BANDUNG, sorotindonesia.com – Lima seniman lukis asal Sukabumi, memamerkan hasil karya lukisannya bertajuk Five Stars yang diadakan di Hotel De Paviljoen, Jl. RE Martadinata, Kota Bandung, (20/1/2020).
Lima pelukis berbeda aliran yang terlibat dalam pameran tersebut antara lain, Akum Swara, Deliana Yap, Neng Susilawati, Ridwan Taufik dan Yusuf.
“Ini kesempatan bagi pelukis Sukabumi untuk berkembang,” ucap Yusuf mewakili pelukis lainnya terkait kegiatan pameran yang dilaksanakan.
Menurutnya, seni lukis di Indonesia kini sudah kembali bergeliat. Dan pameran merupakan wadah memperkenalkan hasil karya kepada khalayak secara lebih luas.
“Ini adalah momen bagus yang difasilitasi oleh Hotel De Paviljoen Bandung untuk memperkenalkan secara langsung perkembangan karya pelukis Sukabumi kepada masyarakat luas,” kata Yusuf, alumni IKIP Bandung yang telah berangkat untuk mencintai seni lukis sejak dari bangku SMP pada tahun 1977.
Selepas mewawancarai Yusuf, pewarta berkesempatan untuk bersafari menikmati satu persatu koleksi lukisan yang dipamerkan. Secara umum, the five stars ini memamerkan puluhan karya lukisan yang bercerita tentang aktifitas manusia dan alam.
Akum Swara
“Saya mulai melukis sejak tahun 1998,” kata Akum Swara, seniman pointilisme saat diwawancarai wartawan.
Perlu teknik, detail dan ketekunan khusus dalam menuangkan imajinasinya ke atas kanvas.
Menurut Akum, untuk menggeluti karya lukis pointilisme tidaklah mudah, salasatu tantangannya karena media kanvas yang hingga saat ini harus didatangkan dari luar, termasuk rotring. “Dulu saya buat diatas kertas, lalu beralih ke kanvas. Namun saat ini kanvas yang dibutuhkan masih sulit didapatkan di Indonesia,” ungkapnya. Dikatakan oleh Akum, terkadang untuk menyelesaikan satu karya lukisnya, bisa memakan waktu lebih dari satu bulan.
Selain dari Indonesia, karya lukis Akum Swara juga diminati oleh pecinta seni dari Australia. “Terjauh, yang membeli karya lukisan saya berasal dari Australia,” ucapnya.
Neng Susilawati
Riak ombak di lautan, itulah beberapa karya lukisan realis yang dibuat oleh Neng Susilawati yang dituangkannya diatas kanvas berukuran besar, selain karya lainnya yang berbicara tentang keindahan bunga.
Ombak laut yang dituangkannya ke kanvas diakui oleh Neng berdasarkan pada suasana pantai di Sukabumi.
“Saya hanya ingin memindahkan apa yang kita lihat ke kanvas,” jelas pelukis wanita beraliran naturalis yang serius menggeluti seni lukis sejak 6 tahun lalu ini.
Menariknya, Neng Susilawati selain pandai melukis secara otodidak, juga piawai dalam bidang kuliner. Di Sukabumi ia memiliki bisnis kuliner Cantigi.
Keinginannya dalam melukis, disebutkan oleh Neng terinspirasi dari alam. “Inspirasi saya dalam melukis adalah alam. Kita langsung ke gunung, pantai. Tapi saat di studio kita membuat lukisan kebanyakan dengan melihat objek,” tuturnya.
“Alam itu menawarkan banyak keindahan. Seperti kalau kita melihat ombak, ada keganasan, namun dibaliknya ada sesuatu yang bagus,” kata Neng Susilawati.
Pameran lukisan yang kerap diikuti oleh Neng sendiri, diakuinya masih sebatas lingkup Sukabumi.
“Sekarang kita di Bandung, harapannya ini menjadi penyemangat dan motivasi agar menjadi lebih baik. Harapan lainnya tentu lukisan ini bisa dinikmati oleh warga Bandung,” harap Neng Susilawati.
Ridwan Taufik
Seniman yang juga berprofesi sebagai guru di Sukabumi, Ridwan Taufik, tergabung dalam barisan five stars dengan mengusung aliran lukisan abstrak modern.
