Oleh: Sufi Sang Musafir
Assalamu’alaikum Wr,Wb,
Pembaca yang Budiman,
Bagi anda yang masih menunaikan ibadah puasa di bulan suci ramadhan ini, yang beberapa hitungan hari ke depan akan menyambut sang fajar Idul Fitri 1437 H, ada baiknya kita bermuhasabah (mengevaluasi) apa yang telah kita perbuat di bulan suci yang penuh hikmah dan keberkahan yang sengaja dihadirkan oleh Allah swt kepada hambaNya yang ingin menyandang gelar “kemuliaan/TAQWA”.
Sampai sejauh mana kita membuka lembaran halaman al qur’an yang memang sudah lusuh dan usang kemudian semakin usang karena tak pernah disentuh oleh kita.
Ditambah lagi malam-malam kemuliaan kita biarkan berlalu begitu saja tanpa tegur sapa kalimat zikir, tahmid, tahlil demi mengagungkan Dzat Yang Maha Agung.
Atau bahkan capek-capek kita menahan lapar dan dahaga di siang hari, sementara kita asyik ghibah ngomongin orang dan membuat mulut kita berbusa dengan kalimat sia-sia belaka.
Belum lagi, uang sedikit yang kita punya tidak mendapat keberkahan karena tak pernah dijariyahkan atau sedekah kepada sang fakir dan si yatim dan si miskin…
Lantas pertanyaannya sampai kapan kita begini terus..hari demi hari kita hanya menumpuk sampah dan kotoran dalam hati kita, sementara usia siapa yang tahu ..?
Sempat terpikir ..na’udzubillah..apa benar ada itu semuanya, syurga..neraka..ganjaran amal kebajikan..?
Atau bahkan Masya Allah..dan Ampuni kami Ya Robb..Ya Ghofuur..terlintas di benak kita sehingga kita menjadi golongan orang KAFIR.. Na’udzu billah tsumma na’udzubillah..
Entah, karena mungkin kita tidak lagi mampu berpikir jernih dan positif ataukah lingkungan kita yang banyak dipenuhi populasi Syetan dan syetan..
Pembaca yang budiman,,, untuk menangkal lintasan pemikiran dan rasa di dalam benak kita tersebut, ada baiknya kami share sebuah dialog antara seorang pemuda beriman dengan seorang kafir ATHEIS..Cocok bagi anda yang masih mengalami keraguan dan kegalauan…Semoga bermanfaat ..
Dialog Logika Ke-Tuhanan
ada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan”. Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata, “sekarang apa yang akan kita perdebatkan!
Ilmuwan ATHEIS itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya :
Awal Dialog
1.Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan”.
2. Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
3.Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya,
kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang
mendahului-Nya?
Dimana Tuhan
4.Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Zat Tuhan
5.Atheis :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!
Arah Cahaya
6.Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Syurga Neraka
7.Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
8.Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar? Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
9.Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan? Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
Pekerjaan Tuhan
10.Atheis : “Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?”
“Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. “Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.Ilmuwan kafir mengangguk.
Abu Hanifah: “Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu”.
Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.
Agama Dan Kedunguan
Mengapa agama menganggap ilmu itu sesat? menurut pendapat pribadi saya, ilmu itu bersifat logika. segala sesuatu harus dibuktikan melalui logika. Jika agama menganggp ilmu itu sesat, berarti pemikiran kita sudah di luar nalar manusia. Contohnya, seluruh agama mengajarkan percaya akan tuhan. Lalu ilmu, menanyakan, dimana tuhan itu?? Karena ilmu tidak mampu membuktikan hal tersebut, akhirnya orang yang berfikir seperti itu akan sesat atau tidak percaya akan agama alias ahteis
Mengapa ilmu menganggap agama sesuatu kedunguan?? sama seperti yang saya katakan di atas, ilmu itu logika dan logika hanya bisa diterima jika pembuktian bukan pendapat atau yang lain. Akan tetapi, banyak hal-hal yang manusia tidak sanggup memikirkan hal tersebut. Seperti, Tuhan itu apa? Tuhan itu Dimana? Surga dan Neraka itu seperti apa?? tidak akan ada seseorang pun yang bisa membuktikannya. maka dari itu ilmu menganggap agama sebagai kedunguan, karena percaya dengan sesuatu yang tidak jelas alias abstrak.
Oleh karena itu, dari dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun juga ilmu logika bermuara kepada kebenaran yaitu Tuhan dan Al HAQ itu sendiri.. Alloh swt.
Pembaca budiman, semoga dari pemahaman tersebut dapat menghantarkan kita kepada petunjuk/hidayah Allah swt sehingga kita semakin rindu akan kemuliaan ramadhan di masa yang akan datang untuk menghiasinya dengan amal ibadah sehingga kita mendapat ridho dan curahan rahmat Allah swt.. aamiin..
Selamat Berbuka dan Berbahagia Dengan Menatap Sang Fajar FITRI nan Agung..Bagi Yang merayakan dan Merasakannya…Maafin salah Lahir dan batin yaa..
SSM.SII