Semarang – Tragedi yang menimpa pelajar SMK Lingga Kencana Depok menjadi polemik di dunia pendidikan, menyusul adanya pelarangan dan pembatasan Study Tour dari beberapa stakeholder terkait. Dua di antaranya adalah Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Pelarangan tersebut pun menuai reaksi berbagai kalangan, salah satunya Direktur PT Taman Satwa Semarang atau Semarang Zoo, Choirul Awaludin. Ia turut memberi respons kebijakan tersebut.
Menurutnya, peristiwa yang terjadi terhadap pelajar SMK Lingga Kencana adalah musibah, sehingga tidak tepat jika program Study Tour dilarang.
“Kami yang pertama ikut berbela sungkawa atas musibah tersebut, kecelakaan itu musibah, yang namanya musibah bisa terjadi dengan sebab apa saja, kepada siapa saja dan dimana saja. Tentunya kita semua berharap musibah tersebut tidak terulang lagi,” ujarnya dalam siaran persnya, Rabu (22/5/2024).
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah melalui dinas pariwisata dan dinas terkait yang harus menyikapi kejadian tersebut agar tidak berulang.
“Kami, dari Semarang Zoo mengapresiasi Pemkot Semarang yang telah bergerak cepat melakukan antisipasi. Yang saya dengar memang sudah melakukan audiensi dengan para penyedia layanan jasa pariwisata untuk berhati-hati. Langkah seperti ini yang kami harapkan,” ungkapnya.
Sebab, menurutnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terkumpul dalam pajak pariwisata cukup besar. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama ini menggenjot kunjungan wisatawan agar sektor pariwisata berkembang dengan baik. “Karena hasil dari pajak ini kan juga ikut membantu dunia pendidikan,” terangnya.
Terkait kebijakan tersebut, pihaknya berharap agar pemerintah melakukan peninjauan ulang sehingga tidak menggangu sektor pariwisata. “Kami harap pemerintah daerah dapat melakukan peninjauan kembali kebijakan tersebut,” tuturnya.
Manfaat Wisata Bagi Pelajar
Lebih lanjut Awaludin mengungkapkan, wisata tidak sekedar bersenang-senang, tapi juga memiliki manfaat bagi pelajar. “Kita tentu saja sudah cukup paham jika para siswa juga membutuhkan refreshing atau penyegaran diri dan psikologi karena sering berkejaran dengan waktu untuk belajar,” ucapnya
Selain penyegaran, lanjutnya, siswa juga harus diberi kesempatan untuk belajar tentang dunia yang lebih luas. “Anak juga punya hak untuk belajar hal lain yang disenangi seperti berwisata. Ada banyak sekali jenis wisata dan bisa dipelajari, wisata kuliner misalkan atau wisata alam,” katanya.
Dia katakan, seorang anak bisa menjadi tahu perbedaan khas masakan dari berwisata di luar daerah.
“Ini juga bahan belajar anak, tentang wawasan kebangsaan, Indonesia memiliki banyak suku budaya dan aneka makanan,” paparnya.
Sementara wisata alam, sambungnya, bisa menjadi bagian anak untuk belajar tentang kuasa Tuhan yang menciptakan dunia dan seluruh alam semesta. “Anak bisa lebih tahu kuasa Allah, bersyukur atas nikmatnya berwisata, nikmatnya melepas penat. Anak juga belajar tentang keanekaragaman hayati ciptaan Allah SWT, Tuhan yang menciptakan berbagai macam makhluk hidup. Dari sini anak bisa belajar menjaga lingkungan, belajar konservasi,” urainya.
Dia lanjut menerangkan, Semarang Zoo juga kerap mendapat kunjungan dari anak TK maupun SD dari luar daerah. Pada umumnya, dia akui pengunjung lebih banyak pada mengenal aneka satwa. “Jadi memang hanya sebatas mengenal, belum bagaimana merawat karena anak-anak TK dan SD, kegiatan di sini juga tidak jauh dari jalan-jalan kemudian mewarnai gambar,” bebernya.
Oleh karena itu, pihaknya menilai kebijakan pelarangan Study Tour bagi pelajar merupakan kebijakan yang kurang tepat. “Tentu kami harap kebijakan pemerintah yang bisa mengakomodir kebutuhan siswa, kebutuhan rekreasi atau wisata. Tidak perlu dilarang sejauh iuran untuk study tour tidak membebani orang tua siswa,” pungkasnya. (Rf)