“Ya, sebetulnya saya dari kecil sudah hobi melukis. Kemudian menimba ilmu di jurusan Seni Rupa UPI. Banyak yang dipelajari. Dari sekian banyak eksplorasi, saya ada satu ketertarikan, salasatunya ini,” kata Ridwan Taufik sambil menunjuk salasatu karya lukisnya.
“Jadi, seperti lukisan realis lalu saya corat coret lagi,” ujar Ridwan yang serius di dunia seni lukis sejak tahun 2006 ini.
Lukisan karya Ridwan Taufik tampak ngota dengan ciri bentuk dan warna.
Bahkan saat pameran di Jakarta, konsep karya lukisannya tentang rutinitas dan kemacetan ibukota berhasil sold out.
“Saya menceritakan bagaimana kesibukan Kota Jakarta pagi hari ke atas sebuah kanvas saat pameran disana. Ternyata mengundang peminat,” ucapnya.
Harapannya terkait pameran lukis five stars di Bandung ini, dijawab oleh Ridwan sebagai bentuk menambah pengalaman. “Titik awalnya adalah menambah pengalaman. Terus terang, untuk berpameran di hotel adalah pengalaman pertama, kebanyakan di gakeri, bikin sendiri atau di pinggir jalan,” ungkapnya.
“Mudah-mudahan dari pengalaman ini, menambah motivasi saya lebih serius untuk berkarya,” ungkap Ridwan Taufik lagi.
Deliana Yap
Pelukis wanita Sukabumi lainnya, Deliana Yap, mengangkat tema alam dalam lukisan yang dipamerkan.
“Saya sudah menggarap lukisan realis sejak 5 tahun lalu. Sebelumnya lebih banyak membuat gambar ilustrasi dan komik,” ucap Deliana pada awal wawancara dengan wartawan.
Lukisannya sendiri bisa dikatakan unik, seperti salasatu karyanya, gambar dua ekor gajah yang diberi judul Mother Love yang hampir mirip gambar 3D.
“Ya, agar terlihat real, seperti untuk kulit gajah kita menggunakan alat bantu untuk teksturnya, antara lain serbuk marmer,” ungkap Deliana Yap.
Keinginannya terjun ke dunia seni lukis, dikatakannya karena kesukaannya kepada hewan, terutama hewan yang sudah langka.
“Ketertarikan saya dalam melukis karena kesukaan saya pada hewan, dan ingin mengangkat hewan-hewan langka di Indonesia,” ujarnya.
Pada pameran ini, Deliana Yap membawa karya lukisan hewan seperti gajah, ikan arwana, merak, dan bahkan harimau sumatera.
Terkait dengan penikmat karya seninya, disebutkan oleh Deliana masih sebatas Sukabumi dan Jakarta.
“Peminat dari luar Sukabumi biasanya datang dari media sosial,” ungkap Deliana lagi.
Atas pameran sesama pelukis Sukabumi di Kota Bandung ini juga sangat diapresiasi oleh Deliana Yap.
“Tentunya saya sangat senang dengan kegiatan bersama ini. Bisa memperkenalkan pelukis Sukabumi di luar kota. Beberapa tahun lalu biasanya kalau even di luar kota terutama even seni rupa, pelukis Sukabumi kadang suka tidak ada namanya. Jadi, kita juga berkeinginan pelukis Sukabumi juga bisa masuk even luar kota,” pungkasnya.
Five Stars Angkat Potensi Seniman Sukabumi
Pameran bersama 5 pelukis asal Sukabumi bertajuk Five Stars di Hotel De Paviljoen Bandung, diceritakan oleh Herru Prayogo selaku penyelenggara dari Keam’s Art Exhibition, “Pameran lukisan saat ini merupakan kelanjutan dari pameran lukisan Song For Sukabumi,” jelasnya mengawali.
“Beberapa kali eksebisi di Hotel De Paviljoen, banyak menampilkan pelukis dari Bandung, dan sekarang kita menampilkan teman-teman pelukis dari Sukabumi,” tambahnya.
“Jujur, saya melihat karya-karya realis dari beberapa daerah, tapi tidak menyangka jika di Sukabumi ada pelukis realis yang baik seperti Neng Susilawati, Deliana Yap, lalu pointilisme Kang Akum Swara, sehingga dirancang perpanjangan eksibisi dari Song For Sukabumi ke Five Stars, dengan menambah karya-karya abstrak luarbiasa Ridwan Taufik dan Pak Yusuf,” bebernya.
