JAKARTA – Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan dengan luas lautan mencapai 3.257.357 Km persegi, mengacu kepada hasil Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 10 Desember 1982. Dengan terbentangnya lautan luas tersebut, banyak potensi-potensi energi yang masih tersimpan dan bisa digali agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah potensi sumber energi listrik dari laut.
Salah satu unit di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berkecimpung untuk melaksanakan survei dan pemetaan di bidang geologi kelautan, dengan salah satu fungsinya adalah melakukan survei potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Kelautan ialah Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL), yang berada di bawah Badan Geologi.
Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) Hadi Wijaya mengatakan bahwa salah satu pilar BBSPGL adalah pengkajian dalam mengembangkan energi laut di Indonesia untuk mendukung Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Indonesia itu memiliki potensi energi laut seperti energi arus, gelombang dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion),” jelasnya pada acara bertajuk ‘Refleksi Akhir Tahun: Pemanfaatan Sumber Daya untuk Transisi Energi Indonesia’ yang digelar di Bandung Jawa Barat, Sabtu (16/12).
Hadi mengungkapkan, BBSPGL telah melakukan serangkaian kegiatan untuk mengukur potensi energi laut Indonesia yang bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik di 17 titik, dengan total potensi mencapai 60 GW.
17 titik perairan tersebut, yaitu berada di Selat Riau, Selat Sunda, Selat Toyapakeh Nusa Penida, Selat Lombok, Selat Alas, Selat Molo, Selat Larantuka, Selat Boleng, Selat Pantar, Selat Mansuar, Selat Lirung Talaud, Selat Sugi Riau, Selat Lampa Natuna, Selat Lembeh, Selat Sinaboi Tenggara Medan, Selat Patinti Halmahera Selatan, dan Selat Alor.
Hasil pemetaan tersebut juga sudah diluncurkan oleh Badan Geologi pada tahun 2022 lalu ke dalam Peta Potensi Energi Laut Indonesia. Hadi melanjutkan, tim BBSPGL telah melewati fase pertama untuk mencari data dukung pemetaan tersebut, dengan melakukan Pre-FS (Feasibility Study), salah satunya adalah site selection.
“Jadi Pre-FS site selection itu untuk bisa menentukan dimana lokasi terbaik, agar kita dapatkan baik itu energi arus, gelombang ataupun energi OTEC,” paparnya.
Lebih lanjut, Hadi menyebutkan dari pemetaan yang telah dilakukan tersebut, dapat dikatakan di seluruh lautan Indonesia mengandung potensi energi laut. “Indonesia bagian barat, tengah, Timur, bahkan selatan dan utara itu semuanya mengandung potensi energi laut, baik energi arus laut, gelombang, ataupun OTEC,” pungkasnya.***