PUTRI Anak Lumpuh Layuh dari Warungkiara Sukabumi

oleh -
lumpuh layuh

Sukabumi, sorotindonesia.com – Putri (2 th) anak ke Empat dari pasangan Wandi (37 th) dan Ani (36 th) Kp. Cilutung RT 01/02 Ds. Giri jaya Kec. Warungkiara, Sukabumi, mengalami lumpuh layuh berharap bisa normal seperti anak yang lainnya.

“Orangtua mana yang tidak pilu hatinya jika setiap hari harus melihat anaknya tergeletak layuh” tutur wandi.

Pertumbuhan putri berbeda dari anak lain seusianya. Jika anak-anak lain seusianya sudah bisa berjalan, dan bermain dengan riang gembira tidak berarti untuk putri.

Pasalnya ada kelainan penyakit yang diderita, sehingga anggota tubuh anak ini tidak bisa digerakan. Surveilans AFP atau yang sering disebut lumpuh layuh diduga penyakit yang saat ini di derita putri gejala ini yang membuatnya tidak bisa menggerakan tubuh nya.

Dengan keterbatasan ekonomi Wandi (37 th) yang sehari-harinya bekerja sebagai kuli cangkul di sawah, merasa kesulitan untuk membawanya berobat.

Baca Juga:  Bersama Unicef, PMI Semarang Sosialisasi Percepatan Imunisasi Dasar

Pernah suatu ketika wandi bercerita disaat dia sedang di sawah. Mendengar kabar dari istrinya bahwa ada dari petugas puskesmas warungkiara dan pemerintah Desa setempat hendak membawa putri ke Puskesmas pembantu ( PUSTU), dengan hati yang senang orang tua putri membawanya dan menuruti permintaan para petugas tersebut.

Sesampai di PUSTU diperiksa oleh pihak Dokter puskesmas, terlihat bapak Camat warungkiara, kapus warungkiara dan pihak Desa setempat sedang berada di lokasi, di mana anak saya direkomendasikan harus dirujuk ke RS Sekarwangi.

DPSP

pada keesokan harinya, singkat cerita tiba di RS Sekarwangi putri menjalani pengobatan ke poli anak, namun aral melintang kebingungan, karena keterbatasan ekonomi ketika mendapati tagihan dari RS Sekarwangi Wandi harus membayar uang berobat anaknya.

Baca Juga:  Mabes Polri Bongkar Vaksin Polio Palsu di Bogor.

Untung saja Wandi ketika itu didampingi tetangganya dan memberanikan diri meminjam uang dua ratus ribu rupiah untuk melunasi pembayaran berobat. “Saya kira biaya anak saya akan di bantu pak Camat atau gratis” tuturnya. Wandi kini kebingungan memikirkan hutang ke tetangganya,

Sementara untuk biaya makan sehari-hari saja masih serba kurang. Namun ia juga bersyukur dan akan terus berjuang demi kesembuhan anaknya apapun akan ia lakukan.

“Belum lama ini juga Wandi menuturkan ada tetangga saya membantu mengurus JAMKESDA Untuk persyaratan peserta berobat gratis putri, Setidaknya merasa terbantu, meski butuh biaya ongkos untuk memeriksakan kesehatan anak saya ke Rumah sakit,” pungkas nya. (rizal)

Comments

comments