Pameran lukisan Song For Sukabumi, yang acaranya dibuka langsung oleh Walikota Sukabumi H. Ahmad Fahmi di De Paviljoen Hotel Bandung pada 19 Desember 2019 lalu, memamerkan karya lukis Neng Susilawati, Deliana Yap dan Akum Swara.
Selanjutnya, ungkap Herru Prayogo, selepas pameran lukisan Five Stars ini pihaknya akan membawa para pelukis Sukabumi ke KOPPI (Komunitas Pekerja Pelukis Indonesia) di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta yang sedang memprogramkan kegiatan pada bulan Maret.
Pameran Lukisan Five Stars Berlangsung Hingga 20 Februari 2020
Terpisah, perwakilan manajemen Hotel De Paviljoen Bandung, Kiki Desio, menjelaskan kepada wartawan bahwa Five Stars merupakan extend dari pameran lukisan Song For Sukabumi.
“Five Stars ini menghadirkan karya terbaik dari 5 pelukis dari Sukabumi, yang akan berlangsung di Hotel De Paviljoen Bandung hingga tanggal 20 Februari 2020 mendatang,” terang Kiki.
“Sebagai penyelenggara, kami menyambut baik kolaborasi para pelukis Sukabumi yang karya-karyanya sangat layak untuk dinikmati oleh para pecinta seni,” ucapnya.
Kiki Desio juga menyampaikan bahwa pameran lukisan di Hotel De Paviljoen Bandung ini sudah sering diselenggarakan, “Kami sudah hampir satu tahun lebih menyelenggarakan even pameran lukisan di hotel ini, tentunya kami ingin menjadi rumah bagi para pelukis, dan harapan kedepannya terus berjalan serta bisa melahirkan seniman-seniman lukis yang baru,” tutup Kiki Desio kepada wartawan.
Dari Obrolan Warung Kopi Hingga Gelar Pameran Lukisan Yang Dibuka Langsung Oleh Walikota Sukabumi Di Kota Bandung
Kegiatan pameran lukisan Song For Sukabumi dan Five Stars, tidak lepas dari perkenalan Herru Prayogo dan Niken yang merupakan istri dari Akum Swara, yang difasilitasi oleh seniman lukis senior, Ardikana Sastradireja beberapa waktu lalu.
Hal tersebut diceritakan oleh Niken kepada wartawan usai kegiatan hari pertama Five Stars.
“Lewat obrolan warung kopi, Pak Herru kemudian menawarkan eksibisi karya pelukis orang Sukabumi di Bandung. Lalu terpilih 3 orang, yakni Kang Akum Swara, Neng Susilawati dan Deliana Yap yang dikemas dengan nama Kelompok Tiga dengan mengangkat tema Song For Sukabumi,” kata Niken mengisahkan.
“Kita yang berpartisipasi adalah seniman kelahiran dan kampung halaman Sukabumi, yang bermaksud memberikan karya nyata kepada Sukabumi, mudah-mudahan bisa menjadi contoh dan pionir bahwa seniman Sukabumi bisa naik ke Bandung dan bereksibisi di hotel berbintang 4,” urainya.
Keterlibatan Walikota Sukabumi, H. Ahmad Fahmi, untuk membuka even Song For Sukabumi, diceritakan oleh Niken berawal dari pihaknya melaksanakan presentasi.
“Kita berkesempatan menghadap Pak Fahmi untuk presentasi dan meminta beliau untuk membuka pameran, dan bersyukur ternyata beliau berkenan datang,” ungkap Niken.
Sebetulnya, diakui oleh Niken jika di Sukabumi ada banyak seniman yang memiliki potensi.
“Di Sukabumi banyak potensinya, tapi sepanjang yang saya tau tidak semua pelukis memiliki karya, mungkin karena keterbatasan komunikasi satu dengan yang lain, jadi mereka hanya sekedar melukis saja,” ucapnya.
“Dengan five stars, membuat kita lebih optimis, karena kita akan membuat eksibisi di Sukabumi untuk merangkul pelukis-pelukis yang lain supaya karya seniman lukis Sukabumi mengemuka,” harap Niken.
[St]