BANDUNG, – Museum Provinsi Jawa Barat yang kini lebih dikenal dengan sebutan Museum Sri Baduga yang berlokasi di Jl BKR (depan lapangan Tegalega), Kota Bandung, pada tanggal 24 Agustus sampai dengan 13 September 2017 akan menggelar Museum Expo 2017.
Gelaran expo pertama kali di tahun 2017 ini akan menampilkan peninggalan budaya yang bertajuk Hidden Treasure : Daluang, Fuya dan Tapa, dibingkai dengan tema Keberagaman Budaya Asia Pasifik, Momentum Harmonisasi Antar Bangsa.
Peninggalan budaya yang akan diangkat oleh Museum Sri Baduga selama Expo 2017 adalah kulit kayu atau kertas daluang. Kertas yang pada jamannya sering digunakan untuk media menuliskan dan menggambarkan sesuatu. Bahkan didaerah lain digunakan juga sebagai bahan busana adat dan ikat kepala.
“Kami ingin memperkenalkan tentang daluang ini kepada pelajar dan masyarakat luas. Ini akan menarik karena pesertanya selain dari Jawa Barat juga berasal dari diantaranya Jambi, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, termasuk Museum Nasional, serta peserta dari mancanegara,” terang Kepala Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga, Esther Miori Dewayani, saat wawancaranya dengan awak media di kantornya, Selasa (22/8/2017).
“Selain bertujuan untuk memperkenalkan bahwa kita memiliki peninggalan budaya kertas daluang, yang di daerah lain disebut juga dengan nama fuya atau tapa, ajang pameran (expo) ini ingin menyampaikan pesan dan harapan untuk menjadi inspirasi bagi para pengrajin,” jelas Esther.
Inspirasi yang dimaksudkannya yakni kertas daluang yang biasanya diolah menjadi bahan pakaian dan ikat kepala adat, bisa juga dituangkan dalam bentuk produk kerajinan yang lain, misalnya dompet. “Pengrajin bisa melihat dan terinspirasi ketika pameran ini digelar, saya kira akan muncul kreatifitas dari mereka,” harap Esther yang belum lama menduduki jabatannya sebagai Kepala Museum Sri Baduga.
Menurut Esther, pada Museum Expo 2017 ini akan dihadirkan juga Alquran yang ditulis di atas kertas daluang yang diperkirakan dibuat pada abad ke-17. Koleksi dari Museum Bait Alquran.
Sasaran yang ingin dicapai pada Museum Sri Baduga Expo 2017, selain kehadiran pelajar dan mahasiswa, juga masyarakat umum. “Kami mengundang berbagai komponen masyarakat, pelajar SD, SMP, SMA, SLB, serta Karang Taruna, PKK dan umum,” ujar Esther. Targetnya adalah 10.000 pengunjung selama pelaksanaan gelaran Expo.
“Dalam rangkaian acara pembukaan Pameran, akan diselipkan dengan gerakan penanaman pohon saeh secara simbolis, pohon yang merupakan bahan dasar dari kertas daluang. Kami pun akan menyediakan kertas daluang untuk testimoni yang akan ditulis oleh pengunjung,” ungkap Esther lebih lanjut.
Diterangkan lebih jauh oleh Esther, pengunjung yang datang ke gelaran expo tidak dikenakan biaya karcis masuk. Kecuali pengunjung yang ingin ke pameran tetap di ruang koleksi. Di ruang koleksi yang menampilkan ribuan benda bersejarah, karcis masuknya sebesar Rp. 2000 untuk pelajar dan Rp. 3000 untuk umum.

Kereta Kencana Paksinagaliman di Museum Sri Baduga
Museum Sri Baduga sendiri memiliki salah satu ciri khas koleksi yang cukup menarik, yaitu dengan adanya Kereta Kencana Paksinagaliman yang dipamerkan di pintu masuk museum. Kereta kencana yang bentuknya seperti perpaduan antara burung garuda, naga dan gajah ini awalnya adalah milik Kesultanan Kanoman Cirebon yang dibuat pada tahun 1680 M.
Dari keterangan yang ditulis oleh pihak museum, Kereta Kencana Paksinagaliman adalah alat transportasi khusus Sultan Kanoman Cirebon untuk menghadiri upacara-upacara kebesaran. Selain itu digunakan untuk kirab pengantin keluarga Sultan Kanoman.
Namun kereta kencana yang memiliki panjang 3 meter dan tinggi 2,6 meter dengan diameter roda 1,5 meter ini, sejak tahun 1930 sudah tidak digunakan lagi dan disimpan di Museum Keraton Kanoman. (*)