Jember. Pada Minggu 19/02/2017 Pukul 09.00 Wib bertempat di Gedung Serba Guna Bank Indonesia Jember dilaksanakan Seminar Nasional Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) dengan tema “Tanggung Jawab Ekonomi, Sosial dan politik Santri”.
Hadir pada kesmpatan tersebut Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), Bupati Jember dr Faida MMR, Wakil Bupati Jember KH Abdul Muqid Arief yang juga alumni Ponpes Annuqayah Sumenep, Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf Rudianto, Achmad Bunyamin Kepala BI Jember dan sejumlah pejabat dilingkungan Pemkab Jember.
Disamping para pejabat tersebut diatas hadir sejumlah ulama diantaranya KH Yahya Chalil Staquf, KH Miftah Faqih, Prof Dr KH Abdul A’la, MA, Ketua Seminar Nasional IAA M Ifqon Syauqi, S.Th.I (Gus Ifqon) saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa kegiatan seminar “Tanggung Jawab Ekonomi, Sosial dan politik Santri” sebagai bentuk kepedulian kita terhadap nasib dan masa depan NKRI. “Tegas Gus Ifqon.
Dalam sambutannya Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menegaskan bahwa kemajuan tehnologi yang begitu pesat tentunya tidak menutup kemungkinan makin maraknya faham-faham yang menyesatkan melalui kecanggihan jaringan internet, bahkan disinyalir penduduk Indonesia 52% dari jumlah keseluruhannya adalah pengguna media sosial (medsos) dan itupun didominasi oleh generasi muda.
Lebih lanjut Gus Ipul mengatakan bahwa peran serta pondok pesantren, mulai dari para kyai sampai dengan para santri hendaknya memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip agama secara utuh dan benar.
Selanjutnya Bupati Jember dr Faida MMR juga mengatakan akan perlunya keseriusan bersama untuk menyibukkan generasi muda dengan berbagai kegiatan yang positif, hendaknya pelajaran budi pekerti , pelajaran agama diberikan porsi tambahan, sehingga pembentukkan karakter generasi muda mampu dibangun secara maksimal seiring tantangan kemajuan IT yang begitu cepat.
Giliran berikutnya Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf Rudianto juga menyampaikan sambutannya, dan dalam wawancaranya Letkol Inf Rudianto menegaskan agar peran serta Ulama atau Kyai dan Pondok Pesantren yang selama ini sudah mampu menjadi benteng dan filter terhadap perkembangan global yang telah disebutkan oleh Gus Ipul maupun dr Faida MMR hendaknya mampu ditingkatkan secara maksimal sehingga mental dan karakter generasi kita menjadi mantap dalam menahkodai Bangsa Indonesia dimasa mendatang yang penuh dengan berbagai tantangan dan ancaman.
Letkol Inf Rudianto juga menjelaskan secara singkat terkait perang proxy atau proxy war itu nyata, yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang pemain itu bisa pula berupa non-state actors, seperti LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau perorangan. “Proxy merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang yang mahal dan berdarah. Ini yang harus dipahami semua pihak dalam rangka meningkatkan kewaspadaan kita.” Imbuhnya.
Memasuki acara pokok seminar tersebut diantara pemateri adalah KH Yahya Cholil Staquf yang menyampaikan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang masih selamat dari kekacauan dunia, sedangkan diluar banyak negara Islam yang hancur lebur, industrialisasi potensial yang terbesar adalah konflik industry yang ekonomis dan bahan bakunya yang paling potensial adalah Islam.
Untuk itu kita semua hendaknya mewaspadai setiap perkembangan dengan penuh kebijakan, dengan pemikiran yang jernih sehingga kita dapat bersikap dan bertindak dengan bijak demi kemaslahatan umat dan kejayaan NKRI. (sis24)