SEMARANG, sorotindonesia.com – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah bakal melakukan pendampingan terhadap pesantren dengan menyiapkan program pelatihan arsitektur infrastruktur pesantren. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional 2025.
“Kemudian ada beberapa halaqah, seminar, sarasehan, yang dilakukan di beberapa pesantren di Jawa Tengah yang menyangkut beberapa tema penting di pesantren,” kata ketua panitia HSN PWNU Jateng, KH. Ahmad Zaki Fuad dalam jumpa pers Kick off Hari Santri Nasional PWNU Jateng di ruang rapat lt 2 PWNU Jawa Tengah, Senin (13/0/2025) sore.
Beberapa tema tersebut, lanjutnya, merupakan perhatian para kiai/ulama dalam mengatasi masalah bullying di pesantren, pelatihan administrasi pesantren, advokasi pesantren.
“Kemudian yang menjadi sorotan saat ini adalah pelatihan arsitektur dan infrastruktur pembangunan gedung di pondok pesantren. Ini akan kita laksanakan sehingga pesantren bisa lebih aware tentang konstruksi,” ujar Gus Zaki sapaan akrabnya.
Selain itu, kata Gus Zaki, PWNU Jateng juga mengadakan pelatihan media pesantren agar media dakwah pesantren menjadi lebih luas. Tidak hanya itu, ia juga menyebut ada Pelatihan Modern Farming dan Pelatihan Tour Leader bagi santri.
Dijelaskan, Kick off Hari Santri pada tahun ini dimulai pada malam ini dengan khataman Al-Qur’an dan Parade Tilawah yang dimotori oleh Pimpinan Wilayah (PW) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jawa Tengah sebagai badan otonom (Banom) NU yang mewadahi para ahli Al-Qur’an.
Namun demikian, kata dia, rangkaian kegiatan hari santri telah dimulai kemarin di Jepara dengan kegiatan Pekan Madaris yang dilaksanakan oleh Rabithah Masjid Islamiyah (RMI), sebuah lembaga yang menjadi asosiasi pesantren NU, dan beberapa kegiatan lain yang telah terlaksana pada beberapa hari sebelumnya.
Tak Setuju Audit Pesantren
Sementara, Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) menanggapi wacana tentang audit di pesantren. Menurut dia, pengunaan kata audit tidak tepat karena banyak pesantren yang dibangun secara mandiri dari swadaya masyarakat.
“Karena kan yang namanya audit itu kan dibiayai oleh negara, diaudit oleh negara. Nah pembangunan pesantren kan tidak semuanya dibiayai oleh negara. Jadi banyak yang dibangun sendiri-sendiri, jadi assesmen itu jauh lebih penting,” tegasnya.

Ia mengaku menyambut baik upaya assesmen yang dilakukan pemerintah terhadap lembaga pendidikan pesantren, baik melalui kementerian Pekerjaan Umum (PU) atau dari Menteri Koordinator (Menko) Pemberdayaan Masyarakat (PM). Namun demikian, ia berharap tidak hanya asesmen tanpa tindak lanjut yang jelas.
“Nah, monggo, silakan. Tetapi, tentu saja, satu harapannya, tidak berhenti hanya pada asesmen saja. Pasca asesmen bagaimana? Itu harus komplit,” ujarnya.
Menurut dia, musibah yang terjadi di Pesantren Al Khoziny Sidoarjo Jawa Timur merupakan momentum bagi Nahdlatul Ulama untuk memperbaiki infrastruktur pesantren secara menyeluruh dan tuntas.





