Semarang – Kepedulian akan nasib saudara sebangsa yang ada di bumi cenderawasih menjadi sebuah latar menarik atas munculnya gagasan Kongkow Bareng Antar Etnis yang dilaksanakan oleh DPD KNPI Kota Semarang. Hal tersebut ditangkap dengan baik oleh moderator, Rusmadi, dan narasumber kegiatan tersebut.
“Kegalauan, kegelisahan para pemuda Semarang ini patut diapresiasi,” Kata Rusmadi saat membuka diskusi, Jum’at (02/02/2018). “Di saat yang lain galau pada persoalan pribadi, para pemuda ini justru menggelisahkan nasib saudaranya yang ada di Papua,” sebut Rusmadi, melempar wacana dan dilanjutkan memanggil para narasumber untuk tampil di depan audiens.
Robert Manopo sebagai salasatu narasumber menyampaikan bahwa masyarakat Papua membutuhkan sosok yang memahami Papua, seperti Gus Dur, “Persoalan di Papua itu tidak akan pernah habis.” ujar pria kelahiran Biak ini membuka dengan pernyataan tersebut.
“Orang Papua belum mampu beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Orang Papua tidak hanya butuh pembangunan dan kesejahteraan, tapi juga butuh perlindungan khusus. Karena orang Papua belum memiliki kemampuan daya saing yang optimal,” tambahnya.
Ia menyatakan merindukan sosok seperti Abdurrahman Wahid, “Orang Papua butuh preside
Kongkow Antar Etnis, masyarakat Papua Rindukan Sosok Gus Dur
Semarang – Kepedulian akan nasib saudara yang ada di bumi cenderawasih menjadi sebuah latar menarik atas munculnya gagasan Kongkow Bareng Antar Etnis yang dilaksanakan DPD KNPI Kota Semarang. Hal tersebut ditangkap dengan baik oleh moderator dan narasumber kegiatan tersebut.
“Kegalauan, kegelisahan para pemuda Semarang ini patut diapresiasi.” Kata Rusmadi saat membuka diskusi, Jum’at (02/02/2018). “Di saat yang lain galau pada persoalan pribadi, para pemuda ini justru menggelisahkan nasib saudaranya yang ada di Papua.” Katanya melempar wacana dan dilanjutkan memanggil para narasumber untuk tampil di depan audiens.
Robert Manopo menyampaikan bahwa masyarakat Papua membutuhkan sosok yang memahami Papua seperti Gus Dur, “Persoalan di Papua itu tidak akan pernah habis.” Pria kelahiran Biak membuka dengan pernyataan tersebut, “Orang Papua tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Orang Papua tidak hanya butuh pembangunan dan kesejahteraan, tapi juga butuh perlindungan khusus. Karena orang Papua tidak memiliki kemampuan daya saing” tambahnya. Ia menyatakan merindukan sosok tokoh seperti Abdurrahman Wahid, “Orang Papua butuh tokoh seperti Gus Dur, hanya di masa Gus Dur orang Papua merasa senang. Mereka diberikan ruang dan kebebasan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sendiri. Ada masalah apa, mau bangun apa diberikan kesempatan. Orang Papua beranggapan bahwa Gus Dur adalah bapaknya orang Papua,” ungkap pria yang pernah menjabat Ikatan Mahasiswa Papua Semarang saat diwawancarai lebih lanjut.
Adrianus Bintang, dalam kesempatan tersebut mengungkapkan banyak hal, satu diantaranya adalah tentang kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid, “Bendera bintang kejora diperbolehkan berkibar dengan bebas oleh Presiden Indonesia di masa Abdurrahman Wahid selama berdampingan dengan merah putih dan tidak lebih tinggi dari merah putih.” Ungkap Dosen Hukum dan Komunikasi UNIKA Soegijapranata, “Bintang kejora ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Papua.” Lanjut dosen yang menjadi Peneliti Persoalan Konflik Papua.
Sementara itu, Dr. H Budianto, SH, MH menegaskan, pentingnya menjaga stabilitas politik dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, “Bangsa ini bisa maju ditentukan oleh kualitas SDM.”Jelas senior KNPI Jawa tengah, lebih lanjut pria yang pernah menjadi ketua Kosgoro Jateng menyatakan musuh utama bangsa Indonesia, “Ancaman kita ini bukan militer. Ancaman kita itu kebodohan, kemiskinan, ketimpangan sosial. Bahkan, yang dikatakan sebagai jaman now ini ada bahaya narkoba, tawuran dan macem-macem,” tuturnya dengan prihatin. [AR_Hidayat]