi tamu serta mengingatkan untuk wajib menggunakan masker selama berada di area luar ruang kamar. Selain itu, setelah tamu check out, kamarnya kita bersihkan menggunakan disinfektan,” terangnya.
Menariknya, di Diemdi Hotel ini juga tersedia kamar tipe kapsul dengan nama Kiara Cozy.
“Harapan kami tentunya pandemi Covid-19 di tanah air bisa segera terkendali, ekonomi kembali pulih, sehingga kegiatan masyarakat juga bisa kembali normal,” harap Muhamad Sofyan.
Siti Fatma, salaseorang tamu Diemdi Hotel, mengatakan bahwa ia cukup puas dengan keberadaan hotel tempatnya menginap. “Hotel budget yang lumayan bersih,” ujarnya.
Senada dengan itu, Eriman Kaban juga berkomentar, “Penginapannya bagus, bersih dan pelayanannya memuaskan,” singkatnya.
Kristalia Hotel Bandung
Kondisi serupa juga dialami oleh Kristalia Hotel, hotel bintang dua yang berlokasi di Cicendo, Kota Bandung.
“Alhamdulillah, saat ini tingkat okupansi sudah ada peningkatan. Meski harus tetap mengikuti peraturan dari pemerintah terkait prokes dan batasan okupansi,” kata Rahmat, Hotel Manager Kristalia, beberapa waktu lalu.

Diakui oleh Rahmat bahwa Kristalia Hotel selama diberlakukannya PPKM darurat, tingkat okupansinya dibawah sepuluh persen, tapi terbantu dengan keberadaan lokasinya yang berdekatan dengan Stasiun KA Bandung dan juga beberapa rumah sakit, diantaranya RS Mata Cicendo.
“Tamu hotel selain para pelaku bisnis, wisatawan, juga keluarga pasien rumah sakit. Dengan adanya PPKM, tentunya sangat terasa dampaknya bagi kami, seperti tamu yang datang berkurang. Tamu yang datang menginap rata-rata adalah keluarga atau tamu pasien rumah sakit. Kalau tamu traveling, saat itu sangat jarang, karena pemerintah juga membatasi dengan ketat,” ungkap Rahmat.
Meski selama pandemi dan diberlakukannya PPKM darurat hotel mengalami perlambatan, namun manajemen Hotel Kristalia tidak memutus karyawannya.
“Ya, karyawan tidak ada yang di PHK, namun sistem kerjanya yang terpaksa disesuaikan, dalam seminggu masuk kerja sekitar tiga hari, yang satu libur dan yang satu masuk. Biasanya enam satu atau lima dua, menjadi empat tiga,” ungkap Rahmat lagi.
Ia berharap kondisi pandemi ini terus membaik, sehingga pergerakan pelaku usaha wisata juga bisa lebih leluasa.
“Harapan kami dengan adanya kelonggaran secara berangsur ini, kami bisa cukup bernafas, dan mudah-mudahan kondisi bisa segera normal kembali,” harap Rahmat.
Terkait protokol kesehatan yang diberlakukan di hotelnya, Rahmat menjelaskan bahwa pihaknya juga bekerjasama dengan Satgas Covid-19 setempat.
“Dari kepolisian dan Satpol PP suka berkunjung, melakukan kontrol dan pembinaan terhadap aturan dari pemerintah terkait prokes. Tentunya kita mengikuti,” ujarnya.
Seturut pantauan, pihak hotel telah menyediakan tempat mencuci tangan sebelum tamu masuk ke area hotel, dan di meja resepsionis ada alat pengecekan suhu tubuh dan hand sanitizer juga barcode pedulilindungi. Selain itu, ada prosedur disinfektan saat tamu keluar atau check out.
[St]