“Namun Bu Agustina itu sudah jujur kepada kami tentang kekurangan beliau, tapi beliau berjanji akan menutup kekurangan itu lebih daripada kekurangan itu,” jelasnya.
Mbah Daroji mengatakan bahwa umat Islam diajarkan untuk bertoleransi dan memilih pemimpin yang baik untuk kebaikan masa depan umat.
Di sisi lain, secara tradisi warga Kota Semarang, tidak pernah mempermasalahkan soal perbedaan latar belakang keyakinan.
“Jadi kita ini, umat Islam itu diajarkan agar bisa bertoleransi dan memilih pemimpin yang baik untuk kita. Warga Di kota Semarang jelas tidak mempermasalahkan pemimpin yang berlatar belakang berbeda,” ujarnya.
Mbah Daroji menuturkan pimpinan di level kepala daerah itu bertanggungjawab secara manajerial kepada masyarakat. Berbeda dengan pemimpin agama yang bertanggungjawab dari sisi ajaran agamanya masing-masing.
Oleh karena itu, Mbah Daroji meminta agar masyarakat tidak mempertentangkan konsep ini. Sehingga tidak ada pertanyaan lagi apakah non Muslim bisa atau tidak jadi Kepala Daerah.
“Karena pemimpin itu kan bertanggungjawab secara manajerial kepada masyarakat, bukan latar belakangnya,” tuturnya.
Sejalan dengan hal itu, Mbah Daroji sekali lagi tidak akan memaksa masyarakat memilih salah satu calon. Dia menyerahkan pilihan berdasarkan pertimbangan masing-masing pemilih. “Tapi untuk pilihan monggo hak masing-masing,” tutupnya. (rf)