SOROT GARUT… Diatas puing puing reruntuhan rumahnya yang berlokasi di bantaran kali Paminggir RT 03/11 Kecamatan Garut Kota , Bah Anjam, kakek berusia 65 tahun, perlahan kembali membangun mimpinnya. Ditempat yang telah memberikanya kenangan selama 40 tahun itu, Ia kembali membuka usaha jasa permak pakaian yang dijalani sebelumnya.
Namun, disamping mencari secuil rejeki , ternyata tersimpan besar niat mulia dalam diri kakek yang mengalami cacat pisik dibagian kakinya itu. Menurutnya, apa yang ia lakukan juga karena ingin membantu sesama korban banjir di wilayahnya.
” Abah mah karunya ka warga tatanga abah anu sanasib jeung abah. Silahkan saja abah rido ngabantu betulin pakaianya. Apa yang abah bisa pasti abah bantu. Wios abah lillahitaala teungemut sakedik oge kedah dipaparin bayaran . Alhamdulillah rejekimah abah sok aya we nu sumping, oge tipara relawan anu ngahaja meryogiken jasa abah mermak angeana kadieu” Tuturnya lirih.
Disamping Anak, Menantu dan kedua cucunya yang selamat, sebuah mesin jahit tua kesayanganya, kini menjadi satu satunya harta yang tersisa. Benda yang menjadi sarana penyambung hidupnya selama puluhan tahun tersebut, ditemukan para relawan terkubur dibawah lumpur sisa amukan sungai Cimanuk, pekan lalu.
Kabar itu tak ayal disambut ucapan syukur, walau saat itu dalam benaknya tercampur perasaan bingung, bagaimana mesin kesayanganya itu bisa diperbaiki. Saat itu Bah Anjam mengaku tak ada sepeser uangpun yang tersisa disaku celananya. Hanya pakaian yang dikenakan saja , semua barang yang dimilikinya habis ditelan banjir. Namun berkat kegigihanya, dengan sabar ia membersihkan dan memperbaikinya sendiri meski keadaan serba terbatas.
Petaka tragis banjir akibat luapan sungai Cimanuk itu, hingga kini masih terbayang getir dibenak Bah Anjam. Namun baginya, dzikir dan berserah diri kepada sang Khalik, saat ini adalah jalan paling benar.
Disudut matanya yang berkaca kaca, lantunan puji syukur tampak terus dipanjatkan saat kejadian pilu itu kembali singgah dilamunanya.
” Allohlah sebaik2 pemberi pertolongan. Alhamdulillah, meski semua yang abah miliki sudah hilang ditelan banjir, Anak dan kedua cucu abah dengan susah payah berhasil selamat berjuang dari hantaman banjir. Hanya takbir yang bisa abah suarakan saat menyaksikan detik detik hantaman air Cimanuk menghanyutkan rumah abah dan penduduk lainya disini” Urai Bah Anjam dengan tatapan kosong tersembunyi dibalik keriput wajahnya.
Bah Anjam sebetulnya hidup menumpang dari kasih sayang anaknya dirumah petak pinggir Cimanuk itu. Istrinya sudah lama meninggal dunia. Sehari hari sebelum bencana datang, guna menyambung hidup, Ia membuka jasa permak pakaian. Dari usahanya itu Bah Anjam mengaku bahagia ketika bisa menyayangi sebanyak 7 orang cucunya dengan memberi uang jajan meski tidak besar dan alakadarya.
Kini , pasca peristiwa nahas itu terjadi, Ia tampak gigih dan tak begitu berpangku tangan. Secercah harapan mulai dibangun diatas sisa pondasi rumahnya yang tak berwujud lagi . Dari usaha jasa permak yang baru kembali dirintisnya 3 hari lalu itu, Bah Anjam menyimpan mimpi besar, Kelak ia bisa mengembalikan senyum serta membangun istana sederhana bersama anak dan cucunya. (LAN DM)