“Selama ini lapangan golf, kami diberi wewenang menjaga dan merawat. Alhamdulillah sampai sekarang terbentuk paguyuban. Kondisi bagus banyak yang melirik, kalau kontrak kami khawatir warga ditinggalkan,” katanya.
Kekhawatiran yang juga diungkapkan oleh sejumlah caddy itu menjadi perhatian serius oleh Yoyok Sukawi. Dia memberi solusi agar nantinya lapangan golf ini dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar.
“Mendorong masyarakat menjadi investor sendiri, jadi kami punya semangat kolaboratif tidak hanya dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, tetapi dengan seluruh masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, akan baik apabila lapangan golf tersebut disewa oleh masyarakat yang paham mengelola. Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Caddy Golf Gotro tersebut dinilai Yoyok bisa menjadi penyewa.
“Ini aset pemerintah seperti ini kondisinya, dari pada terbengkalai mending dikolaborasikan dengan warga yang bisa merawat dan memasarkan, ini tujuan utamanya,” kata CEO PSIS ini.
Dalam hal ini, Yoyok menekankan pemahaman sewa menyewa dengan penghitungan yang jelas tanpa merugikan pemerintah dan masyarakat.
“Kami telah siapkan skema yang baik, pemerintah diuntungkan, warga juga mendapatkan penghasilan, terpayungi dengan baik sesuai aturan, dan akan menambah PAD Kota Semarang,” katanya.
Tentu, Yoyok juga memberikan perhatian lain kepada para caddy golf, terutama mereka yang telah lanjut usia. Bagi Yoyok, mereka akan diperhatikan mengenai perekonomian hingga persoalan kesehatannya.
“Caddy lansia cukup banyak dan menggantungkan kehidupannya pada golf. Jadi makin banyak turun, makin banyak beban di pundak. Tetapi itu kami jadikan semangat untuk Kota Semarang menjadi lebih baik lagi,” katanya. (rf)